Sementara Lady Pierre menenangkan Victoria, Lord Pierre berjalan ke arah Charlotte yang sedang bersembunyi di balik bayang-bayang. Pria itu segera mengikuti Charlotte ketika gadis itu hendak meninggalkan tempat persembunyiannya.
Kebiasaan menyelinap tanpa ketahuan Charlotte, diturunkan oleh Lord Pierre sendiri karena pria itu sering membawanya untuk berburu. Gadis itu berbalik dan terkesiap ketika melihat Lord Pierre berdiri di hadapannya.
Charlotte sudah berpikir bahwa habislah riwayatnya karena telah mencuri dengar pembicaraan kedua orang tuanya. Ia bingung apa yang harus ia lakukan, apakah ia harus meminta maaf karena telah menjadi buah bibir di Northernberg sekarang? Namun Lord Pierre hanya menepuk sebelah pundak Charlotte seakan itu dapat menenangkannya.
"Aku percaya bahwa kamu telah mendengar kabarnya." Kata Lord Pierre, ia memaksudkan perihal bahwa Charlotte dan Victoria akan dikirim lebih dulu ke Northernberg sebelum kedua orang tuanya datang ke pusat kota. Tapi Charlotte berpikir bahwa papanya membahas perihal buah bibir itu karena Mr. Long.
"Aku-"
"Kamu tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Aku tahu sesuatu yang mungkin akan membuatmu senang." Lanjut pria itu sambil setengah mencengkeram sebelah pundak Charlotte.
Anak gadis itu mengedipkan kedua matanya beberapa kali, ia sedikit terkejut bahwa papanya tidak memarahinya seperti yang ia bayangkan. Sementara Charlotte dibawa oleh Lord Pierre ke ruang kerjanya, Lady Pierre sudah selesai menenangkan Victoria dengan kalimat penutup.
"Benarkan sayang?" Tanya Lady Pierre kepada suaminya yang ternyata sudah tidak ada di sekitar mereka. Rambut platinum blonde Victoria berkibar saat gadis itu menoleh ke kanan dan ke kiri, mencoba membantu mamanya untuk menemukan Lord Pierre.
Charlotte berusaha mengimbangi langkah papanya yang cepat dan panjang sebelum pria itu membuka pintu ruang kerjanya. Kedua mata hijau Charlotte berbinar ketika melihat crossbow di atas meja papanya.
Benda itu terlihat sangat keren sampai membuat Charlotte terkesiap kagum. Lord Pierre tersenyum ketika melihat ekspresi anak perempuannya yang bersemangat. Setelah Charlotte dilahirkan, Lord dan Lady Pierre tidak dapat melahirkan anak lagi, sehingga mereka tidak memiliki kesempatan untuk mendapat anak laki-laki.
Walaupun tidak bermaksud memperlakukan Charlotte seperti seorang anak laki-laki, Lord Pierre tetap melakukannya. Sehingga anak gadisnya yang satu itu lebih tertarik pada seni bela diri, persenjataan terbaru, membaca buku-buku tentang strategi, politik, dan sejarah.
"Dari mana papa mendapatkannya?" Tanya Charlotte yang tanpa ragu menyentuh benda itu. Ujung jemarinya menyusuri bagian kayu sebelum merasakan dingin besi yang melengkung.
"Oh, salah seorang teman dekatku memberikannya kepadaku. Ini adalah crossbow terbaru yang dikeluarkan oleh Tunett Company." Ucap Lord Pierre dengan bangga. Charlotte tidak bermaksud untuk tidak peduli, tapi ia tidak ingin mendengarkan atau bahkan mengetahui siapa yang memproduksi benda tersebut.
"Apakah boleh untukku?" Tanya Charlotte tepat setelah ia mencoba membidik melalui crossbow itu. Benda itu jelas lebih berat daripada busur biasa, namun ia merasa lebih keren jika menggunakan benda tersebut. Kedua bahu Charlotte terlihat sedikit turun ketika melihat papanya menggeleng pelan.
"Maafkan aku sayang, aku tidak bisa memberikannya kepadamu karena benda ini masih langka." Ucap Lord Pierre sebelum mengulurkan tangannya untuk mengambil benda tersebut dari kedua tangan istrinya.
"Setidaknya ini sudah dapat membuatmu tersenyum kan?" Tanya Lord Pierre sambil menoleh ke arah anak perempuannya itu. Charlotte kembali tersenyum dan melupakan kekecewaannya. Gadis itu mengangguk sambil menatap Lord Pierre menaruh crossbow di meja pajangan yang ada di meja kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misunderstood Beauty
Historical FictionWilliam Tudor, The Duke of Northumbria adalah seorang bangsawan kaya, tampan, dan terpandang karena posisi penting di Kerajaan Northernberg. Tapi sayangnya ia adalah pria angkuh dan arogan sehingga para gadis bangsawan segan untuk mendekatinya, mere...