Lahir

12 1 0
                                    

Raga. Manusia itu dilahirkan untuk membawa kebahagian alam raya. Dia diberi garis kehidupannya dengan segala sisi. Hitam-Putih. Gelap-Terang. Bahkan angin cemburu padanya, karena ia bisa membawa ketenangan dan terasa ada. Langit tersenyum melihatnya. Rembulan, Bintang, dan Awan bisa merasakan apa yang dia rasakan.

Tapi, selalu ada sisi gelap dalam hidup. Raga yang membawa kebahagian alam raya itu juga mempunyai garis hidup yang tak banyak orang tau.

Lahir di keluarga sederhana. Didikan bapak yang keras. Hidup di pinggir kota. Menjadikan Raga seorang yang bisa tetap membawa kebahagian di tengah pahit getirnya hidup. Mama selalu berpesan pada Raga, "Raga, setiap insan di dunia memiliki garis hidupnya masing masing. Apapun yang terjadi nanti tetep jadi Raga yang bisa membawa kebahagian untuk semesta."

Pesan mama. Ya pesan itu yang nantinya akan membawa Raga jauh dari kampung halamannya.

Bapak tidak pernah banyak bicara padanya. Tapi, bapak tak akan bisa diam jika Raga salah. Bapak akan memukul dan memarahinya. Raga tau itu untuk kebaikannya. Semua perlakuan bapak kepadanya semata semata hanya karna ia tak mau anaknya sama seperti dirinya. Hanya seorang yang bisanya menyusahkan orang lain. Itu yang selalu ada di pikiran bapak. Raga sudah berulang kali bilang bahwa bapaknya bukan seperti apa yang ia pikirkan.

Berbeda dengan bapak, mama seorang wanita suci menurutnya. Mama tak pernah berkata kasar apalagi memukul. Mama benci itu. Raga tau sebencinya mama terhadap perlakuan suaminya, mama tetap mencintai bapak apa adanya. Mama tak pernah mau jauh dari bapak. Bahkan sekalipun bapak marah padanya, mama hanya diam. Setelah itu mama tersenyum, senyum paling indah di muka bumi ini. Seketika marah bapak luntur. Pertahanan bapak roboh. Bapak sangat sayang pada mama, Raga, juga masa lalu nya yang ia selalu peluk erat erat.

Raga jauh dari kata sempurna.

Hidupnya tak melulu soal eksistensi. Dia bukan tipe orang seperti itu. Wataknya keras sama seperti bapaknya. Senyumnya ajaib sama seperti mamanya. Raga ibarat perpaduan yang seimbang. Dia bisa mengamuk, meluluh lantahkan sesuatu yang dzalim sesuatu yang menurut dia salah dan merugikan orang lain.

Seperti saat masa dia beranjak 7 tahun. Bocah ingusan ini berani menghajar anak kepala kampung. Usia raga saat itu 3 tahun lebih muda dari anak kepala kampung itu. Semua orang tau, bahwa anak kepala kampung itu memang pencari masalah. Dia merasa bahwa status social bisa mengandalkan segalanya. Saat itu anak kepala kampung itu sedang menjahili salah satu teman perempuannya. Melihat itu Raga tak bisa menahan amarahnya, lantas ia maju menyerang secara membabi buta. Anak kepala kampung itu tak sempat membalas pukulannya sudah terjatuh. Habis bonyok si anak kepala kampung itu.

Tak lama, kepala kampung datang. Sempat ia bertanya pada warga sekitar kenapa ini semua bisa terjadi. Warga berusaha menjelaskan kejadian yang baru saja terjadi. Kepala kampung menarik nafas dalam dan meminta maaf kepada Raga serta teman perempuannya. Dia pun pulang bersama anaknya yang sudah terlanjur bonyok.

"Makasih ga."

Raga hanya tersenyum. Senyum itu, senyum ajaib itu, dalam sekejap bisa menenangkan keadaan. Raga memang hanya tersenyum, tapi ia tak tahu bahwa senyum itu bisa lebih mematikan. Raga tak pernah terpikir oleh hal itu. Saat itu yang ia pikirkan hanya belajar, bermain, dan menjaga bapak mama nya.

Sesekali Raga pergi ke pasar bersama teman temannya. Menjadi ojek payung saat musim hujan tiba. Atau bisa juga menjual kayu bakar yang sudah dicari bersama teman temannya. Sekecil itu, ia sudah merasakan kerasnya hidup. Tapi Raga tak pernah mengeluh, ia amat sangat bahagia.

Raga tau dia bukan lahir di keluarga kaya. Dia juga bukan seperti anak kepala kampung yang jika menginginkan sesuatu langsung dikabulkan. Hidup dia bukan seperti itu, jika dia menginginkan sesuatu dia pasti akan berjuang mendapatkan itu. Dan dia tak pernah menyesal akan hidupnya. Umurnya memang masih dibilang anak kemarin sore. Bahkan di umur ke 7 pun, pemikirannya sama dengan orang dewasa. Dia tak pernah sadar bahwa mungkin dirinya bisa disebut matang sebelum waktunya.

Dark SideWhere stories live. Discover now