Woojin kembali meneguk alkohol, entah sudah berapa gelas yang ia habiskan. Hari ini teman dekatnya mengadakan pesta di salah satu club ternama.
"Kim Woojin! Ternyata lu dateng juga ya. Gue pikir mahasiswa teladan kita ini gak akan pernah mau dateng ke party kaya gini."
"Kurang ajar lu, Ho. Kalo bukan karena party lu gue juga ogah dateng kali. Mending di apartement nyelesain tugas."
"Yaelah Jin sekali kali mah gapapa, lumutan lu di apartment terus-terusan."
Woojin hanya terkekeh mendengar ucapan temannya itu. Minho memang suka menyewa satu club hanya untuk mengadakan party.
"Enjoy the party ya, Jin. Gue mau keliling dulu." itulah kata-kata terakhir yang keluar dari mulut Minho sebelum meninggalkan Woojin.
Woojin mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru club. Orang yang datang ke party ini, entah karena memang suka berpesta atau hanya sekedar coba-coba. Tapi yang pasti mereka memiliki tujuan yang sama yaitu meninggalkan sejenak beban mereka di kehidupan sehari hari.
Perhatian Woojin terfokus pada seorang pemuda dengan kemeja putih dan celana kulit hitam melekat sempurna di kakinya, jangan lupakan rambut blondenya membuat laki laki tersebut begitu menarik perhatian diantara lautan manusia di lantai dansa.
Tatapan Woojin masih terpaku pada pemuda blonde yang entah datang dari mana. Keberadaannya seolah benar-benar diatur, seolah ia jatuh dari langit dan mengambil fokus seorang Kim Woojin.
Tanpa sadar, kaki Woojin melangkah mendekati tempat berdirinya pemuda blonde tersebut. Tubuh yang terbalut kemeja berwarna putih, dengan celana kulit hitam ketat yang membungkus kakinya kini berada di hadapannya.
Manik keduanya bertemu. Woojin jatuh cinta pada sepasang manik cokelat di hadapannya. Tatapannya terlalu dalam, terlalu menyeretnya agar tenggelam, terlalu mengikatnya, dan Woojin tidak berusaha untuk lepas.
Woojin merasa waktu berhenti. Hiruk pikuk di sekitarnya hilang, hanya ada mereka berdua. Woojin lupa betapa bisingnya club yang Minho sewa. Woojin lupa betapa ramainya lantai dansa tempat ia kini berpijak. Woojin lupa segalanya. Hanya ada ia, dan pemuda blonde di hadapannya.
Pemuda blonde tersebut awalnya kaget melihat ada seseorang yang menghampirinya. Tetapi seolah tidak mau mengambil pusing dia kembali melanjutkan tariannya sambil menatap orang yang menghampirinya tadi.
"Baru pertama kali ya dateng ke acara kaya gini?" tanya si surai blonde kepada pria di hadapannya.
"A-ah enggak juga, cuma gue emang gak terlalu sering aja dateng ke party kaya gini." balas Woojin setelah terdiam sedikit lama.
"Oh gitu, gue Chan. Lebih lengkapnya Bang Chan, nama lu siapa?"
"Woojin, gue Kim Woojin"
Bang Chan hanya mengangguk setelah mendengar Woojin memperkenalkan diri, kembali menikmati alunan musik. Tidak henti hentinya dia menggoyangkan badannya ke kanan dan ke kiri. Membuat Woojin hanya bisa tersenyum melihatnya.
Semua orang begitu menikmati alunan musik yang dimainkan oleh salah satu DJ di acara tersebut. Tidak terkecuali Chan yang akhirnya harus rela terdorong oleh entah siapa. Untung saja di depannya ada Woojin, jadi Chan tidak langsung terjatuh ke lantai.
"Sorry, Jin gue gak sengaja. Itu belakang gue ada yang ngedorong tadi." kata Chan yang entah kenapa tangannya masih setia berada di dada Woojin.
"Gapapa kok. Lu gak mau udahan aja? Duduk duduk gitu."
"Enggak ah. Mana seru dateng ke party cuma duduk doang. Apa bedanya sama kuliah kalo cuma duduk doang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
untold (k.wj x b.c)
De Todoeveryone has an untold story hidden behind the closed doors.