Apa kabar?
Tanda tanya di ujung kalimat itu adalah bukti keegoisanku untuk menyentuh hidupmu sekali lagi. Itu menjadi hakmu, untuk menjawab ataupun tidak menjawabnya sama sekali. Sedang aku hanya bisa tertegun kecewa karena lagi-lagi, rasa rindu kalah akan logika.
Kenapa sudah jarang singgah?
Pertanyaan itu adalah ultimatum selanjutnya. Tapi tak berhasil ku suarakan karena kamu sepertinya enggan menjawab apapun jenis pertanyaan. Maka ku simpan sendiri semua tanda tanya itu di dalam kepala. Mungkin bukan aku, masalah utamanya. Mungkin memang bukan aku, yang menjadi tujuannya.
Kapan kembali singgah?
Tidak tau, jawabannya tidak pernah ku tau. Mungkin esok atau lusa kalau ia sudah tak lagi meragu. Atau mungkin tiga puluh hari lagi, saat semua kisah itu telah selesai ku akhiri.
Tubuh bisa resah bisa pasrah
Tapi bagaimana untuk ikhlas
Tolong beri tahu.
Semua jalan pasti baik bukan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Per Dua Raya
PoetryKakinya tak beralaskan Nyawanya disekap kehampaan Ruang satu per dua raya Hasil dari kisau manusia dengan ragam pilu nya. Hei, banyak hilang yang dipelajari Banyak arti yang ahirnya mengerti Selamat menyulam mimpi yang sudah simpul sejak lama Di sat...