Bab 1 : Ketiadaan yang Tiada

5 0 0
                                    


Debar jantungku ... berdebar sangat kencang. Hingga debarannya bisa kudengar di telinga.

Sebut saja aku, adalah aku ...
Yang kini tengah berdiri menunggu antrean panggilan dari petugas Puskesmas pagi hari itu.

Saat itu, aku hendak memeriksakan kondisi jantungku yang kumat lagi, dengan keluhan  debaran yang  kencang, napas sesak, dada  terasa penuh yang kemudian nyerinya menjalar sampai ke lengan kiri, leher bahkan ke punggung kiri.

Aku tahu ada sesuatu yang fatal pada salah satu anggota tubuhku.

Dan ya ...
"Ibu ..., sakit apa?" tanya Mbak petugas.

"Saya, sakit nyeri dada,"

"Besok kalau bukan kasus gawat darurat, lebih baik tinggal di rumah saja," tutur Mbak petugas itu memberikan saran.

"Oh, ya, baik ... terima kasih," jawabku biasa saja. Tak ada berapa detik, saat aku baru saja membalikkan badan dan hendak menuju ke poli umum. Datanglah seorang petugas medis mengenakan masker dan memberikan pengumuman pada semua orang yang lalu lalang di antrean Puskesmas.

"Bapak-Ibu, mohon mulai besok jangan datang ke Puskesmas jika bukan sedang sakit gawat darurat. Karena ditakutkan tertular virus Corona yang sedang mewabah di negara kita."

Mendengar pengumuman itu, ddbar jantungku semakin bertambah kencang, lemas seketika. Akupun berjalan agak terhuyung-huyung saat menuju ke ruang poli umum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CoronaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang