25. Kelewatan

2K 157 50
                                    

"Alya, denger Kakak dulu."
Sean menarik tangan Alya yang langsung berjalan begitu saja ketika mereka keluar dari lift.

Ada beberapa karyawan yang sedang lewat melihat interaksi mereka dan menatap mereka penuh keterkejutan.
Termasuk para receptionist tadi yang kaget melihat bos besar mereka terlihat sedang bertengkar dengan seorang gadis yang hanya memakai setelan jogging dibalut jaket hoodie. Sangat tidak berkelas, meski memang pakaian itu sangat cocok dipakai gadis itu. Terlihat sexy dan sporty. Tapi tetap saja, apa seperti itu tipe wanita kesukaan seorang Gordano?

Juga, baru kali ini mereka melihat sisi lain kehidupan seorang Sean Gordano yang terlihat tidak berdaya dan frustasi.

Alya menepis tangan Sean dengan kesal sambil tetap berjalan kearah pintu lobby. Ia menghampiri satpam tadi dengan wajah emosinya.
"Dimana kunci mobilku?"

Satpam tadi terlihat ketakutan dengan wajah emosi Alya. "M-Maaf, Nona. Kuncinya saya sudah berikan pada pak Willy."

Alya memejamkan matanya sambil memijat keningnya kesal.
Harusnya ia tidak seperti ini, saat datang kesini moodnya sangat baik. Tapi setelah melihat Tania diruangan Sean, mood nya jadi ambruk.

Belum lagi, Tania memberi Sean makan siang. Apa maksud wanita itu?

Ia merutuki keterlambatannya. Jika saja ia bisa datang lebih awal, pasti Sean akan memakan masakannya. Alya merutuki kota Jakarta yang macetnya sudah kelewat batas.

Sekarang yang tersisa hanyalah kemarahan.

"Baby, please. Denger Kakak dulu." Sean memegang tangan Alya dengan erat.

Alya yang merasa tidak bisa langsung pergi pun mengalah. Sean membawanya ke lobby dan membawa Alya untuk duduk disana berdua dengannya.

Suasana lobby sudah mulai sepi, karena jam istirahat karyawan sudah selesai 10 menit yang lalu.

Tapi, beberapa mata memang masih ada yang melirik ke arah mereka. Sean tahu. Tapi ia tidak peduli. Ia hanya peduli pada gadis didepannya.
"Dengerin Kakak. Kakak emang udah nerima bekel itu. Tapi Kakak gak tau kalo kamu bawa makan siang juga buat Kakak. Kakak pikir, Kakak bisa ambil tawaran makan siang itu karena Kakak juga gak bisa keluar hari ini buat makan siang bareng kamu."

"Kakak minta maaf. Tania juga dateng cuman buat kerjaan. Buktinya, Willy ada disana." Tambah Sean sambil memegang tangan kanan Alya dan menciumnya.

"Percayakan sama Kakak?"

Alya menatap mata Sean. Sebenarnya, ia hanya kecewa dengan dirinya yang selalu saja kalah dari Tania jika berhubungan dengan Sean. Kenapa semua begitu kebetulan?

"Kakak gak bohong?"
Tanya Alya akhirnya bersuara.

"Bener. Kakak gak bohong. Kamu boleh tanya Willy. Dia terus nemenin Tania karena Tania gak punya kartu akses yang bisa membuatnya seenaknya keluar masuk gedung ini."
Ucap Sean.

Alya mengeluarkan kartu akses itu dari kantong jaketnya. "Kartu ini?"

Sean mengangguk. "Kamu simpen kartu itu."

Alya menatap Sean lagi dengan rasa bersalahnya karena sudah marah-marah pada Sean tanpa mendengar penjelasan pria itu dulu.
"Maaf."
Ucap Alya.

Sean tersenyum lembut lalu menarik kepala Alya mendekat untuk ia kecup kening gadis itu.
Cup!

Tentu saja, receptionist dan beberapa karyawan yang kebetulan lewat melihat itu dengan terkejut. Mereka merasa envy sekaligus terharu akan sikap Sean yang sangat hangat pada gadis itu. Berbeda jika sedang berbicara pada mereka atau sedang sekedar lewat.

STILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang