0.6

21 3 0
                                    

————————🕊️🍂

"Jadi apa rencana mu, Joan?"

Yang dipanggil menoleh, menatap laki-laki tinggi di depan nya yang setia dengan laptop hitam bertanda potongan apel di punggung layar. "Puzzled, still. Sepertinya aku harus pergi ke tempat itu."

"Lokasi kejadian, maksudmu?"

Joan mengangguk, "harusnya tidak jauh dari sini, kan?"

"Sebenarnya, Joan, perumahan ini pun jadi saksi bisu kejadian itu. Ku dengar beberapa kali terjadi pemberontakan dan pembunuhan disini." Lanjutnya dengan sesekali meminum kopi espresso yang dibuat Joan pagi tadi, "ya, setidaknya itu yang ku dengar dari tetangga-tetangga."

"Tapi, ku lihat tidak ada tanda-tanda peninggalan veteran disini?"

"Memang tidak. Mereka yang tinggal disini kebanyakan adalah generasi penerus dari para korban."

Joan mengangguk paham, "berdamai dengan luka, ya." Gadis itu menatap catatan nya, ia memang sedang mewawancarai Johnny agar mendapat lebih banyak informasi mengenai hal yang ia cari, "lalu, apa alasan mu mendiami perumahan ini?"

"Hm, aku menyukai sejarah perumahan ini." Katanya setelah menatap binar mata penasaran dari gadis di depannya, "tentu aku akan menceritakan nya jika kau mau."

"I'm all ears." Joan merapihkan bukunya, menatap Johnny dengan serius dan menunggu laki-laki yang sedang mengisi ulang kopi nya itu bercerita.

"Perumahan ini sudah ada sejak tahun 1926. Dibawah pemerintahan Andries Cornelies Dirk de Graeff yang saat itu baru saja resmi menjadi gurbernur-jenderal Hindia Belanda, dia menyusun daerah batavia sebagai daerah tempat penduduk tinggal masyarakatnya. Awalnya tempat ini hanya diisi oleh para netherland, bukan pribumi. Karena perbedaan kasta antara netherland dan pribumi saat itu masih sangat kental."  Lanjutnya, "tapi seiring berjalannya waktu, pribumi menduduki wilayah ini terlebih saat pasukan Jepang datang, netherland semakin tersingkirkan."

"Sebentar, berarti pernah terjadi pertumpahan darah disini?"

"Correct, dan tidak hanya sekali. Pemberontakan jepang dan sekutu, bahkan gerakan 30 September, dan tentu saja kerusuhan 98. Bangunan-bangunan ini melihat semuanya."

Joan menatap langit-langit, tidak menyangka bangunan bergaya klasik berfasad simetris ini memiliki nilai historis yang mendalam. Terima kasih pada Johnny yang tidak pernah merubah bentuk bangunan ini sejak pertama kali ia tinggal, membuat hubungan nya dengan masa lampau tak pernah putus.

"Sepertinya aku hanya perlu melakukan eksplorasi disekitar sini saja, kalau begitu."

"Kau tahu, Joan? Tepat di belakang rumah ku, ada jalan setapak yang menghubungkan mu langsung ke sebuah sungai."

"Benarkah?" Gadis itu menarik kursi nya mendekat, "sounds good, wanna take me there?"

Johnny tersenyum sesaat setelah menyadari ada orang lain yang masuk ke ruangan mereka berdua. "Ask him," kata Johnny sembari menunjuk laki-laki yang sedang kebingungan mencari makanan disebelah mereka dengan dagu nya.

Otomatis Joan menoleh, "Jaehyun?"

"Eh?"

🕊️🍂


"Her parents died during that incident, huh? How pity." Dia menarik surainya, alkohol yang ia minum malam ini hanya membuatnya semakin haus.

"Well, dude. I told you, you and her have the same bond."

"Sama-sama ditinggalkan, begitu?"

"Mark, what would you do to her?"

"I'm doing nothing," katanya sembari melonggarkan dasi miliknya yang terasa begitu kencang, "I'm her first puzzle."

Puzzle Of FearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang