Buk Juni mengerutkan keningnya. "Buk Donat? Pak Dadu?"
"Iya ... ibu Juni yang baik hati, dan rajin menabung."
"Buk Dona maksud, kamu?" Tanya buk Juni dan ku balas dengan anggukan.
"Terus pak Dadu, siapa?"
"Pak Dado."
"Kamu mah! Semua nama guru di ganti-ganti.
Buk Juni menghela nafas. "Tadi yang ibu mau tanyain itu, Bukan bolos sekolah, maksud ibu. Bolos pelajaran."
"Iya, kemaren saya ketiduran di perpus. Enak buk! Adem..." ujarku sambil mengibaskan tangan.
"Kamu sengaja bolos, atau beneran ketiduran?" Tanya buk Juni dengan mata memincing.
"Ketiduran buk." Jawabku malas.
"Ibu gak percaya." Jawab buk Dona yang tidak percaya dengan apa yang ku katakan.
"Kalau ibu gak percaya, kenapa nanya?"
"Kan ibu cuma mastiin, kamu beneran jujur atau enggak." Ujar buk Juni dengan nada kesal.
Aku bukannya mendengarkan ucapan buk Juni, melainkan sedang menghitung semut yang sedang mengangkut makanan.
Buk Juni menggeram kesal, saat tahu bahwa aku sedari tadi tidak memperhatikannya. "Senja! Ibu capek ngurusin kamu."
Aku menoleh. "Saya gak nyuruh ibu, buat ngurusin saya."
Buk Juni melangkah menuju komputer dan mengetik sesuatu di sana. Aku hanya duduk di sofa sambil memainkan kuku.
Setelah itu, buk Juni menghampiriku sambil menyodorkan sebuah map coklat. "Kasih ke orang tua, kamu!"
Aku mengangguk antusias dan keluar dari ruang biadab itu.
.
Sepulang sekolah, aku menghampiri mamah dan papah yang sedang bersantai di sofa.
"Ini mah!" Ujarku sambil menyodorkan map berwarna coklat tersebut.
Mamah mengernyit bingung, aku buru-buru berlari untuk masuk ke kamar.
"CIAAA!!" Jerit mamah.
Aku hanya cekikikan di balik selimut, dan sekalian saja aku tertidur.
.
Malam harinya aku pergi ke starbuck seorang diri. Aku mengambil duduk di dekat kaca luar.
Saat aku hendak berdiri, tiba-tiba aku menabrak seseorang.
Bruk!
Aku menatap seseorang tersebut dari bawah dan saat mata kita bertemu. Aku mendengus kesal.
"Ck! Kau lagi, apa tidak bisa. Kau tidak mengganggu hidupku sehari ... saja?" Ujarku dengan geram.
Pria di hadapanku hanya terkekeh dan menampilkan senyumnya.
"Mungkin kita jodoh, little girl." Jawabnya.
Aku melirik dengan malas lalu pergi meninggalkan tempat itu.
.
Keesokan harinya.
Aku berangkat sekolah seperti biasa dan setibanya di kelas. Aku duduk sambil memasangkan earphone ke kedua telingaku.
"So take, key no way the way." Pekikku yang menyanyikan lagu Free Fire yang tidak hafal liriknya.
Semua penghuni kelas menatap ke arahku dan aku hanya bisa menggaruk tengkuk yang tidak terasa gatal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Pilot [OPEN PO]
Teen FictionSenja Flisiya, seorang gadis yang menyukai hal yang berbau penerbangan. Bertemu dengan pilot tampan di bandara, namun dirinya sedang menunggu sahabat kecilnya. Tetapi ia malah jatuh cinta kepada pilot tampan itu. Apakah sahabat kecilnya akan kembali...