"Tidak terasa, seminggu lagi kita akan menikah. Cepat sekali, ya?"
"Padahal rasa-rasanya baru kemarin kau melamarku.'' tuturnya lembut.
Otaknya menerawang ke masa di mana ia dilamar di bawah lebatnya hujan oleh Garda--pria yang saat ini bersamanya.
Entah apa yang dipikirkan Garda saat itu, pria itu berlarian menembus derasnya hujan hanya untuk melamarnya. Sungguh konyol. Tapi, Dena suka.
Sepasang sejoli itu bangkit dan keluar dari dalam cafe. Kebetulan ini hari terakhir Garda libur. Esok pria berambut coklat terang itu akan disibukkan dengan tugasnya di luar kota. Ya, namanya juga seorang CEO sebuah perusahaan. Oleh karena itu, Garda ingin menghabiskan waktu seharian bersama Dena, gadis pujaan hatinya.
"Berapa lama kau di luar kota?"
"Sekitar 2-3 hari. Kenapa? Kau tak bisa jauh-jauh dariku ya, Den?" godanya.
Si gadis mendengus kecil. Si Garda memang suka sekali menggodanya.
"Tidak juga. Kau ini percaya diri sekali."
Ada raut kekecewaan saat Dena berujar demikian. Dena yang menyadarinya, langsung tertawa lebar, lalu ia cubit gemas pipi sang pria.
"Ululu, aku cuma bercanda, Garda.'' tuturnya disertai cengiran khasnya.
Garda yang melihat cengiran itu jadi gemas sendiri. Ia japit pelan hidung bangir Dena dengan dua jarinya kemudian ia kecup singkat dahi sang gadis.
"Aku mencintaimu, Gardena Puspaningrum.''
"Aku juga sangat sangat mencintaimu, Garda Prameswara."
...
Seorang pria berjas merah maroon terlihat memasuki rumah luas nan megah. Matanya mengedar ke seisi rumah, mencari keberadaan sang Ibunda tercinta.
"Loh, kapan kau tiba, nak?"
Sesosok wanita paruh baya yang masih terlihat cantik berjalan ke arahnya sembari merentangkan kedua tangan. Segera saja ia peluk wanita tersebut dengan sangat erat.
"Aku barusaja tiba, Bun," jeda, "Di mana Kak Garda? Aku rindu sekali dengannya."
"Sepertinya dia sedang--"
"Aku pulang!"
"Nah itu dia."
Garda menghentikan langkahnya. Sedikit terkejut sekaligus gembira melihat kedatangan sang adik.
"Wah, aku tak menyangka kau pulang. Apa ini kejutan karena seminggu lagi Kakakmu ini akan menikah, Tanu?"
Pria yang dipanggil Tanu hanya tersenyum tipis kemudian mendekati sang kakak lantas memeluknya.
"Bisa dibilang begitu." jawabnya lalu melepas pelukannya.
"Kau ini tak berubah ya. Masih saja irit bicara. Dasar." tuturnya sembari menggelengkan kepala.
"Sudah sudah, adikmu ini pasti lelah Garda. Perjalanan dari London ke Bandung memakan waktu lama. Jadi, biarkan adikmu istirahat. Kau juga istirahat sana. Bukankah besok kau berangkat ke Semarang?"
Jika sudah begini, baik Garda maupun Tanu hanya bisa menurut. Mereka tak berani membantah ucapan maupun perintah dari Sang Ibunda.
"Baiklah, Bunda." jawab mereka serempak.
...
Jam sudah menunjukkan pukul 11.30 malam. Tapi, Dena tak kunjung terlelap juga. Entah kenapa, ia merasa resah. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya sepulang Garda tadi. Apa lagi jika bukan soal kepergian pria itu besok. Padahal sebelum-belumnya ia biasa saja saat Garda hendak ke luar kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengikat Hati [End]
Short Story"...awalnya, hatiku yang enggan terpaut dengan siapapun, kini telah terikat erat. Karena adanya sang pengikat hati..." Start [21/05/2020] Finish [21/06/2020]