"Suster, kamu tolong kasih resep ini ke pasien 312 sekarang ya."
Ucap Alya setelah menuliskan resep dan menyerahkannya pada suster yang sedang berjaga."Baik, Dokter."
Suster itu pun pergi masuk ke dalam ruang penyimpanan obat.Alya melihat jam tangannya dan mendengus. Sebentar lagi, ia ada jam operasi dan ia sebagai asisten dokter bedah lagi. Kali ini, operasinya sedikit akan lebih lama karena penyakit komplikasi yang diderita pasien.
Kemarin-kemarin, Alya bisa melewati semua jadwal operasinya dengan baik. Sehingga, ia bisa naik ke tingkat operasi yang lebih sulit.
Bukan karena operasinya ia sedih, tapi Alya tahu hari ini Sean datang ke RS untuk pekerjaannya. Dan sepertinya, mereka tidak bisa saling bertemu. Padahal, Alya ingin sekali makan siang bersama.
"Mengingat pasien yang membeludak karena wabah DBD ini, membuat RS sedikit kesulitan untuk mengelola obat-obatan. Mereka hanya bisa mengirim dalam jumlah biasa. Penambahan kuota belum juga di ACC."
Suara seorang pria terdengar membuat Alya menoleh.Alya melihat segerombolan orang yang terdiri dari 5 lelaki berjas putih khas kedokteran, sepertinya mereka adalah direktur dan para profesor yang menjabat di RS ini dan juga ada 2 lelaki berjas hitam berjalan bersamaan didepan mereka. Terlihat sibuk.
"Apa kita boleh melakukan sistem rujuk?" Tanya salah satu pria berumur yang sudah menipis rambutnya.
"Tidak perlu."
Suara itu membuat Alya tersenyum."Wil, kita ke perusahaan mereka besok. Bisa atur jadwalku kembali?" Tanya Sean lagi pada Willy.
Alya menopang dagunya diatas meja sambil tersenyum melihat Sean yang sedang sibuk itu.
Mereka bahkan berbicara sambil berjalan. Terlihat sangat keren. Dan yang paling membuat Alya ingin menjerit adalah pria keren itu adalah miliknya. AH!Willy mengangguk. "Tak masalah."
"Terima kasih, Mr. Gordano." Ucap para dokter senior.
"Lalu, bagaimana dengan masalah kemarin-..." Suara Sean tenggelam karena mereka sudah masuk ke dalam lift.
Sean tidak menyadari keberadaannya. Jelas! Alya memang berdiri sangat jauh dari mereka."Oh my! Lihatlah air liurmu, itu!"
Alya mendengus kesal karena kesenangannya diganggu. Dengan refleks, Alya mengelap kedua sudut bibirnya.
Pria itu tertawa. "Masih polos seperti biasanya."
"Dasar pengganggu! Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Alya kesal sambil mengecek jadwal visitnya sebelum ia bersiap untuk operasi.
"Galak amat, baru sekarang bisa ketemu juga. Ya apalagi kalau bukan mencari Natalya Robberts?" Ucap pria ber jas putih dengan gaya menjengkelkan, ia menyangga kedua lengannya pada meja.
"Ngapain mencariku?"
"Ngajak makan siang bareng."
Alya menatap pria itu sambil bersidekap. "Traktir?"
Pria itu terkekeh sambil mengangkat jempolnya.
Lalu, Alya menggeleng. "Sorry, tapi aku ada operasi, Revan."
"Habis operasi?"
"Deal!"
Jawab Alya sambil mengangkat tangan kanannya mengajak tos dokter tampan itu."Deal!" Revan pun menepukkan tangannya pada tangan Alya dengan bersemangat.
----------
Sedari tadi, Alya berdiri gugup didepan sebuah pintu. Tangannya bulak-balik antara harus membuka pintu itu sekarang atau tidak karena ia sendiri belum siap.

KAMU SEDANG MEMBACA
STILL
RomanceFollow Author dan kasih Voment ya, kalau berkenan. Hehhee - - - Natalya Robberts, gadis imut yang biasa dipanggil Alya ini selalu dimanja seluruh keluarga sejak kecil. Tak memiliki saudara kandung alias semata wayang, mungkin itulah yang membuatnya...