File 1 : altar : 1

50 3 0
                                    

" Woah, " seru beomgyu sambil mendongak menatap pohon cedar.

Pohon cedar itu berdiri terlantar di tengah kerumunan tumbuhan mizubasho.

Tingginya pastilah melebihi sepuluh meter, dan dahan dahannya satu meter. Sebuah tali yang sudah tua terikat di batu yang berlumut tersebut. Sepertinya batu itu penuh dengan sejarah, namun beomgyu tidak mengetahuinya. Dia hanya terkesan dengan keberadaan pohon dan batu itu.

" Kau masih melihatnya? "
Beomgyu berbalik mendengar suara itu dan menemukan teman sekelasnya yang bernama yeonjun berdiri di sana.

Untuk ukuran anak lelaki kelas enam SD, tubuh yeonjun termasuk pendek sehingga beomgyu harus sedikit menunduk untuk menatapnya.

" Ah, ya. "

Yeonjun juga ikut mendongak melihat pohon cedar tersebut.

Saat mereka memutuskan untuk mengunjungi kinasa dengan tergesa-gesa, Yeonjunlah yag paling banyak mengeluh kalau hal ini merepotkan, namun sepertinya akhirnya dia menikmati perjalanan ini juga.

" Memang hebat sekali pohon ini, " kata yeonjun

" Ah, ya. "
"Kau cuma bisa bilang itu saja, ya?"
"Eh? Ah, ya."
"Dasar aneh."

Yeonjun tertawa sambil menyipitkan matanya yang memang sudah sipit.

Saat beomgyu baru saja pindah sekolah, orang pertama yang mengajaknya bicara adalah yeonjun. Dia kira yeonjun akan bertanya tentang kenapa dia pinsah sekolah dan di mna dia bersekolah dulu, namun ternyata yeonjun tidak mempertanyakan hal itu sama sekali. Yeonjun hanya bertanya soal hal hal remeh seperti animasu apa yang dia suka, dia lebih jago main sepak bola atau bisbol.

Beomgyu kehilangan ayahnya pada kecelakaan yang terjadi setengah tahun lalu. Ibunya sudah memiliki keluarga yang lain sehingga dia harus pindah ke Nagano untuk dirawat pamannya.
  Sebelum pindah sekolah, dia khawatir harus menjawab seperti apa mengenai situasi rumit dimana dia berada saat ini, namun karena tidak ditanya apa apa, dia malah agak kecewa. Namun di saat bersamaan, dia juga merasa senang. Dia merasa dirinya diterima

"Hei beomgyu. Ayo ke sini."

Beomgyu menoleh dan melihat yeonjun  sudah berdiri berlagak di atas batu besar yang ada dibawah pohon cedar.

"Eh? Tapi...."

"Pemandangannya keren,lho. Ayo."

"Ah,ya."

"Hei, kalian berdua kumpul."

Saat masato hendak memanjat batu itu juga, teman sekelas mereka, anak perempuan yang bernama chaeryoung, memanggil.

  Matanya bulat dan rambut panjangnya berwarna hitam mengkilap. Nada bocaranya yang polos mirip dengan suara guru praktik mengajar yang bersusah payah menopang masato saat ayahnya tertimpa kecelakaan. Guru yang suka khawatir,yang setiap minggunya mengirimkan surat yang isinya: Kau sedang apa?

"Ayo cepat,"desak chaeryoung

Beomgyu melihat anak anak dan guru yang memimpinmereka sedang berkumpul d depan ponodok yang terletak tidak jauh dari tempatnya.

"Sedikit lagi baru kami kesana,"seru Yeonjun dari atas batua.

"Lagi-lagi kau memanjat ke tempat seperti itu. Bahaya tau."

"Aku gesit, beda dengan mu. Jadi tak masalah"

"Bukan itu masalahnya."

chaeryoung merengut dan mengembungkan pipinya.

beomgyu tanpa sadar tersenym karena merasa percakapan mereka lucu. tepat setelah itu, mata beomgyu dan chaeryoung bertemu

"bahkan Beomgyu juga."

"ma,maaf"

beomgyu buru-buru berhenti tersenyum dan mengalihkan matanya.

"kalau kesal, coba kau kemari." 

diatas batu, yeonjun berdiri denagn satu kakinya dan merentangkan kedua tangannya untukk mempertahankan keseimbangan.

"tinggalkan saja orang seperti dia. ayo kita pergi."kata chaeryoung meraih tangan beomgyu. beomgyu kaget merasaka sentuhan tangannya dingin.

"I,iya."

dia berjalan sambil ditarik chaeryoung.

"Oi,beomgyu! kau mau berkhianat?" teriak yeonjun yang lalu membalikan badan. detik berikutnya, tubuh yeonjun terhuyung dan dia tergelincir dari atas batu.

"yeonjun, kau tak apa-apa?"

beomgyu dan chaeryoung bertukar pandang dan buru-buru menghapiri yeonjun yang terjatuh.

dia tidak bergerak

"makanya sudah ku bilang....."

chaeryoung jatuh terduduk dengan wajah pucat ketika yeonjun bangun

"aduuuhhh!"

yeonjun bangkit berdiri sambil menggosok-gosok pinggangnya.

tampaknya dia baik-baik saja. wajah tegang beomgyu mengendur, namu hal itu hanya sekejap.

deg

punggungnya merasa dingin. dia merasa tidak enak, seolah sedang diperhatika oleh seseorang. dia buru-buru mengedarkan pandanyannya, namun yang dialihat hanyalah mizubasho berwarna putih yang menyebar di satu tempat dan gunung gunung yang menjulang tinggi di kejauhan.

namun hal itu tidak membuatnya merasa lega. dia masih merasa ada yag janggal. jantungnya berdebar-debar dengan kencang. ketika dia menelan ludah, tiba-tiba ada tangan yang menyentuh pundaknya. 

"waaaa!"

beomgyu spontan terlonjak

"kenapa?"tanya yeonjun kaget 

"ah,ya. bukan apa-apa."

beomgyu menggeleng. dia meyakinkan dirinya bahwa instingnya salah da kembali menoleh pohon cedar.

seseorang sedang berdiri di samping batu yang ada di bawahnya. tidak, lebih tepatnya adalah, bayangan yang berbentuk orang. dia langsung tau makhluk itu bukan berasal daei dunia ini. tidak ada alasan. instingnya yang memberitahunya. bayangan itu mendekat ke arah beomgyu.

karna rasa bingung dan takut yang muncul bersamaan, beomgyu spontan melangkah mundur.

"beomgyu, kau tak apa?"

chaeryoung melihat wajah beomgyu dengan cemas.

Gawat.

saat dia berpikir seperti tyu, terlambat sudah. tubuh chaeryoung menyentak dan dengan mata terbuka lebar, dia jatuh ke atas mizubaso.

"oi, chaeryoung...kau kenapa?" seru yeonjun dengan suara seperti ingin menangis sambil mengguncangkan pundak chaeryoung. akan tetapi, chaeryoung tidak meespons seperti sebuah boneka 

apa? apa yang terjadi?

beomgyu berdiri terpaku dengan kebingungan.

ᴛʜᴇ ᴘʟᴀᴄᴇ ᴡʜᴇʀᴇ ᴛʜᴇ ꜱᴏᴜʟ ʙᴇʟᴏɴɢꜱTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang