Bagian 2

12 1 0
                                    

Aku penasaran dengan wajah wanita itu, mungkin karena aku melihat sekilas hanya dari belakang. Tapi sepertinya dia seorang yang cantik dan ramah.

Aku mencoba mencari ide untuk dapat melihat wajahnya tanpa menegurnya. Namun posisinya di lorong itu yang menghadap ke jalan menyulitkan diriku. Akhirnya kutemukan ide, aku turun dari masjid dan memutar halaman untuk bisa melihatnya. Yup, ide yang sangat brilian. Aku berjalan mengelilingi masjid, hingga sampai di tempat dia berdiri. Jarakku dengannya hanya satu meter, dia diatas dan aku di bawah.

Ketika aku ingin melihatnya, tanpa sengaja dia pun melihatku. Pandangan kami beradu sejenak, entah karena ada yang aneh dari diriku sehingga dia menatapku, atau karena ada perasaan lain.

Segera aku alihkan pandanganku kedepan dan kami pun berlalu begitu saja. Aku kembali ke mobil taksi, dan melanjutkan perjalananku.

"Setelah ini mau keliling kemana mas?" Tanya sopir taksi.

"Kita pergi ke Istana Maimun ya mas".

"Baik mas".

Diperjalanan, aku masih terbanyang oleh wanita tadi. Sangat cantik dan anggun. Matanya sayup, wajahnya yang indah, sangat menawan. Timbul penyesalan dalam hatiku, kenapa tadi aku tidak menanyakan namanya, kenapa aku tidak meminta nomor handphonenya. Berjuta penyesalan datang menghampiriku, namun tak kubiarkan hatiku larut dalam penyesalan. Kukatakan dalam hati, kalau memang jodoh, pasti tak akan kemana.

Mobil ini terus melaju hingga kami sampai di Istana Maimun. Setelah aku membayar uang taksi, aku pun masuk kedalam.
Disini ramai pengunjung, ada yang berfoto ria, menikmati makanan, dan ada yang sekedar duduk santai.

Cuacanya tidak terlalu panas dan juga tidak mendung. Aku berkeliling menikmati pemandangan sambil berjalan-jalan. Rasa kagumku semakin bertambah, karena istana ini merupakan peninggalan kerajaan Islam di Sumatra Utara. Istana yang sampai saat ini masih terjaga dan dirawat serta dijadikan objek wisata. Sebuah gagasan yang sangat hebat. Selain mengisi waktu luang untuk berlibur, pengunjung juga dapat menambah wawasan mengenai sejarah istana ini.

Aku melangkah masuk kedalam istana. Harga tiketnya 10.000 ribu rupiah, dan tidak dibenarkan menggunakan alas kaki kedalam. Mungkin untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan.

Di bagian ruang pertama, aku disuguhi foto-foto keluarga kerajaan. Hingga sampai keruang utama, tempat duduk para raja dan ratu. Ingin rasanya aku duduk dan berfoto disitu, namun karena ramainya pengunjung, kuurungkan niatku.

Disisi kanan, ada sebuah ruangan tempat orang berjualan sovenir. Aku berkeliling dan mendapati sebuah kain sarung dengan motif khas batak. Cocok untuk oleh-oleh orang tua di rumah. Aku beli dengan harga 74.000 ribu rupiah.

Selanjutnya aku berkeliling di halaman samping. Kupandangi sekitar ruangan, sungguh tempat yang indah. Kukeluarkan kameraku untuk memotret beberapa pemandangan agar dapat aku abadikan.

"Mas, boleh minta tolong fotokan saya?"

Terdengar suara perempuan tersebut di belakangku. Kubalikan pandangan, seraya terkejut. Mataku terpaku beberapa detik, terbuka mulut ini terkejut bukan main.

"Bisa kan mas? Mas, mas gapapa kan?"

Digerakkan tangannya diwajahku yang terdiam.

"Bibibisssaaa, bisa. Dengan senang hati." Ucapku terbata-bata seraya tersenyum.

Ternyata wanita itu adalah wanita yang kutemui di masjid agung tadi. Dalam hatiku, kenapa kebetulan sekali ya, atau memang sudah di atur oleh yang diatas. Aku masih tidak percaya.

"Sebentar ya mas, saya benerin jilbab dulu."

Kupandanginya kemudian aku menunduk. Dalam hatiku, sungguh cantik parasnya. Hatiku berdebar-debar, seakan ada ribuan mendung yang berkeliling di hatiku, bergemuruh, menyambar-nyambar. Detak jantung berdetak hebat. Sebenarnya ada apa ini. Aku sering berjumpa perempuan, namun kali ini beda.

"Oke mas, saya sudah siap."

"Baik, saya foto ya! Satu, dua, tiga".

Kulihat fotonya, sedikit bergetar. Hasilnya kurang maksimal.

Tangan Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang