Rahasiaku 2

2K 195 13
                                    

Happy Reading

Sasuke POV

Cinta pada pandangan pertama? Mungkin itu deskripsi yang tepat untukku saat aku melihat pertama kalinya Hinata menunjukkan sosok aslinya padaku. Hinata tampak begitu indah dan cantik.

Rambut putih alami, kulit pucat, dan mata ungu. Seolah tubuh albinonya dapat menarik atensiku karena Hinata tampak berbeda dari wanita di luaran sana. Hinata menarik dengan kekurangannya sendiri dan aku merasa beruntung karena dapat mengetahuinya.

Aku terpana saat mata ungunya menatap sayu mataku. Aku merasa kalau aku sudah jatuh ke dalam pesonanya. Pesona yang dimiliki sang albino.

Setelah kejadian itu, dengan egoisnya aku memaksa Hinata menjadi pacarku. Mendominasi hidupnya dengan diriku yang tidak mau berpisah dengannya.

Aku mulai memaksanya untuk menuruti semua kemauan ku tanpa mau dibantah. Dan aku kembali egois dengan menyuruhnya tinggal seatap denganku, di apartemenku.

Tentu saja Hinata menolak keras ide itu, tapi dia tidak bisa melawanku yang sangat keras kepala dan ingin menang sendiri.

Dua bulan, kami sudah menjalani hubungan sepasang kekasih ini selama dua bulan. Tak terasa sudah selama ini aku bertahan dengannya. Biasanya aku cepat sekali merasa bosan, tapi tidak dengan Hinata.

Hinata selalu tampak menarik disetiap mataku memandangnya dan aku selalu merasa terpesona saat memperhatikan tingkahnya.

Aku menggandengnya menuju kelas. Hubunganku dengan Hinata sudah dipublikasikan jadi aku tak perlu main kucing-kucingan untuk menyembunyikan hubungan ini.

Aku membiarkan Hinata masuk lebih dulu dan duduk di kursinya. Aku mengambil posisi duduk di sebelahnya. Memenjarakannya di antara tembok dan meja-meja. Kondisi ini telah berjalan saat dia menjadi kekasihku.

Aku menggenggam tangannya yang terasa dingin membeku. Cuaca memang sedang tidak menguntungkan. Aku meniup kedua telapak tangannya dan menggosok-gosokannya, supaya gadisku merasa lebih hangat.

Tanpa aku sadari, kami jadi bahan tontonan teman sekelas. Mereka, para siswi, berdecak iri saat aku memperlakukan snow white ku dengan lembut. Ahh ya, Hinata tetap menyembunyikan rahasianya sebagai seorang albino dari orang luar. Aku yakin hanya aku dan keluarganya saja yang tahu hal besar itu.

Aku mengecup pipi berisinya yang dilapisi bedak, untuk menutupi wajah pucatnya. Hinata tampak terkejut dan dengan sengaja menyikut perutku sedikit keras. Aku meringis, tidak sakit hanya saja terasa sedikit geli. Aku tersenyum sambil mengacak rambut palsunya sedikit keras.

"Sasuke-kun, hentikan." Hinata menjerat tangan kekarku dengan jemari mungilnya.

"Aku menyukaimu." Hinata tampak lucu saat wajahnya menegang seolah dia tengah melihat hantu. Ya, aku menyukainya dan mungkin sebentar lagi aku akan mencintainya.

Waktu tak terasa berlalu begitu cepat. Aku masih tetap berkomitmen dengan Hinata. Entah apa yang membuat aku tak bisa berpaling darinya. Aku tak pernah bosan memandang wajah pucatnya dengan garis wajah cantik nan imut.

Mungkin jika mommy mendapati Hinata di apartemenku, dia akan langsung berteriak histeris dan memaksa Hinata supaya mau menjadi anak angkatnya.

Aku ke luar menuju ruang tengah dengan membawa leptop dan buku pelajaran. Yang ku ingat terakhir Hinata sedang menonton televisi di ruang tengah.

Aku mendengar suara dua wanita yang sedang berbincang-bincang. Satunya suara Hinata dan satunya suara siapa ya? Aku rasa aku pernah mendengar suara itu.

Rahasiaku (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang