Awal (1)

11 3 0
                                    

.

Kini dalam suasana hening yang menyelimuti, aku hanya dapat mengingat potongan kenangan indah itu. Ya, saat aku bertemu dengan orang yang telah mengubah hidupku hingga sejauh ini. aku rindu. Bahkan setelah 10 tahun semenjak kepergiannya, aku bahkan tak bisa melupakan orang itu. Karna bagi ku, dialah orang yang sangat berarti.

Perpustakaan memang bukanlah tempat yang tepat untukku saat ini. Terlebih niat utamaku saat ini hanya untuk tenggelam dalam kenangan-kenangan indah, bukan untuk belajar atau sekedar membaca buku. Tapi hal itu aku lakukan agar mendapat lebih banyak ketenangan.

Lama kelamaan, bosan datang menghampiri. Ku putuskan untuk mengenakan earphone dan segera memutar lagu. Seperti biasa, tempat terpojok dari perpustakaan merupakan tempat yang paling nyaman untuk tenggelam dalam lamunan. Sesekali ku gerakan kaki sekedar untuk menikmati alunan lagu yang saat ini ku dengar, tentunya dengan menutup mata.

Kenangan kenangan itu kerap muncul dalam ingatan, mengalir begitu saja, dan selalu ku biarkan terus terjadi. Kadang kala tersenyum, ataupun merasa sedih tanpa ku sadari. Dan pastinya hal itu kerap kali ku lakukan sebagai rutinitas jika waktu istirahat sekolah datang menghampiri. Dan tanpa ku sadari, aku sendiri telah berubah menjadi seorang yang Intovert oleh semua kenangan ini.

Bayu, Bayu, dan Bayu. Hanya nama itulah yang kini dapat aku kenang setiap harinya. Setelah perkenalan itu, hari hari ku selalu dihiasi warna indah berkat dirinya. Dia tak hanya pahlawan saat hari dimana ia menolongku, ia juga pahlawan saat sepi hari ku. Andai saat ini ia ada disampingku, menemani hari ku. Andai-andai-andai. Aku ini menyedihkan. Semakin lama, aku yang tak bisa berbuat apa-apa hanya dapat berandai andai.

"Cindy Dyana Fakhira! Sudah berapa kali ibu bilang, jika waktunya masuk pelajaran kamu harus pergi ke kelas!" Seorang ibu petugas perpustakaan berbadan gempal menyenggol kursi yang kududuki. Kaget. Tentu saja! Segera ku lepas earphone yang terpasang ditelingaku. Bu Bertha. Siapa lagi kalau bukan dirinya yang selalu memarahi ku dalam keadaan begini?

"Maaf bu, saya tadi tak mendengar bel masuk.." ujarku mengeluarkan alibi seraya menundukan kepala.

"Lagi lagi alasan itu! Cepat kamu kembali ke kelas sebelum terlambat!" Bu Bertha kini mengubah posisinya, seperti mengarahkan ku untuk pergi, dalam kata lain seperti mengusir diriku untuk cepat pergi dari perpustakaan dengan meletakan kedua tangannya dipinggul. Dengan segera tanpa membuang waktu, ku kerahkan tenaga untuk berlari menuju kelas.

"Cindy, kenapa kamu sering terlambat saat pelajaran saya?" kata itulah yang pertama kali terdengar di telinga. Sudah kuduga, pasti di ceramahi lagi oleh bu Winda, sang guru Matematika. Bu Winda bukanlah tipe guru yang selalu mengomel layaknya Bu Bertha, tetapi kalau ia sudah ceramah, pasti akan menjadi sesuatu yang melelahkan untuk didengar ditelinga. Seperti biasa, tak perlu menjawab atau berkomentar sedikit pun jika diceramahi olehnya. Jika diceramahi, kau hanya harus mendengar dan diam. Itulah yang ku lakukan saat ini.

"......Kamu seharusnya lebih dewasa lagi Cindy, sebentar lagi kamu akan menghadapi UNBK, dan mata pelajaran saya termasuk disana. Dan lagi, bukan hanya untuk Cindy, untuk kalian semua juga sama. Kalian sebentar lagi masuk SMA, apa kalian tidak malu jika terus terusan bertingkah seperti anak kecil? Sudahlah, Cindy cepat kamu duduk.."

Tak pernah sekali pun aku fokus terhadap pelajaran ini. Bukan benci atau tak suka. Tetapi kadang kali diriku memang tak bisa terlepas dari angan, khayalan, berandai-andai, atau kalau dilihat dari sisi orang lain, melamun. Benar apa yang bu Winda katakan. Sebentar lagi diriku lulus dan akan melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah atas. Tak terasa. Tapi mau bagaimana pun, tetap saja menurutku kelas yang ramai saat ini tak bisa menjadi patokan ku untuk belajar. Bagaimana diriku dapat fokus jika murid yang lain banyak bicara dan banyak tingkah? Maka dari itu, aku tak pernah mengandalkan kelas sebagai tempat yang tepat untuk belajar. Lebih baik belajar sendiri dan menghabiskan waktu di Perpustakaan dari pada disini. Itulah pikirku. Walau bagaimana pun, aku tetap membutuhkan bantuan guru agar lebih paham materi yang dibahas. Oleh karna itu, biasanya aku merekam setiap pembelajaran, dan memutar ulang rekaman dan belajar di rumah.

Sweetest CandyWhere stories live. Discover now