1. Introduction : Langit dan Samudra

1K 129 150
                                    

Samudra yang terlihat acuh pada Langit dan Langit yang terlihat memendam rasa seorang diri.

Semesta memang mempunyai caranya sendiri dalam menentukan waktu untuk mempersatukan Langit dan Samudra.

*Disclamer :
Cerita ini menggunakan alur maju dan mundur, sebelum dan setelah kecelakaan yang menimpa Langit.

Cerita dalam buku harian Langit menggunakan point of view orang pertama.

****
5 Juli 2020

Siang ini, Langit duduk seorang diri sembari menikmati semilir angin yang menampar pipi merahnya.

Langit memilih duduk sambil merenungkan segala peristiwa yang terjadi di hidupnya.

"Mungkin memang benar, sekarang adalah saatnya gue membuka kembali lembaran masa lalu itu," gumamnya.

Langit memang tak mengingat masa lalunya secara utuh sejak menjadi korban kecelakaan lalu lintas.

Sejak itulah, Langit selalu ingin tau hubungan yang mengikat antara dirinya dan seorang pria, teman kampusnya sendiri yang bernama Sebastian Samudra.

Dia juga selalu bertanya-tanya tentang alasan semesta membuat ingatannya tak sempurna.

"Gue gak punya banyak pilihan, gue hanya seorang diri menanti keputusan dari diri gue sendiri"

"Seperti dokter pernah bilang, hanya gue sendiri lah yang bisa membawa kembali ingatan yang hilang itu," kata Langit dalam lamunannya.

Semenjak kecelakaan hampir dua bulan lalu tepatnya 15 Mei 2020, Langit divonis menderita Amnesia Retrograde, yakni jenis Amnesia yang membuat seseorang mengalami kesulitan untuk mengingat sebagian atau bahkan semua informasi dan kejadian di masa lalu.

Kicau burung di taman tiba-tiba menyadarkan lamunan Langit.

"Kecelakaan itu, ya kecelakaan itu uda membuat hidup gue seperti ini, hilang arah, mencari sesuatu yang gak pernah gue ketahui apa yang sebenarnya gue cari," ujar Langit sambil berdiri dari tempat duduknya.

"Seharusnya gue bersyukur dong bisa dikelilingi keluarga yang membantu masa recovery pasca kecelakaan gue dengan baik. Teman-teman kuliah gue juga selalu menyemangati"

Omongan Langit terhenti sejenak.

"Ah tetap aja ada yang mengganjal. Apalagi setelah gue ketemu Samudra. Dia siapa sihhhh?" kata Langit sedikit berteriak di taman.

Samudra adalah teman seangkatannya di kampus. Langit tak pernah menyukai Samudra. Setiap kali berpapasan dengan Langit, Samudra selalu bersikap acuh, sorot matanya tajam, seolah ingin menyampaikan sesuatu.

Tiap kali Langit ingin memulai perbincangan, Samudra selalu menjauh. Tiap kali Langit bertanya tentang hubungan mereka di masa lalu sebelum kecelakaan terjadi, Samudra selalu memilih pergi tanpa penjelasan.

Kehadiran Samudra benar-benar menimbulkan segudang pertanyaan bagi Langit.

Setelah Langit berteriak seorang diri di taman, tiba-tiba Samudra datang menghampirinya. Dia datang dengan langkah terburu-buru sambil menggenggam sebuah buku kecil.

Langit memandang kedatangan Samudra. Kini, Samudra berdiri tepat di hadapannya.

Mereka terdiam sesaat, hanya saling memandang. Lalu, Samudra menyerahkan buku yang dipegangnya kepada Langit.

"Jawabannya ada di sini, di buku catatan lo. Gue harap kita bisa menjalani hidup dengan damai setelah lo membacanya," kata Sebastian Samudra yang biasa dipanggil Sam.

Setelah dia memberikan buku itu, dia langsung pergi. Seperti itulah hubungan mereka, tak berjalan baik karena Samudra yang terlalu cuek pada Langit.

Samudra memang bukan pusat perhatian, tapi sekali lagi, kehadirannya cukup menarik perhatian Langit.

Sejak pertama kali Langit menginjakkan kakinya kembali ke kampus dua minggu lalu, setelah terbangun dari koma, Sam tak pernah bersikap baik.

Dia selalu pergi ketika Langit menghampirinya atau bertanya sesuatu, walaupun sekedar bertanya tentang kehidupan kampus.

****
Enam hari sebelumnya........

"Hai Sam, gue boleh tanya sesuatu gak?" suatu pagi Langit memberanikan diri mendekati Samudra saat dia duduk di taman.

Langit dan Samudra mempunyai spot favorit di taman yang berada tepat di samping kampus. Namun, Samudra selalu menghindar ketika Langit berada di taman. Mereka tak pernah bersama.

"Sorry, gue sibuk. Gue lagi ngerjain tugas, bisa nanti aja gak," jawabnya ketus.

"Gue cuma mau tanya kok kenapa lo ketus banget sama gue, emang gue salah apa. Gue cuma pengen berteman dengan lo kok, gak lebih. Apalagi gue baru bangun dari koma, gue pengen aja mengingat teman-teman kuliah gue lagi," Langit mencoba mencairkan suasana.

"Kita sekarang temen kok. Tapi, gue gak mau dekat sama lo dan temen bukan berarti harus deket kan, Sorry," kata Sam sebelum dia beranjak pergi.

Saat Samudra pergi, Langit terus memandang Samudra yang memiliki postur tubuh tinggi, mungkin tingginya sekitar 165 sentimeter.

Kulitnya putih cerah, rambutnya sedikit ikal, dan Samudra menggunakan kaca mata.

"Padahal lo biasa aja ya, kenapa gue bisa tertarik deketin lo sih Sam. Ah sialan," Langit menggerutu sambil memandang sosok Samudra yang perlahan menghilang.

****
Langit kembali memandang buku yang diberikan Samudra.

"Ini buku apaan sih, ngapain dia sok-sokan nyuruh gue baca buku ini"

Pada sampul buku biru itu, tertulis sebuah kata "The Unspoken Words" yang ditulis tangan dengan sangat rapi.

Samudra mengatakan buku itu adalah buku harian Langit sebelum kecelakaan itu terjadi.

Samudra bahkan menegaskan buku itu menyimpan semua jawaban dan alasan mengapa dia selalu menjauhi Langit.

Lalu, apa isinya? Mengapa Samudra bisa memiliki buku catatan harian Langit?

Langit duduk kembali di bangku taman sambil membuka lembaran pertama buku itu. Saat dia membuka buku itu, memang tertera namanya pada lembaran pertama.

Langit Anastasia
A Letter for you, the Unspoken Words for Mr. Blue.

Perjalanan pencarian jawaban itu pun dimulai. Dalam buku itu, jawaban mengapa Samudra selalu acuh pada Langit dan teka teki antara keduanya akan terungkap satu persatu.

Semesta memang mempunyai caranya sendiri dalam menentukan waktu untuk mempersatukan Langit dan Samudra........

The Unspoken Words of Langit and Samudra [PUBLISHED|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang