Tak Ingin Mengakhiri

31 0 0
                                    

Awalnya aku begitu percaya diri, melupakanmu bukanlah hal tersulit yang harus kulakukan.

Awalnya aku berhasil, setelah beberapa hari, minggu, dan bulan aku tak lagi mendengar kabarmu, aku merasa baik-baik saja, dan dunia tidak kiamat karena itu.

Awalnya ringan, berjalan seperti biasa menyusuri aspal-aspal kering yang selalu kita lewati berdua, namun lama kelamaan langkahku terasa berat, klise memang, semuanya terputar kembali dalam ingatan.

Beberapa waktu setelah berpisah, aku menyepelekan kenangan kita. Toh, hanya sekedar perpisahan.
Biasanya berdua, sekarang tidak.
Biasanya tertawa bersama, sekarang berbeda.
Biasanya berjalan beriringan, sekarang berjauhan

Tapi ternyata bukan hanya itu, ada hal lain yang masih tertinggal, perasaanku.
Entah apa yang ada di dalamnya, seakan-akan, semakin mencoba melupa, semakin kuat pula aku mengingat. Semuanya bertolak belakang padahal.

Pikirku, aku bisa dengan mudah melupakanmu.
Batinku, kamu masih jadi makhluk terbaik yang pernah hadir di hidupku, dan aku enggan melupakanmu.

Berbeda ... apa yang aku rasa, apa yang aku paksa rasa. Berbeda.

Apalagi, setelah lama tidak bertatap muka. Tuhan menakdirkan kita berpapasan, pada waktu yang menurutku tidak tepat, pada waktu disaat aku sedang bersikeras melupakan.
Akhirnya dengan sekejap bentengku hancur, ingatanku kembali meracau, rasa sakitku menguap, aku terlihat bodoh sekarang.

Aku ingin membencimu, tapi tak semudah itu.
Aku ingin melupakanmu, tapi ini lebih sulit dari yang ada di pikirku.

Enggan kembali, enggan, tak ingin mengulang luka lama lagi.
Namun, aku pun enggan mengakhiri, karena sampai detik ini kamu masih menjadi seseorang yang aku cintai.
Bodoh bukan??

Sepatah 'Kita'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang