Setelah Ini, Aku Harus Bagaimana? (Pt. 1)

34 1 1
                                    

Kadang aku berpikir, menghilang itu lebih baik daripada ada tapi tak dianggap olehmu.
Kadang aku juga berpikir, memerhatikanmu dari jauh lebih baik daripada menanyakan kabarmu secara langsung.

Rasanya, aku ingin menyerah. Bukan karena kamu yang tak pernah menganggapku ada. Tapi, karena sudah begitu sering aku mengorbankan perasaan untuk satu orang yang tak memiliki rasa menghargai.

Aku berlebihan? Katakan saja begitu. Aku memang menaruh harapan yang lebih besar, lebih besar dari sebuah ekspetasi yang pada kenyataannya sangat menyakitkan.

Sesekali aku ingin bertanya padamu, "kamu menahami konsep tentang memberi dan menerima nggak?"
Kamu memberikan harapan, aku melahapnya.
Kamu memberikan kenyamanan, aku merasa nyaman.
Kamu memberikan celah untukku agar bercerita, aku mengeluarkan seluruh bebanku.
Itu konsep memberi dan menerima yang aku pahami.

Lalu, kamu? Aku tidak yakin kamu memahami konsep itu sepenuhnya.
Buktinya? Kamu menghilang perlahan, layaknya tetesan air hujan yang mengering disinari oleh panas matahari.
Aku tidak yakin kamu memahami dengan betul konsep itu.

Seperti pada saat aku datang menghampirimu, kamu malah diam tak memberiku ruang untuk berbicara.
Aku disini korban, untuk kamu tahu.
Korban atas harapan yang kamu beri terlalu tinggi.
Korban atas kenyamanan yang kamu selalu bagi.

Aku juga, sih yang salah.
Menganggapmu lebih baik dari dia yang sebelumnya pernah menggores luka, tapi ternyata sama saja, malah menambah luka.
Aku juga tidak memiliki potensi untuk terus bersanding disampingmu karena aku sudah bukan prioritasmu.

Setelah ini, aku harus bagaimana?

18.03.20

Rizka

Dariku, UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang