Memori yang Terkunci

451 15 12
                                    


"Chanie."

Gadis itu berbalik lalu tersenyum manis pada sosok Lun Feng yang berdiri tidak jauh darinya.

"Tuan Muda." Chanie berjalan menghampirinya.

"Aku dengar Tuan Muda terluka."ucap gadis itu.
"Aku tidak apa-apa. Kau sudah minum obatmu?"tanya Lun Feng memastikan.
"Mm."jawab Chanie mengangguk.

Lun Feng tersenyum lalu mengusap lembut kepala gadis itu.

"Aku yakin di kehidupan masa lalu, kita juga hidup berama."ucap Chanie tiba-tiba.
"Kenapa kau bilang begitu?"
"Setiap Tuan Muda mengusap kepalaku, aku merasa seperti pernah mengalaminya dulu. Tapi itu begitu samar-samar."jawab Chanie dengan senyuman khasnya.

Lun Feng menatapnya diam.

"Tuan Muda?"
"Oh. Malam ini ada pertunjukan di pusat kota. Bagaimana jika kita pergi melihatnya?"tanya Lun Feng.
"Apakah hari ini Tuan Muda tidak pergi bertugas?"tanya Chanie memastikan.
"Aku libur hari ini."jawab Lun Feng membuat gadis itu tersenyum senang.

Sementara itu di istana laut timur.

"Yang Mulia, Dewa Yun Xi sudah datang."ucap seorang pelayan kepada Ratu Naga.

Dewa Yun Xi berdiri diam di paviliun istana.

Terlalu banyak kenangannya bersama Chanie di istana naga ini.

"Yun Xi."panggil sang Ratu menghampiri.
"....Ibu."jawab dewa Yun Xi lalu memberi hormat.
"Ayo kita duduk."ajak sang Ibu.

Keduanya duduk sambil menikmati teh hangat.

"Aku sudah mendengar semua yang terjadi di istana langit." Sang Ibu memulai pembicaraan.

Dewa Yun Xi memilih diam dengan teh hangat di cangkirnya.

"....Kau mengurungnya di istana terlarang?"tanya sang Ibu membuat dewa Yun Xi meletakan cangkir yang ada di tangannya.
"Benar."jawab dewa Yun Xi membuat sang Ibu menghela nafasnya.

Sakit di hatinya. Rasa sedih, kecewa dan amarah yang terus membelenggunya akan sulit untuk di obati.

Ratu Naga mengusap pelan lengan putranya itu.

"Tinggal beberapa hari di sini."pinta sang Ibu membuat dewa Yun Xi menatapnya lalu mengangguk pelan.

Dewa Yun Xi masuk ke dalam kamar miliknya di istana naga itu.

Bunga teratai putih kesukaanya terlihat layu.

"Dewa Yun Xi!"

"Hah!?" Dewa Yun Xi melihat sekelilingnya yang sunyi.

Bahkan suara itu terus menghantuinya.

Dewa Yun Xi mengepalkan tangannya, lalu memejamkan matanya.

"Dewa Yun Xi?"panggil Yan You menghampirinya.
"Wah, kenapa kamar ini begitu dingin?"lanjut pria itu.
"Ada apa?"tanya dewa Yun Xi.
"Oh, ayo ikut denganku."ajak Yan You.
"Kemana?"
"Ada perayaan di pusat kota. Karena dewa ada di sini, ayo kita pergi menonton."
"Kau pergilah. Aku ingin di sini."
"Aiyoo, sudah lama kita tidak menikmati keramaian dunia ini. Ayo, ayolah..."ujar Yan You dengan menarik lengan dewa Yun Xi.

Malam harinya.

Pusat kota mulai ramai. Berbagai macam penjual memenuhi jalanan. Di tambah dengan meriahnya kembang api.

"Xiao Qi, lihat. Ada kembang api."ujar Chanie pada pelayan pribadinya itu.
"Eh, Xiaojie(Nona Muda) kau mau kemana?"tanya Xiao Qi.
"Melihat kembang api."jawab Chanie.
"Tuan muda meminta kita menunggunya."
"Tapi dia belum muncul juga."
"Benar juga. Begini saja. Xiaojie, tunggulah di jembatan ini. Aku akan mencari Tuan muda."
"Baiklah."
"Ingat, Xiaojie jangan pergi kemana-mana. Tetap di sini."pinta Xiao Qi.
"Aku tahu. Kau tidak perlu khawatir. Pergilah."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Immortal NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang