One

49 4 0
                                    

"gue dikurung dikamar lagi, kalo lo mau duluan, duluan aja. Sorry ya ndah"

Aku mendengus kesal, setengah menyesal pula. Kemarin aku berbohong dengan Ayahku, bilang pergi les,tapi malah ke mall, menonton film terbaru pekan ini. Aku awalnya merasa bersalah,tapi aku merasa itu hakku sebagai remaja di zaman seperti ini. Untuk bersenang-senang.

"pokoknya kalau Nayla masih bohong lagi, mending dirumah aja! Gausah keluar rumah sama sekali! Titik!"

Ucapan Ayah tadi masih memekakkan telingaku. Mau bagaimanapun kalau aku mau kabur lagi, aku harus lompat dari balkon,aku tak mau mati konyol karena nekat lompat, kalau mau beralasan atau berjanji, Ayah sudah kebal, tak mempercayaiku lagi. Susah, hidupku susah.

"Nay! Bangun...makan malem dulu sana!" Ayah menggoyang-goyangkan tubuhku.

"apasih Yah?! Nayla udah boleh keluar?" Aku bertanya antara sadar dan tidak,sembari mengusap mataku.

"udah sana makan dulu,bisa sakit kamu kalo telat makan!" Ayah duduk disebelahku. Aku lalu berdiri,

"Yah,besok Nayla janji deh mau les, gak bolos lagi." Aku tersenyum,

"kamu mau alasan apa aja,tetep bohong...capek Ayah dengernya." Ayah menatapku pasrah.

"ya ini makanya Nayla mau coba...janji deh!" Aku lalu duduk,mengulurkan jari kelingkingku. Kali ini aku yakin,tak akan bohong lagi.

"serius kamu? Janji harus ditepati Nay! Udah 17 tahun...harus dewasa,bisa pegang omongan sendiri..." Ayah membalas kelingkingku.

"iya janji...".

"udah bebas lo Nay?" sahut Indah begitu masuk kelas,melihatku mengerjakan pekerjaan rumah. Aku suka mengerjakan dikelas, 10 menit sebelum dikumpulkan lebih tepatnya.

"ya, gue sih udah janji mau berubah."

"seriusan lo?" Indah meledek

"ya,gue juga pengen kali jadi orang bener, ntar kalo nyari kuliah gampang..." aku tersenyum sambil berangan-angan

"wuih! Baru pertama kali gue ini gue denger lo bijak gitu,Nay"

"ah! Bisa aja lo!" aku mencubit lengan Indah.

Setiap pulang sekolah, aku selalu dijemput oleh Ayah. Sekalian pulang kerja. Aku tidak dibolehkan pulang sendiri,bersama teman-teman, naik busway pun tidak, aku bisa kabur nanti.

"hari ini ada sesuatu yang mau diceritain ke Ayah nggak?" pertanyaan yang diulang-ulang setiap harinya.

"gaada kayaknya... nilai pr-nya Nayla yang aja masalah."

"kok bisa?" Ayah tersenyum heran.

"ya ngerjainnya aja gak selang 10 menit sebelum dikumpulin, dapet 6 lah" Ayah menepuk jidat.

"ya maaf yah..." aku menoleh

"Nay,Ayah mau ngomong serius." Aku diam,dalam batinku berkata, "aduh gawat nih,...gue mesti dikurung lagi, atau jangan-jangan..."

"Ayah gamau nikah lagi kan?" Ayah tersenyum lebar,

"ngawur! Serius Nayla...denger dulu,jangan dipotong."

"ya apa?!", aku meletakkan kedua tanganku diatas paha. Menyimak Ayahku yang mulai menyusun kalimat.

"Ayah mau kamu serius mau berubah Nay, ingat, kamu hidup Cuma sama Ayah,kamu memang kenyataannya gaada figur Ibu...tapi,maunya Ayah kamu bisa sadar,gak selamanya Ayah bisa kerja,uang ada,makan,rumah enak..nyaman. tapi, tolong jadi gadis yang baik. Jangan gini-gini terus. Suatu saat kamu jadi Ibu, jadi Ibu butuh disiapkan dari sekarang..." aku masih speechless

"kalau kamu jadi istri pun, butuh nurut sama suami,butuh belajar juga."

"aku gamau nikah dulu..."

"ya siapa tau kan Nay, usia kamu dulu, nenek udah dilamar, udah nikah. Umur 20 tahun udah ada Ayah." Ayah membuatku tersentuh, aku lalu menyimpulkan.

"ya Yah, Nayla juga butuh proses, gak bisa langsung baik. Step by step!" aku lalu menatap wajah laki-laki yang meski mengurusku sendiri,tetap terlihat muda,terlihat selalu tampan. Beliau relakan semua untukku, harta, bahkan nyawa sekalipun. Aku janji pada diriku sendiri,suatu saat akan membahagiakannya.-

RAFFI KUSUMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang