========2
B r i n g A l o n g m e
========
Hampa
Semuanya terlihat gelap dan tak berujung.
Tidak Aku belum mati, tapi sekarang aku merasa melayang disini, aku seperti tidak mempunyai raga. Dimana aku?Sayup sayup kudengar suara. Suara itu terdengar sedih, bergetar, dan lemah.
Aku berputar berusaha mencari suara itu, jauh disana, aku melihat seorang pria meringkuk sendirian sambil menangis terisak. Aku mendekat kearahnya.
Kini aku tepat berada dibelakangnya, menyadari keberadaanku. Ia berbalik dan memandangku, tiba-tiba dia bangkit, berlari menjauh.
Aku berusaha menggapainya dan kemudian aku menahan pergelangan tangannya dan menariknya. Kini dia berbalik menghadap ke arahku. Saat aku melihat wajahnya,
Nafas ku tertahan dan menjadi berat."Papa...?" gumamku.
Rambutnya berantakan,
dari bibirnya keluar cairan hitam
dan matanya,
Kosong...Aku melepas pergelangannya.
Dan saat itu semuanya terasa menjadi panas, aku merasa seperti terbakar diruangan itu.
Aku tidak tahu kenapa."Aeryn..!!" Teriaknya menggema di ruangan ini, memberikan kesan mengerikan, kini aku merasakan getaran yang hebat, aku menangis.
"Maafin Papa..", gumamnya.
Saat aku ingin menyentuhnya,
tiba-tiba papa ditarik oleh
bayang-bayang kegelapan, papa menjauh dan saat aku akan merentangkan tangan ku ke arahnya.
Aku merasa seakan-akan dihantam jauh dari papa, melayang entah kemana.Saat melayang aku mendengar suara teriakan seseorang. Bukan, itu suara tawa, tawanya nyaring sangat menakutkan menggema di seluruh ruangan ini.
Cukup, aku merasakan tubuhku kini bergetar hebat, aku menangis, tapi tidak ada yang peduli.
Aku merasa tubuhku tidak berdaya, sampai ketika aku melihat sebuah cahaya, sangat silau.
Cahaya itu memaksaku untuk masuk kedalam silaunya, membuatku harus memejamkan mata.
Setelah itu semuanya menghitam.
Hilang.
_______________________________Sinar matahari menembus kaca jendela ruangan itu, membuat gadis itu terjaga dari tidurnya, dia bangun sambil mengatur nafasnya yang terasa berat. Kini gadis itu terlihat pucat dan berantakan dari biasanya. Keringat dingin mengucur deras dari pelipisnya. Kembali dia terlempar kedalam mimpi buruk.
Dia menghela napas panjang, mendapati dirinya masih di ruangan yang sama. Gadis itu diam saja saat seseorang mengetuk pintunya, tak lama daun pintu besar itu terbuka, menampakkan seorang wanita paruh baya yang memberi senyuman ramah. Menghampirinya dengan tangan yang memegang nampan berisi sepotong roti.
Wanita itu terlihat meletakkan roti tersebut di atas meja yang tak jauh darinya. Aeryn pun tidak banyak bicara, dia hanya diam melihat wanita itu menyelesaikan tugasnya.
"Apa yang harus kulakukan hari ini?"
"Nona ada pertemuan dengan Dewan direksi perusahaan."
Namanya Brenda Vioneny, satu-satunya makhluk ciptaan Tuhan yang paling dia percaya setelah keluarganya tiada. Dia yakini melebihi kepercayaannya terhadap dirinya sendiri. Ia wanita paruh baya dengan senyum ramah yang selalu menemaninya. Sudah sejak belasan tahun terakhir dia menjadi asisten pribadinya. Menjadi seseorang yang selalu ada di sisi Aeryn.
"Selain itu, apa ada yang lain?"
"Anda hanya perlu mendatangani beberapa dokumen."
"Baiklah, aku akan pergi membersihkan diriku dulu," gadis itu berdiri dan mengayunkan tungkainya ke arah pintu.
"Baik Nona."
***
Gadis itu kini sedang berada dibalik meja kerjanya. Gadis yang usianya akan memasuki umur dua puluh satu tahun itu nampak serius membaca dokumen yang diberikan asistennya 10 menit yang lalu.Sementara Brenda sedang berdiri sambil memerhatikan gadis yang berada dihadapannya, tak lupa dengan senyum ramah yang terlukis di tengah wajahnya yang mulai mengeriput. Ia sudah menganggap gadis itu sebagai putrinya sendiri.
"Kakimu akan patah jika kau berdiri terus seperti itu,"
"Kau boleh duduk jikalau kau mau." ucap Aeryn tidak tega, meskipun ia adalah gadis dingin tapi bukan berarti dia tidak memiliki hati dan rasa ibah kepada orang lain.
"Baik Nona," Ucap Brenda kemudian duduk disalah satu kursi yang ada di ruangan itu.
"Setelah ini aku bebas kan?" Tanya Aeryn memecah keheningan yang sempat mengurung mereka untuk beberapa saat.
"Iya Nona, anda tidak memiliki jadwal setelah ini dan besok,"
"Jadi anda dapat beristirahat untuk beberapa saat." Lanjut Brenda.
"Terima Kasih."
_____________________________
Tenggelam dalam mimpi buruk,
Ialah sebuah ilusi singkat begitu dalam,
memaksa alam nyatamu agar hanyut bersama emosinya,
menangis dalam semu tanpa sadar kau telah terluka,
Terlindas bahkan terbunuh kedalam jurang maya.
Kau tak perlu bangkit dan berusaha tersadar untuk mengakhiri mimpi,
hanya menunggu waktumu terjaga dari tidur.
_____________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
Teen FictionAeryn mengernyitkan dahinya bingung. "Lalu bagaimana dengan gadis itu?" Pria itu tersenyum. "Seperti kata orang, cerita akan lebih bagus, jika kau tidak tahu akhirnya."