Sejauh matanya memandang, keindahan pemandangan alam Labuan Bajo sangat memanjakan mata Aura. Hamparan laut berwarna biru kehijauan, lebih ke arah tosca menurut Aura, terhampar luas disekelilingnya. Angin hangat berhembus membelai rambutnya yang tertutup fedora. Sementara ayunan boat yang membelah lautan menggoyang lembut tubuhnya.
"Wan't some drink?"
"Terima kasih Pak," ucap Aura sambal mengambil gelas cocktail berisi cairan bening berwarna keemasan itu.
Aura kembali terdiam memandang birunya lautan melalui gelas yang dipegangnya.
"Kok tidak diminum, cuma dilihat saja? Mubazir kalau jadi hangat."
"Ah, sebenarnya saya tidak suka minum di waktu kerja Pak, rasanya kurang professional."
"Come on, everyone seems to enjoy the scenery, and no one will lose their professionality by sipping it"
Aura hanya terdiam sambil memandang horizon. "I once told him that I won't drink without him," bisik Aura lirih.
"Sorry?"
"Oh maaf Pak, saya melamun" jawab Aura.
"Ra, sudah berapa kali saya bilang, tidak usah panggil Pak. Berasa tua tau. Cukup Hari saja" sahut Hari sambil mengangkat alis.
"Ya, tapi jadi tidak enak sama yang lain Pak Hari," balas Aura.
"Well, they'll understand our situation. We're most likely childhood friend," balas Hari.
"Childhood friend ketemu gede?" balas Aura sambil nyengir kuda.
"Memang benar kok kita childhood friend, kan rumah Eyang Pran dan Mama Evi sebelahan" jawab Hari enteng.
"Tapi kita tidak berteman, yang ada Bapak dulu suka bully saya. Dan kita tidak pernah bertemu lagi sejak usia saya 12 tahun," balas Aura. Teringat olehnya betapa pria yang sekarang berdiri di sampingnya sambil menyender di dek suka sekali mengerjainya. Mulai dari menarik kepangnya, menyembunyikan sepatunya sampai membuatnya dimarahi Eyang Pran ketika pria itu memecahkan guci namun tidak mengaku. Alhasil Aura yang berada di TKP kena marah sang Eyang.
"Bahasa Inggris kamu katanya bagus, kok childhood friend aja tidak tahu artinya? Kan intinya waktu kecil kita berteman."
"Sialnya pas ketemu lagi malah jadi bos," rutuk Aura pelan.
"Salah sendiri kenapa kamu masuk di kantor ini," jawab Hari lugas sambil menjepit hidung Aura.
"Ih apa sih? Nanti saya lapor ke Bu Elly lho!" sentak Aura yang sedang kesal.
"Dasar tukang ngadu." Balas Hari sambil melengos.
"Ya habis dari dulu sukanya begitu sih. Nyebelin"
"Habis kamu gemesin sih" jawab Hari lugas sambil tertawa.
"Hadeeeeh.. alasan! Emang sebenarnya Bapak kan usil. Dulu aja gara-gara Bapak iseng naruh mainan ular di sepatu saya, saya jadi mecahin guci Eyang Pran terus bilang saya yang salah. Padahal kan Bapak yang salah. Mama Evi jadi marah kan jadinya."
Hari hanya tertawa terbahak sambil mengangkat gelasnya. "Cheers lil' girl. For the future ahead of us".
"Cheers. To whatever future brings us."
YOU ARE READING
Awal Kedua
RomanceMenjelang pernikahannya tiba-tiba sang tunangan datang dengan seorang gadis yang sedang mengandung. Patah hati, Aura melepaskan semuanya untuk sebuah awal yang baru. Adakah kesempatan kedua bagi Aura untuk mendapatkan akhir bahagianya?