.
.
.
.
.
.
.
.
.
.🍼🍼🍼
"Je-no"
"Ye–noh"
"Yey—nooo"
"Aniya, Jeno Hyung"
"Yuuung"
"Yung—noh?" (Jeno hyung?)
"Ne, Jeno hyung.."
"Eyic? Yic–yung yuda?"
"No-no, Eric bukan hyung, arrachi?"
"nyo-nyo"
"Hngg"
"Kau apakan anak-mu, Kim?"
Suara itu mengintruksikan kegiatan mereka sejenak memandang siapa yang datang dengan wajah datarnya, "Sini, sama papa.." Katanya sembari mengambil alih sibungsu yang sudah merengut didalam gendongannya.
"Ddy bad!" Sibungsu mengadu, menyembunyikan wajahnya keceruk leher sang papa.
"Kim." Tegur Si Papa
"Yic–nnanis!"
Si Papa merendahkan tubuhnya saat melihat anak pertamanya berjalan mendekat, "Ppa! Ddy bad! yic–nnanis!" Adunya, tidak terima melihat adiknya menangis.
"Jeno..." Panggil pemuda Kim pada anak sulungnya yang sibuk mengadu,
"Ngan nnanis, huhuhuuu"
Kesal karena tidak bisa membujuk sang adik, lalu memilih ikut menangis.
"Mingyu, sehari tidak buat mereka menangis tidak bisa?" eluhnya
Mingyu tertawa kecil melihat pemuda dihadapannya sibuk menenangkan putra kembar mereka, "Sini.. Eric sama daddy."
"Iyaa, Eric juga hyung kok. Eric hyung uljima..."
"Kim, kita sudah sepakat. Kenapa diungkit lagi?"
"Diam, Jung. Aku hanya memberi tahu, Kalo Jeno itu Hyung."
"Ayo, sini Jeno sama Daddy. Kita mandi" Mingyu mengambil Jeno dari pemuda Jung dihadapannya. "Jae, kau yang masak ya."
"Hm."
"Sudah tampan anak daddy.." Mingyu tersenyum puas.
"Nye!"
"Ayo, Papa harus liat anak-anaknya tampan ini,"
"Tey!"
"PPA! PPA!"
Merasa dirinya dipanggil refleks membuat tubuhnya berputar, dua balita yang berlari itu menjadi pusat perhatiannya.
"Headband?" Tanyanya pada Mingyu yang baru tiba"Ya, gimana Jung? Tampan bukan anak-anaku."
"Yic ampan..." (Eric tampan)
"Nno–udaa.." (Jeno juga)
Puji sikembar pada diri sendiri.
"Iyaa, kalian tampan. Daddy doang yang jelek,"
"Apa-apaan kau, Jaehyun."
"Sudah, ayo makan.."
TBC
AKU NULIS APASI INI KOK JELEK BANGET!? YANG KEMAREN MINTA NEXT MAJU SINI UDAH AKU QASI:(