Tertampar Kenyataan

93 26 8
                                    

Jadwal kelas sudah berakhir, sepi. Hanya aku disini, sama seperti kemarin. Hujan pun masih memamerkan rintiknya, membuatku tak mampu untuk melangkah keluar.

Dimana Jihee? Apa dia sudah pulang? Kenapa aku memikirkan Jihee?!

"Sedang apa?"

Aku sedikit terkejut karena familier dengan suara ini. Aku menoleh, mendapati Jihee tepat di sampingku layaknya kemarin.

"Jihee? Belum pulang?"

"Kebagian kelas terakhir. Aku menunggu hujan reda. Sama?"

"Iya."

Suara hujan yang makin deras mengisi keheningan di antara kami. Rasa penasaranku tiba-tiba menyeruak ke permukaan.

"Jihee."

"Iya?"

"Apa kau benci hujan?"

Aku menatapnya ingin tahu, berharap bahwa ia tak menganggapku konyol karena bertanya hal semacam itu. Jihee memandang hujan, aku tak tahu apa yang dipikirkannya. Lalu, aku terkejut sebab ia beralih memandangku intens.

"Aku benci hujan."

Penekanan kalimatnya amat dalam seolah ia sangat membenci hujan. Setelahnya, pandangannya kembali, pandangan dingin dan tak peduli.

"Kau, Jim?"

"Sama. Aku juga."

"Kenapa?"

"Eum. Tapi, ini terlalu pribadi."

"Oh, ya sudah."

Kami kehabisan kata-kata. Namun, aku tak ingin keterdiaman ini berakhir sia-sia.

"Kalau kau, kenapa?"

"Ini terlalu pribadi."

"Oh, ya sudah."

"Kau meniruku, Jimin."

"Tapi, kau juga."

Kami saling pandang, pada detik berikutnya aku terkekeh geli. Jihee bahkan tertawa lumayan keras, suara seraknya semakin memesona ketika tertawa.

Degupan jantungku tiba-tiba menjadi cepat. Aku berhenti terkekeh, mengawasi Jihee yang tak menyadari aku memandangnya. Ia tampak seperti anak kecil, tertawa begitu lepas seolah tak ada kesedihan dalam hidupnya.

Bagaimana bisa ia begitu memesona? Gerak-geriknya, wajahnya, bahkan suara seraknya.

"Park Jimin."

"Eh, iya?"

"Aku duluan, ya."

Tanpa kusadari hujan telah reda, Jihee melangkah keluar, meninggalkan aku seorang diri. Degup jantungku masih sama seperti tadi, cepat, aku menyentuh dadaku, merasakan seberapa cepat detaknya.

Seulas senyum merekah dengan sendirinya di bibir. Sekarang aku yakin, aku benar-benar jatuh, aku jatuh ke dalam Park Jihee.

 Sekarang aku yakin, aku benar-benar jatuh, aku jatuh ke dalam Park Jihee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Petrichor. [ Park Jimin ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang