3

13 1 0
                                    

•••••

"Aku Aksa" Aku benar-benar terkejut mendengarnya. Tanpa aba-aba dia menarik tanganku dan membawaku ke...

Dia benar-benar membawaku kesini? Batinku dengan mulut masih terbuka tidak percaya. Ya, sekarang ini aku sedang berada di pabrik industri. Persis seperti mimpiku waktu itu. Apakah setelah ini Aksa akan membunuh seseorang? Aku tidak ingin menyaksikan hal itu terjadi di depan mataku sendiri.

Aksa kembali menarik tanganku untuk masuk ke dalam. Percaya tidak percaya, ini benar-benar mirip dengan mimpi burukku. Aku berdiri mematung di depan pintu. Dengan sigap Aksa menutup mulut orang itu dan menusukkan belati yang ada di tangannya ke perut orang itu.

Air mataku sudah tidak bisa ku bendung lagi. Cairan bening dari mataku berhasil terjun di atas pipi lembutku. Aku menutup mulutku karena terkejut. Aksa menarik belati dari perut orang itu dan kembali menarikku saat orang yang tadi ditusuk oleh Aksa sudah mati.

"A-Aksa" Panggilku dengan nada yang sangat pelan. Tapi aku bisa memastikan bahwa Aksa masih bisa mendengarnya. Dia tidak menjawab. Dia terus membawaku pergi. Sampai akhirnya kami sudah berada di luar kawasan pabrik industri itu.

"Bawa ini" Aksa memberikan belati yang sudah berlumuran darah dan selembar kertas. Aku tidak ingin membacanya. Aku takut jika ini benar-benar persis dengan mimpiku. Tapi Aksa memaksaku untuk melihat isi kertas itu. Aku membukanya dan mendapati identitas seorang wanita karir yang bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan.

"A-apa i-ini?" Tanganku gemetar sedari tadi. Aksa tidak berniat menyuruhku untuk membunuhkan? Dia benar-benar sudah gila.

"Bunuh wanita itu" Tubuhku benar-benar lemas. Tapi aku tidak boleh pingsan disini. Mungkin saja Aksa yang tidak memiliki perasaan akan meninggalkanku disini. Mulutku masih terbuka tak percaya. Air mataku masih mengalir dengan derasnya. Aku benar-benar takut. "Waktumu hanya satu minggu" Tepat sekali. Ini benar-benar mimpiku. "Dan jangan temui aku saat siang hari" Setelah mengatakan hal itu, dia pergi meninggalkanku sendirian disini. Dengan tubuh lemas dan bergetar. Memang manusia itu tidak memiliki perasaan sama sekali.

Aku segera pulang. Aku masuk kamar dan menguncinya dari dalam. Aku mencuci belati itu dan membungkusnya dengan kertas. Aku menyimpannya di dalam laci meja belajarku. Kertas tadi juga kusimpan di laci. Aku duduk di tepi tempat tidur. Aku masih tidak percaya dengan apa yang terjadi padaku barusan. Mataku sudah terasa sangat berat. Aku tidur dengan perasaan tak karuan.

07.00

Aku bangun dari tempat tidur dengan napas yang tersengal-sengal. Apa semalam hanya mimpi? Batinku. Aku melihat jam dia atas meja. Aku kira terlambat sekolah. Tapi aku ingat bahwa hari ini adalah hari minggu.

Aku mandi lalu turun menuju ke ruang keluarga dan mendapati mama yang sedang menonton televisi. Aku menghampiri mama.

"Ma, Ody lapar. Mama masak apa?" Tanyaku kepada mama yang tidak memalingkan wajahnya sama sekali.

"Mama nggak masak Dy. Kalau kamu lapar, buat roti selai saja ya" Jawab mama dengan mata yang masih fokus menatap televisi. Aku mengangguk lalu berjalan ke meja makan. Aku mengambil dua potong roti tawar dan mengoleskan selai coklat di salah satunya. Aku berjalan ke ruang keluarga dan duduk di samping mama.

"Lihat apa ma?" Tanyaku ke mama tanpa bertatap muka dengannya.

"Ini ada berita. Kemarin malam ada pembunuhan di pabrik industri" Sontak aku kaget. Hampir saja aku tersedak roti. Aku memfokuskan pandanganku ke arah televisi. Aku kaget melihat gedung pabrik industri itu muncul di tv. Tanpa menghabiskan rotiku, aku segera berlari ke kamar.

Aku membuka pintu lalu menguncinya dari dalam. Takut jika saja mama tiba-tiba naik ke atas karena curiga dengan tingkahku. Tentu saja tidak, karena mama masih fokus melihat berita di televisi.

Aku membuka laci meja. Aku benar-benar terkejut. Di dalam sana ada sebuah belati yang terbungkus kertas. Jadi semalam bukan mimpi? Batinku. Air mata berhasil lolos dari kelompak mataku. Aku mengambilnya dengan tangan gemetar. Tak lupa juga mengambil kertas yang berisi tentang identitas seorang wanita. Waktumu hanya satu minggu kata-kata Aksa terus terngiang di telingaku.

"Haruskah aku membunuh wanita itu?" Tanyaku bermonolog. Aku benar-benar takut. Aku tidak tau apa yang akan dilakukan Aksa kepadaku jika saja aku tidak membunuh wanita ini.

Aku membuka laptop yang berada di atas meja belajarku. Segera ku sambungkan dengan wifi rumah. Aku langsung membuka internet dan mencari identitas Aksa.

Aku benar-benar terkejut dengan apa yang aku temukan disana. Nama lengkapnya adalah Zagi Azzel Aksara Radjasa. Aksa adalah seorang pembunuh berantai. Karena keahliannya dalam membunuh, banyak orang yang membayarnya untuk membunuh seseorang atas dasar dendam. Katanya dia itu orangnya aneh aku masih mengingat dengan jelas perkataan Kiara. Apa ini yang Kiara maksud? Apakah Kiara juga tau tentang hal ini? Aku akan berbicara dengannya besok.

"Besok aku akan menemui Aksa juga" Ucapku dengan diriku sendiri. Tapi aku teringat dengan ucapan Aksa bahwa aku tidak boleh menemuinya di siang hari. Aku bingung harus bagaimana. Aku bener-bebar frustasi dengan semua ini.

•••••

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NightFurryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang