Lari adalah Opsi Pertama

126 26 10
                                    

Sebut saja aku seorang pengecut, yang tak kuat dan tak mampu menerima kenyataan, karena aku memang seperti itu. Setelah pengakuan Jihee, aku memutuskan untuk pindah tanpa sepengetahuan siapapun kecuali Taehyung, tinggal bersama nenekku di London.

Aku berkuliah di sana, mencoba menemukan pengobat hati, melupakan sosok Jihee. Hingga tanpa terasa 4 tahun berlalu sejak aku memutuskan tinggal di London. Aku selalu pulang di liburan musim dingin. Dan ketika aku kembali ke rumah di tahun kelimaku, Bibi Choi memberiku sebuah undangan.

Sampulnya berwarna biru muda, sesuai dengan nuansa dingin di musim ini. Aku membukanya di dalam kamar, mengetahui satu lagi kenyataan yang menyakitkan tentang Jihee. Aku sadar ia tak pernah melupakanku, aku sadar ia selalu menganggapku temannya, tapi undangan itu menghancurkan hatiku yang belum seutuhnya sembuh.

Itu undangan pernikahan, pernikahannya dengan Jungkook. Aku tertawa miris, mengamati bagaimana nama keduanya terasa sangat pas.

 Aku tertawa miris, mengamati bagaimana nama keduanya terasa sangat pas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka sudah resmi menjadi pasangan hidup. Aku menatap kedua insan yang berbahagia itu dari bangku paling belakang. Mereka tampak sangat bahagia. Jihee semakin cantik sekarang, wajah Jungkook pun sudah terlihat lebih dewasa. Setelah tiba saatnya untuk mengucapkan selamat, aku segera bangkit dari dudukku, merasa diriku tak akan sanggup mengucapkan selamat pada mereka.

“Park Jimin!"

Aku mengenal suara itu. Dengan enggan, aku membalikkan badanku. Jihee berjalan cepat ke arahku, memandangku dengan seulas senyum. Bayang masa lalu itu terngiang kembali. Pertemuan terakhir kita sebelum aku memutuskan pergi, meninggalkan Jihee beserta kenangan tentangnya.

Jihee memelukku dengan erat, tapi aku tak bisa balas memeluknya seperti saat itu. Aku tahu batasanku.

“Jim, kemana saja kau?! Kau tahu, selama 4 tahun ini aku selalu mencarimu. Kenapa kau pindah?”

“Maaf tak mengabarimu, Jihee. Aku harus menemani nenekku di London."

“Lalu, kenapa kau memutuskan pergi tanpa mengucapkan selamat atas pernikahanku?"

“Ah, aku buru-buru karena jadwal penerbanganku. Selamat atas pernikahanmu, Jihee. Tolong beri aku teman yang lucu."

“Kalau itu, tak usah diminta aku juga akan memberinya," balas Jihee dengan kekehan kecil.

Ingatkan Jimin bahwa gadis di depannya sudah menjadi milik orang lain.

“Baiklah. Aku pergi dulu, Jeon Jihee Aku titip ucapan selamat pada Jungkook."

“Oke. Sampai jumpa, Jim. Sering-seringlah pulang ke Korea."

“Eum. Aku duluan," salamku sebelum berbalik dan menghilangkan senyum lebar yang semula kulempar untuk Jihee.

Berakhir. Perasaanku sudah berakhir di detik itu.

E N D

Aku belajar melupakan dari patah hati yang menyesakkan. Berusaha menerima dari lara yang dipupuk air mata. Tak apa kendati payungmu diisi orang lain dan bukan aku. Mestinya aku sudah tahu takkan ada hal baik yang datang bersama hujan.

 Mestinya aku sudah tahu takkan ada hal baik yang datang bersama hujan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Petrichor. [ Park Jimin ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang