Seorang gadis berdasi biru sibuk membawa tumpukan kertas data siswa kelas 9X, kelas akselerasi yang berisikan sekumpulan siswa cerdas dan kompak.
Karena kewajibannya sebagai ketua kelas, ia terpaksa harus membawa tumpukan kertas yang sangaatt berat itu. Jalan menuju ruang kepsek serasa perjalanan Vasco da Gama mengelilingi dunia, lamaa sekalii!
Benar-benar melelahkan. Rasanya tidak adil jika ketua kelas itu perempuan, apalagi pas tau kalo wakil ketuanya mageran, huh! Tapi apalah daya, jika sudah terpilih, maka lakukan yang terbaik.
"Amanah tidak akan jatuh pada pundak yang salah," pikirnya sambil tersenyum.
Kelas 9X adalah kelas yang terletak cukup jauh daripada kelas lain. Mereka dipisahkan dari kelas lain supaya dapat lebih fokus dan nyaman dengan suasana belajar. Makanya nilai rata-rata kelas 9X berada di atas jauh daripada kelas yang lain.
Eits, jangan salah. Murid kelas 9X dijadikan sebagai model sekolah, lho! Mereka ditandai sebagai murid yang kompak dan berprestasi. Dan tentu saja sang ketua kelas, Alyssa Khoirunissa, dianggap sebagai Pemimpin yang sukses mengangkat kelas 9X. Alyssa selalu mendorong teman-temannya untuk selalu melakukan yang terbaik. Menurutnya, kekompakan adalah kunci keberhasilan dalam suatu tim.
Alyssa selalu berpikir positif. Apapun masalah yang menimpanya, ia hanya akan tersenyum dan berusaha menyelesaikannya dengan baik. Memang benar, berpikir positif akan mengubah segala sesuatu menjadi lebih baik.
Tapi, untuk pertama kalinya berpikir positif tidak mendukung organ tubuh Alyssa. Di tengah jalan menuju ruang kepsek, terdapat kulit pisang yang entah dari mana asalnya. Kaki Alyssa yang terus berjalan tanpa sengaja menginjak kulit pisang itu. And the disaster has come.
"BRUUAAAKKKK!!!!!"
Alyssa terjatuh. Tumpukan kertas itu bertebaran ke mana-mana. Ada yang tersangkut di pintu kelas 8G, ada yang basah terkena air lantai, dll.
"Ya Allah gimana iniiii?!!" Alyssa mulai panik. Ia bingung harus gimana.
Sembari memungut kertas, air mata Alyssa mulai membasahi pipinya. Ia panik. Jantungnya berdegup sangat kencang. Ia merasa sangat bodoh dan gegabah.
"Hiks, A-aku ini benar-benar gegabah," tangisnya yang terisak.
Malu yang ia rasakan di kala itu. Hampir seluruh murid kelas melihatnya. Tidak ada satupun yang membantunya. Sialan, dasar kejam! Alyssa hanya menundukkan wajahnya sambil memungut kertas yang bertebaran.
Di saat seperti ini, terdengar derapan langkah dari seseorang laki-laki. Entahlah, Alyssa tidak melihat siapa dia karena sibuk memungut kertas. Laki-laki itu ikut menundukkan wajahnya sambil memungut kertas. Ternyata, ia ingin membantu Alyssa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selendang Biru
Teen FictionHari Sabtu, hari dimana kau memberiku selendang biru. Dengan corak bunga yang indah dan lembutnya selendangmu membuatku terus membawanya kemanapun aku pergi. Namun di saat ku ingin mengembalikan selendangmu, sesuatu terjadi. Alyssa : (Tertegun). "Ud...