CHAPTER 23 : Berbagi

8 4 0
                                    

*Kartika*

'Dulu ama paman...... sekarang ama tante.....nasib..nasib' lamunku di atas sofa ruang tamu ini.

Kutadahkan pandangan ke samping yang memperlihatkan dua wanita berbeda usia cukup jauh malah mengobrol dengan santainya seperti tidak ada masalah yang terjadi sebelumnya. Saat tanteku datang melihat kami dengan posisi aneh itu, Arsya lansung menjelaskan kejadian tersebut dengan sangat ringkas, padat, dan tepat sehingga kejadian ini bisa langsung diselesaikan dengan cepat. Jika aku yang menjelaskan, mungkin membutuhkan waktu 2 jam untuk membuat Tanteku mengerti.
Luka Arsya juga sudah diolesi obat oleh tanteku dikamarnya. Obat yang di ambil dari kotak p3k yang tersimpan dilemari untuk keadaan darurat, aku tidak tahu itu.

Sedangkan si kecil ratih duduk disampingku memperhatikan wajahku yang saat ini terlihat sedikit berbeda
"Kak tika lagi jadi badut yiaaa....?" Tanyanya polos....
"Pffffffttttttttttt"
"Pffffffttttttttttt"
Semprotan air liur keluar dari duo woman tersebut karena pertanyaan lugu dari ratih.....hanya lenguhan panjang yang keluar dari mulutku karena tingkah mereka.

"Ini namanya luka ratih.....kalo ratih bandel....nanti wajahnya kayak gini....sakit lho....." Ucapku sedikit berbohong..... walaupun dengan maksud baik, aku tidak mungkin menceritakan yang sebenarnya kepada ratih yang masih berusia 5 tahun, itu terlalu menakutkan baginya.

" Belalti kakak bandel dong..." ucapnya yang belum bisa menyebut huruf R
"Iyaaa...... Tapi kakak udah minta maafkok sama mamanya ratih....."
Tiba-tiba air mata keluar dari matanya yang belo itu dan pipinya mulai kemerahan..... Ratih malah nangis.....
"Huaa.........kak tika.....huaaaaaa"

"Ratih kenapa nangis??"
Dipeluknya pinggangku dengan erat seakan tidak ingin melepaskannya
"Kak tika jangan bandel...nanti...nanti....kak tika sakit lagi....latih gak mau kak tika sakit" ucapannya sesegukan karena menangis.....

"Iyaaa......aak ngak bandel lagi... senyum dong.....ratih kan cantik kalo senyum" ucapku yang berusaha menenangkannya, dihapusnya air mata di pipinya kemudian dia tersenyum sangat manis... benar-benar imut
"Hehehe"

* * * * *

Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, namun arsya masih dirumahku menjaga Ratih yang sedang tertidur di sofa setelah lelah berlari kesana-kemari bermain dengan arsya. Entah bagaimana ratih bisa jadi sangat akrab dengan Arsya, padahal ratih selalu bersembunyi dibelakangku atau tante jika ada orang asing yang datang berkunjung.

Sedangkan tanteku pergi mengantarkan makanan untuk pamanku yang bekerja tidak jauh dari sini, sudah 2 jam dia pergi tetapi tidak balik-balik juga....mungkin sebentar lagi. Aku merasa tidak enak dengan arsya karena harus menemani ratih bermain selama itu.

"Sya....maaf ya.., loe jadi kelamaan dirumah gua"
"Ngak papa kok......gua senang main ama ratih"
"Emangnya loe ngak ada kuliah lagi?"
"Ada........tapi gua masih ada dua jatah lagi kok"ucapnya cuek.... memang benar jika kita absen sebanyak tiga kali kita masih bisa mengikuti ujian akhir, akan tetapi tetap saja masih ada pengurangan nilai.....dan dia menanggapinya dengan sesantai itu. Sepertinya dia memang tidak peduli....

"Ka.....kok loe tinggal ama tante loe? Bokap loe kemana?" Tanyanya yang membuatku sedikit terkejut.
"Papa gua udah meninggal dua tahun yang lalu......truss paman gua menjual semua aset keluarga gua....gua juga kurang tau alasannya kenapa....mungkin untuk biaya pendidikan gua sama biaya rumah sakit mama gua...ya..begitulah..... gua tinggal disini sekarang"
"Ooh.......hmmm...maafya...gua ngak tau" ucapnya mungkin sedikit bersalah karena bertanya tentang papaku.
"Ngak papakok.....gua juga ngak nyembunyiin ini semua"
Entah kenapa kami berdua malah semakin akrab, bahkan dengan nyamannya aku menceritakan tentang keluargaku padanya. Berbagi masalahmu dengan orang lain memang sedikit mengurangi beban di hati.

"Maafya.......tante agak lama....tadi keasikan ngobrol ama orang-orang dibengkel...hehe" suara tanteku dari arah pintu masuk menghentikan percakapan kami. Pantas saja tanteku sangat lama.....ternyata dia ngegosip dulu sama teman-teman pamanku, dasar tanteku tukang gosip.

" Iya tante....ngak papa....hmmm....arysa pamit dulu kalo gitu ya tante.....takut mama arsya nyariin dirumah" pamit Arsya dengan sopan
"Gua anterin ya sya.......tante.....kartika pergi dulu.... nganterin arsya...."
"Iya..... hati-hati ya bawa motornya"
Ucap tanteku mempersilakan kami pergi

Motorkupun mulai melaju memebelah ibu kota Sumatra barat ini
'mmbrrruuummmm'

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Next

Kamu Secantik Namaku - KartikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang