Chapter 3 : My Greatest Grandpa

486 66 13
                                    


"Kenapa kau membangunkan Jungkook duluan? Kan aku yang lebih tua, harusnya aku duluan." Omel Taehyung dengan wajahnya yang membengkak dan kedua mata masih tertutup. Ia berjalan lambat menuju kamar mandi dengan handuk dan celana boxernya yang hampir melorot.

Aku membantu mendorong tubuhnya agar berjalan lebih cepat, atau menarik rambutnya saat ia hampir menabrak pintu atau dinding. "Jungkook dandannya lama, butuh waktu satu jam lebih untuknya menata rambut."

"Aku tidak begitu!" Seru Jungkook yang berusaha untuk protes dan mengelak. Namun sisir di sebelah tangan kirinya dan hair dryer di tangan kanannya dengan dirinya yang berdiri di depan cermin besar sudah membuktikan semua kebenaran. Aku tak perlu membalasnya untuk memperpanjang waktu debat kami, masih banyak yang perlu kukerjakan selain membangunkan Taehyung dan Jungkook lalu menunggu mereka untuk berangkat sekolah bersama.

"Jimin-ah, sudah aku siapkan bekal untuk kalian. Ini sarapanmu."Ujar Seokjin Hyung sambil mendorong piring berisi omelet dan beberapa potong kimbab serta segelas jus apel ketka aku duduk di meja kayu kecil dengan kursi plastic. "Aku buatkan telur dadar dan sosis untuk hari ini."

"Twe-wi-maka-swih.." Ujarku dengan mulut penuh makanan. Aku memakan sarapanku dengan tergesa saat kusadari tak banyak waktu untuk bersantai-santai jika tak ingin terlambat ke sekolah. Tapi yang jadi masalahku saat ini adalah Jungkook dan Taehyung. "Aku selesai! Terimakasih sarapannya." Seruku kemudian berlari kembali ke kamar meninggalkan Seokjin Hyung yang melongo heran.

"Yak! Kau masih belum selesai? Apa kau menata rambutmu tiap helai?" Aku berkacak pinggang dan mengeluarkan taring serta tanduk yang tak dapat dilihat oleh siapapun. Ah bercanda! Sudah cukup benang merah yang mngikat jemariku, tak usah ditambah-tambahi lagi.

Jungkook hanya meliriku sebentar dengan tatapan tak suka. Kemudian ia kembali bercermin sambil menata rambutnya yang tebal dan membuat poninya sedemikian rupa hingga miring ke samping. Poninya yang panjang hampir menusuk mata Jungkook dan membuat separuh wajahnya tertutup. Aku yang melihat entah mengapa merasa gemas, bukan dalam lingkup positif. "Ugh! Nanti malam saat kau tidur ku potong ponimu!" Ujarku gemas.

Kedua mata Jungkook lantas membola lebar, ia sempat menghentikan napasnya sepersekian detik sebelum ia berteriak keras, "Jin Hyung! Jimin Hyung mau memotong rambutku!"

"Jimin!" Teriakan Seokjin dari arah dapur terdengar menggema hingga kamar.

"Poninya membuatnya selalu terlambat sekolah, hyung. Apa seharusnya tidak dipotong?" Balasku teriak. Mataku masih menatap Jungkook nyalang, begitupula dengan Jungkook yang menatapku dengan berapi-api.

"Biarkan saja, dia baru mendapat masa puber-nya." Balas Seokjin Hyung yang langsung membuat Jungkook menjulurkan lidahnya padaku. Aku menggeram kesal sebelum menghentakan kaki lalu pergi meninggalkan Jungkook.

"Jimin-ah, tolong bantu aku membuat simpul pada dasi." Kata Taehyung pelan ketika aku baru melewati pintu kamar. Taehyung sudah siap semua selain dasi dan sepatu, rambutnya sudah disisir rapi, seragamnya sudah rapi, dia sudah pakai parfume, dan tasnya sudah disiapkan semalam bersamaku setelah kita selesai belajar.

"Pokoknya kalau lima menit lagi Jungkook belum selesai, kita berangkat duluan." Kataku dengan uring-uringan sambil membenarkan dasi milik Taehyung. Taehyung hanya diam saja, sepertinya dia masih mengantuk.

"Haduh! Ada apasih, pagi-pagi selalu berteriak." Yoongi Hyung muncul dari pintu utama dengan wajah kusut dan kantung mata yang mengerikan. "Apa belum siap?"

Aku tertegun untuk beberapa saat karena kondisi Yoongi Hyung yang seperti itu. Dia pasti belum tidur semalaman karena mengerjakan lagu, aku penasaran apakah dia sudah makan atau belum. "Hyung, kami naik bis saja. Hyung bisa istirahat." Ujarku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 27, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Red StringWhere stories live. Discover now