awal

33 7 0
                                    

*Seoul 3 Mei 2018*

Hujan deras disertai angin kencang juga petir yang menggelegar ditangkap oleh indra pendengaran sang wanita saat ia duduk di tepi cafe seraya mengaduk sebuah cokelat panas . Tak bosan bosan memandangi titik titik air yang turun dari langit dibalik jendela kafe

.

Hujan membuka keinginan sang wanita untuk menghapus memorinya tentang seseorang, dimana ia akan butuh seorang teman. Bukan karena sulit melupa, tetapi hanya memastikan bahwa ia harus bahagia. Wanita itu mengingat alasan mengapa ia harus menghapus memorinya. Maka, yoon araa lah yang menjadi pendengarnya.

.

Cerita dimulai pada tahun 2017 silam, ketika wanita itu hendak berangkat sekolah. Maraknya berita tentang krisis air membuat penduduk bumi dilanda khawatir. Sang Wanita yang kala itu masih kecil, belum mengerti apa yang sedang terjadi. Sampai akhirnya suatu bencana muncul. Bencana yang membawa takdirnya menjadi anak yatim piatu.

.

Saat itulah ia bertemu dengan jimin, pemuda baik hati yang menjadi sosok malaikat untuk wanita Tersebut. Wanita itu dan jimin adalah anak yang sama sama berbakatnya. Kesamaan tidak selalu berakhir bersama bukan? Akankah mereka dapat menentang kata kata itu?


.

.

Seperti biasa, setiap hari Minggu selalu diwarnai dengan bunga mawar dan cokelat. Kali ini pria yang bermarga park jimin atau biasa dipanggil jimin, datang terburu-buru di tengah derasnya hujan demi menemui salah satu teman kantornya.

Tahu bahwa ia terlambat karena hujan turun dengan sangat deras, ia pun meminta maaf pada seseorang yang telah memasang wajah murung karena sudah menunggu lama. Hari itu mereka berencana makan siang berdua, persis seperti yang diinginkan si wanita yang sudah dipikirkan dalam benaknya.

Wanita itu lupa bahwa romantisme tidak akan selalu sama dengan apa yang ada dalam benaknya yang terkadang justru tidak menjadi nyata. Ia juga lupa, bahwa sebenarnya romantis itu datang dari berbagai cara, seperti apa yang dibawa oleh teman kantornya saat ini.

"Aku membawakan mu bunga ini," sodor si pria yang bernama Park jimin. Wanita itu tetap membisu dan memasang wajah tak suka.

Karena ingin memghargai, wanita itu menerima dua belas tangkai mawar yang sempat basah karena terguyur air hujan. Beberapa saat kemudia ia terkejut, "kenapa ada satu tangkai mawar plastik di sini? kau tidak rela memberikannya padaku?" kemarahannya lagi-lagi memuncak.

Dengan sabarnya jimin menjawab, "aku memang sengaja memberi sebelas mawar segar dan setangkai mawar plastik. Bagiku, aku akan mencintaimu hingga si mawar plastik itu mati"

Merasa bersalah karena meledakkan amarahnya sendiri, si wanita menangis lalu memeluk teman kantornya. "Maafkan aku karena sudah berpikir negatif pada mu"

Sebelas angkai bunga mawar segar itu memang cantik seperti apa yang dipikirkan dalam benaknya. Tetapi setangkai mawar plastik yang juga dibawa seorang park jimin itu lebih berarti karena melambangkan cinta yang abadi dan tak pernah mati.

ONLY METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang