Tak seharusnya #part 1

23 2 3
                                    

Masa kanak-kanak adalah masa dimana belum mengenal makna kehidupan yang sesungguhnya. Hanya di bumbui dengan bermain dan bermain, Masa dimana belum kenal akan masalah demi masalah yang akan di hadapi ketika dewasa kelak. Dan inilah secuil kisah nya...

Oke kita mulai saja..
Part 1
-Bukan seharusnya

Aku adalah aku bukan dia ataupun mereka
Biarkan aku berjalan sesuai dengan mauku
Karena ini pun karenamu
Bukan salah ku

      Diva adalah seorang anak yang tinggal di suatu perkampungan yang jauh dari kota. Usut punya usut sebenarnya dia merupakan anak kedua dari sepasang suami istri yang menikah masih terlalu dini pada zamannya. Karena belum seharusnya mengandung, kakak diva terpaksa harus keluar sebelum waktunya (ya bisa dibilang prematur). Beberapa hari dengan keadaan seadanya dia bertahan, namun rupanya Tuhan tidak mengizinkannya lama berada di dunia. Tak lama lahir,  lalu dia meninggal di pangkuan sang ayah.

Selang beberapa tahun kakak nya meninggal, lahirlah seorang anak mungil yang di harapkan sang ayah berjenis kelamin laki-laki tetapi ternyata perempuan dan dinamai lah DIVA.  Hasrat sang ayah masih menggebu tentang anak laki-laki berimbas pada perlakuan nya pada Diva. Setiap membeli kan baju gambarnya selalu tidak pernah feminim mulai dari baju bergambar robot, mobil dan motor. Bahkan untuk mainan yang seharusnya anak perempuan dimanjakan dengan  boneka justru  dia lebih sering di belikan mobil-mobilan hingga motor-motoran. Al hasil setelah dia beranjak mulai sekolah sifat dan sikapnya pun tidak pernah menunjukkan feminim, di tambah lagi lingkungan rumah pun teman-temanya lebih banyak laki-laki dan sering mengajaknya bermain bola.

Pada suatu ketika di rumah..

" Diva, diva." ( Teriak dua laki-laki berambut agak ikal dan lurus sebut saja dia Arul dan Adi).

" Neng, ada temen kamu noh." ( Teriak seorang wanita yakni ibu nya Diva yang sering dia sebut Mi)

" Iya mi bentar, (ambil kelereng, dan langsung memakai topi)

" Kuy kita maen apa sekarang, ni gue udah bawa kelereng adanya ini yaudah gue bawa aja." (Sahut Diva)

" Kita ke lapangan sono yang biasa kita maen bola, anak- anak udah ngumpul kayanya." (Kata Arul)

"Nih kan ya pan si diva udah bawa kelereng, yaudah kita maen bola nya pake kelereng aja." (Adi)

" Eh Oneng gimana nendang nya kalau pake kelereng, iya gue bawa tapi kalau kita mau maen bola yaudah kelereng nya gak usah di pake lah. " ( Kata diva ke Adi)

" Nah, gitu maksudnya gue di yaelah lu mah kebiasaan ah ora Santa eh danta ya kali kelereng kita tendang " (sahut Arul)

" Yaudah, yaudah ayo ah keburu mulai ntar kita gak kebagian peran." ( Diva merangkul Arul dan Adi)

"Peran apa si, emang siapa yg main film" ( sahut Adi)

    Diva dan Arul tersenyum menanggapi ocehan Adi yang memang agak sedikit Lola (loading lama). Memang diantara mereka bertiga Adi termasuk anak yang agak sedikit lama untuk mencerna kalimat kata perkata.

Sampailah di lapangan..

    Terlihat sudah ramai sekali anak-anak hilir mudik di suatu halaman luas yang biasa mereka gunakan untuk bermain karet, galasin, ular tangga, sepak bola dll. Permainan yang mungkin di zaman sekarang sudah mulai tergantikan dengan gadget. Secara tidak sadar ketergantungan akan gadget membuat insan menjadi pribadi yang egois, kasar dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Beruntungnya Diva masih bisa merasakan kebersamaan, kehangatan dan keseruan permainan tradisional yang memang dimainkan oleh beberapa orang dengan begitu kerukunan antar teman akan terbangun tidak seperti saat ini keegoisan yang tinggi tercipta karena kurangnya bersosialisasi.

Jalan kehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang