Tempat Yang Asing

1.9K 52 8
                                    

Hari itu salah satu hari di musim hujan yang dingin ketika mamak mengantarKu ke sebuah tempat yang asing.Tempat yang terdefinisi panjang dalam ingatanKu.Bagaimana tidak? Hampir setiap hari gendang telingaKu mendengar kata* kedua orang tua ku yang membangga banggakan tempat itu.

SesampaiNya ditempat asing itu,sepasang bola mataKu mulai memperhatikan dan meneliti ke sekeliling.Aku terkejut dengan bangunan asing yang ku lihat,bangunan dari kayu yang tidak bagus sama sekali menurutKu bahkan sedikit usang.

"Assalammualaikum,Nak"
"Waalaikummussalam,iyh,Bu! Ada yang bisa kami bantu?" sambut seorang gadis berseragam hitam putih dan berkerudung.

Belakangan aku tahu jika mereka adalah kakak kelas yang kelak wajib ku panggil dengan sebutan "Ukhty".

Begini Nak,Ibu berniat untuk mendaftarKan anak ibu menjadi santri di pesantren ini.Nama nya Marsilasilalahi.Prestasi nya luar biasa.Shila selalu menjadi juara dikelas nya,selain itu dia juga sudah Khatam Al-Qur'an.

"Apakah anak saya ini dapat langsung masuk menjadi santri tanpa prosedur? Maksud nya melalui jalur khusus?"

"Iyh,Bu.Anak ibu bisa masuk jika telah terdaftar dan lulus pada ujian masuk yang akan diadakan nanti," Jelas sang ukhty.
"Oh...begitu!

"Siapa nama kamu?" tanya awal.
"MarShila Silalahi,Pak,....ehh...Ustadzah," jawabku singkat.
"Baik! MarShila Shilalahi,Dari mana kamu berasal?"
"Dari medan".

Sang ustadzah itu lantas menyuruhKu membaca kitab suci Al-Qur'an,Surah Al-Baqarah Ayat 1-5.Tentu saja aku dapat membacaNya dengan lancar sebab sejak duduk di bangku Kelas 3 SD,aku telah menghatamkan nya.

Tes selanjutNya adalah praktek sholat.Tidak sulit bagiKu untuk mempraktekKan nya sebab ayah telah menerapkan perintah shalat sejak kami masih kecil.

Setelah semua praktek nya terjawab.Aku pun keluar dari kelas kecil itu.

"Bagaimana,Nak? Bisa kamu jawab?" pertanyaan mamak langsung menyambutku.
"Bisa,Mak!" jawabku pendek.
"Hah,apa saya bilang! Anak gadis saya ini memang hebat," Kata mamak membanggakan pada ukhty* yang sedari tadi menemaninya bicara.

"Jadi,kapan anak saya ini bisa mondok?"
"Minggu depan,Bu!
"Ouh,ya sudahlah kalau begitu kami pulang dulu."

Cahaya Cinta PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang