03. ZONA BAPER
"Gue sayang dia apa adanya, bukan ada apanya."
- Reihan -***
Pernah iri dengan hubungan seseorang yang terlihat berjalan begitu mulus? Pernah iri? Saat melihat seorang pemuda begitu perhatian dengan gadisnya? Dan kalian hanya bisa gigit jari melihatnya.
Bukannya turut bahagia atas kebahagiaan orang lain, malah jadi ajang salin iri. Kemudian berujung pada nyiyir pula. Terkadang sesuatu yang terlihat begitu sempurna, didalamnya juga terdapat cela juga.
"Cal nih, tadi dikasih sama Reihan," ucap Maura menyerahkan kantong plastik kepada Calisya saat gadis itu baru saja masuk ke dalam kelas.
Sudah pasti hafal gadis itu tentang isi dari kantong plastik pemberian Maura. Ralat itu dikasih sama Reihan tepatnya! Sekotak susu srtawberry juga dua bungkus roti dengan selai yang sama.
"Thanks."
"Anjir, enak bener yang tiap pagi dikirimin begituan lu, Cal. Gue juga mau kali," sungut Selin. "Kapan gue bisa gitu ya?"
"Waktu Cal sama Reihan udah pada gendong cucu," Maura menyaut sambil mengintip isi kantong plastik milik Calisya.
"Ya makanya cari pacar Sel. Biar ada yang nganterin begituan tiap pagi," ucap Pitaloka sembari terkekeh.
"Hallo... emang situ udah punya?"
"Tau tuh. Jomblo ngatain jomblo," timpal Radellea.
Pitaloka hanya terkekeh mendengar nada sewot dari sahabatnya. Iya juga sih... dia 'kan juga nggak ada pacar. Ngapain sok ngatain orang segala?!
Maura tidak tidak menggubris ucapan kedua manusia itu. Ia lebih tertarik saat Calisya mulai mengeluarkan isi dari kantong plastik loreng itu. "Eh bagi dong. Barang siapa yang tidak membagi--
"Nih... Tinggal minta kenapa harus nge-hadits sih?"
"Kok yang di kasih cuma Maura, gue nggak?"
"Aku juga mau, Romlah."
"Ck... kampret bener punya temen kek kalian," decak Calisya.
"Ini gue bagi sama Selin, lo berdua sama punya Maura."
"Trus gueee??!"
"Ya nasib ngga kebagi."
"Sialan emang," umpat Radellea.
"Ngumpat sih ngumpat, ga usah pake nyembur bisa!? Nih gue bagi," ucap Maura.
"Gini nih, definisi temen dunia akhirat."
***
Hari ini kelas 11 IPS 1 sedang mengadakan evaluasi Sejarah. Bukan evaluasi dadakan seperti tempo dulu, kali ini sudah terjadwal dari seminggu yang lalu.
Kelas benar-benar senyap. Tidak ada suara selain jam dinding yang berdetak. Gurunya nggak killer kok, cuman peraturanya kalau sampai ada suara sedikit saja. Maka soal akan ditambah lima soal. Nggak killer kan Guru Sejarahnya?? :)
Hingga suara ketukan pada pintu mengalihkan atensi para penghuni kelas. Seorang gadis pemilik rambut pendek datang sedikit tergesa-gesa.
"Maaf Bu. Saya terlambat, ini surat keterlambatan saya."
Seketika Bu Rika, guru Sejarah itu menurunkan sedikit kacamata miliknya hingga ke ujung hidung. Melihat seorang siswi yang baru saja datang ke kelasnya. Yang dilihat sudah ketar-ketir. Takut kena semprot. Setelah puas melihat wajah siswi tersebut, Bu Rika kemudian menelisik surat keterlambatan siswi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOKROM
Teen Fiction-Tentang Aku, Kamu, juga Cerita kita yang semu- Sepengenggal cerita tentang semunya menjadi remaja. Mencoba menyatukan yang berbeda. Kalian akan merasakan berbagai sikap juga sifat dalam cerita ini. Menentukan sifat mana yang cocok dengan kepribadia...