tiga

67 11 0
                                    

Yena memandang Sihoon yang sedang menyiapkan peralatan makan malam ini. Memang Sihoon kerap datang ke rumah Yena hanya untuk sekedar mengisi perutnya. Namun, tetap saja hal ini masih membuat jantungnya berdegup lebih kencang.

Bahkan ibu Yena pun sudah sangat mengenal Sihoon. Jadi Sihoon bisa bebas masuk rumah Yena tanpa ada rasa tak enak.

Tentu dalam batas Wajar.

Batas yang umum dilakukan remaja saat ini seperti belajar, bermain, atau hal lain yang masih lumrah dilakukan oleh remaja seusia mereka.

"Hoon, kamu bener mau putus dari Sihyun?"

Sihoon menghentikan kegiatannya dan menatap lekat wajah Yena, "Kalo itu mau kamu"

"Aku lebih suka sama kamu, lebih bahagia kalo ngeliat kamu senyum, lebih nyaman kalo deket sama kamu" lanjut Sihoon yang membuat rona wajah Yena berubah.

"Tapi emang kamu ngga suka sama Sihyun? Gimana kalo dia sakit hati"

"Itu hanya keinginan mamah. Bodo amat intinya bukan kamu yang sakit hati"

Yena hanya tersenyum mendengar Sihoon dan mendekapnya erat, "Makasih udah ngerelain hubungan kalian buat aku"

"Iyaa sayang. Gemes deh" ucap Sihoon sambil menyubit gemas pipi Yena.

Setelah itu mereka mulai makan dengan candaan yang Yena lontarkan pada pacarnya itu.

Waktu demi waktu mereka habiskan untuk berbincang, menceritakan segala hal tentang kehidupan mereka tanpa adanya sedikitpun kebohongan yang ditutupi.

Hingga Yena merasa daya matanya telah hampir 0%.

"Sihoon, ngantuk. Gendong"

Sihoon tersenyum manis lalu menggendong Yena menuju kamar.

Sesampainya dikamar Sihoon membaringkan Yena dengan hati-hati.

Tapi bukannya melepas tangannya yang berada di leher Sihoon, Yena malah mengeratkannya sehingga membuat wajah mereka menjadi lebih dekat.

"Y-yena" ucap Sihoon yang mulai tergagap karena wajah mereka yang terlalu dekat. Ia bisa merasakan hembusan nafas Yena yang terlihat santai.

Apakah hanya Sihoon yang merasa gugup? Tentu tidak.

Dalam pikirannya Yena sedang merutuki perbuatanya yang sedang ia lakukan sekarang. Ia hanya berpura-pura terlihat santai, padahal jantungnya sudah berpacu sangat kencang.

Cup

Sihoon sudah tidak tahan dengan Yena yang masih setia mendekapnya erat. Ia langsung mencium bibir Yena sekilas. Hanya kecupan.

Yena tersentak lalu segera melepas pelukanya, ia sangat malu pada dirinya sendiri.

"Eh, em, A-Akk-ku Pulang ya. Sampai ketemu besok" ucap Sihoon sambil melambaikan tanganya.

Yena hanya menatap Sihoon dengan senyum canggungnya, "iya hati-hati"

***
Jam sudah menunjukan pukul 00.18, namun gadis itu masih terjaga.

Bahkan tidak ada rasa mengantuk setelah kejadian itu.

Ciuman pertamanya? Sungguh ia hampir dibuat gila oleh ulahnya sendiri.

Tring!

Yena membuka ponselnya,

Sihoonie💕
Yena udah tidur
Masa aku kepikiran kamu terus

Ish aku juga
Kamu sih

Kan kamu yang mulaii
Aku mah cumaa..

Iya sih
Cuma apa?
Mengambil kesempatan dalam kesempitan?

Hehehe
lagian kamunya juga diem kan

Udahlah jangan dibahas
Aku mau tidur

Emang udah ngantukk?

Belum, hiks

Mau telfon?

Ayoo

Setelah itu telfon datang dari Sihoon.

"Halo" yena memulai untuk menyapa Sihoon.

"Hai, belum ngantuk?"

"Belum masa"

Sihoon terkekeh, "Samaan berarti"

"Tidur aja yuk. Tapi telfonya jangan dimatiin"

"Yukk"

"Nite, Choi Yena. I love you"

"Too. Kim Sihoon kesayangan Yena"

Setelah itu mereka terlelap dalam waktu yang hampir bersamaan dengan telfon yang masih menyala.

L A I C ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang