0.2 Hari-Hari Kebebasan

29 6 2
                                    

"Kenapa harus menyesali yang udah terjadi ketika waktu ga bisa diputar kembali?"

"Malam Minggu, ga kemana-mana, di rumah aja? Ngenes!"

Begitu kata kebanyakan orang. Malam Minggu memang identik dengan menghabiskan waktu dengan orang yang disayang. Terutama bagi anak SMA, memiliki pacar masuk ke dalam resolusi tahun baru mereka.

"Ma, keripik kentang yang kamarin ini aku beli mana ya?" tanya Tania kepada Mamanya sambil membuka-buka lemari makanan.

"Udah gue makan" potong Deon, kakak Tania satu-satunya itu sebelum mamanya sempat menjawab.

"Ihh itu kan punya gue, kok lo yang makan sih!"

Tania segera menghampiri kakaknya itu sembari memberikan tinjuan kecil di lengan Deon yang tentunya tidak memberi efek apa-apa terhadap tubuh kakaknya itu. Deon memiliki tubuh atletis dengan tinggi 183 cm. Maklum, anak basket. Hal ini seringkali membuat Tania iri mengingat tingginya yang hanya 158 cm.

"Punya lo kan punya gue juga" goda Deon sambil menaik-naikan alisnya.

Deon dan Tania memang sangat dekat. Umur mereka yang hanya terpaut 2 tahun membuat mereka selayaknya teman.

"Pokonya gantiin, ga mau tau" balas Tania.

Ia lalu ikut duduk di sebelah Deon yang sedang duduk di sofa sembari menonton TV.

"Cie yang baru putus, malming di rumah aja nih" Deon kembali menggoda adiknya itu, tidak lupa sambil menoel-noel pipi adik kesayangannya itu.

"Malam minggu itu emang waktunya buat rebahan. Bye, gue mau menikmati kasur gue" jawab Tania santai.

Ia lalu berdiri dan naik ke kamarnya. Sebelum masuk ke kamarnya, ia berteriak dari lantai atas.

"Oh ya, ngaca ya kakakku tersayang. Lo juga kan baru putus minggu lalu. Gue sebagai adik yang baik mau ikut nemenin lu jadi jomblo aja makanya gue putus heheh" teriak Tania sambil tertawa mengejek.

Hubungan kakak beradik ini memang unik. Tidak ada hari tanpa saling mengejek dan menggoda satu sama lain.

.

"Ra, lo jadi mau beli novel udah ini?" tanya Tania sambil memasukkan bukunya ke dalam tas.

"Jadi dong. Gue udah ga sabar mau baca" jawab Rara antusias.

"Sini gue temenin. Acha sama Vania udah pulang duluan kan tadi ada acara katanya"

"Wah tumben lo bisa. Udah ga dianter jemput lagi sih ya" goda Rara.

Sebelum berpacaran dengan Al, hampir setiap pulang sekolah Tania akan pergi dengan Rara. Walau itu hanya sekedar makan gorengan di warung dekat sekolah. Tapi saat berpacaran dengan Al, Tania yang pergi pulang dengan Al jadi tidak pernah sekedar nongki-nongki cantik dengan sahabat-sahabat gilanya itu.

"Mau ga nih?" jawab Tania pura-pura marah.

"Mauu. Jangan baperan gitu dong" kekeh Rara sambil merangkul Tania.

Mereka berjalan beriringan menyusuri lorong sekolah yang tampak ramai. Sepanjang jalan, Tania dan Rara asik bergosip ria. Maklum, namanya juga cewe. Tiada hari tanpa gosip.

"Eh mampus" teriak Tania reflek ketika secara tidak sengaja menabrak seseorang.

"Sorry-sorry" Tania segera meminta maaf karena memang dia yang terlalu asik bergosip dengan Rara sampai tidak memperhatikan sekelilingnya.

"Iya gapapa, sorry ya gue lagi buru-buru jadi ga liat. Duluan ya" balas lelaki yang menabrak Tania tersebut. Lelaki tersebut juga tak lupa tersenyum sebelum pergi.

"Woy senyumnya manis bangett. Fix, ini pasti jodoh gue" pekik Rara.

"Sadar-sadarr. Kenal aja ga udah jadi jodoh aja. Kok kaya ga pernah liat ya, atau emang anak sekolah lain?" jawab Tania sambil berusaha mengingat-ngingat wajah yang baru saja menabraknya.

"Ya pokoknya dia jodoh gue mau sekolahnya di mana pun" jawab Rara masih setengah mengkhayal.

"Ya ampun, punya temen gini amat ya"

Tristan & TaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang