Arjuna dio anggara (sekolah baru)

42 5 5
                                    

Selalu dikawal itu bukan berarti anak manja atau anak mamih. Bukan juga berarti anak seorang pejabat tinggi.

Itu yang seorang arjuna dio angara rasakan. Kadang ia merasa bahwa kakaknya itu terlalu berlebihan. Dio cuman mau sekolah sama seperti orang lain. Walau ia juga sekolah namun homeschool.

Padahalkan sekolah itu milik keluarganya namun tetap saja dia dikawal. Ngerasa di kekang? Ya pasti. Berasa kaya di penjara tapi ga dibalik jeruji besi.

***

Kericuhan di suatu kelas terhenti disaat seorang guru memasuki kelas.

"Morning class"

"MORNING SIIIIRRRR" jawab murid kompak

"Today, kita kedatangan murid baru. Bapak harap kalian bisa menerimanya. Ayo masuk"

Semua mata tertuju pada pintu masuk. Terlihat seorang pria mungil tengah memasuki kelas dengan kepala yang tertunduk.

" kalian tunggu di luar aja" ucap pria mungil itu pada dua pria tinggi yang ada di belakang nya.

"Tapi-"

"Aku baik baik saja kak,"

"Baiklah" dua pria tinggi itu lalu keluar kelas.

"Perkenalkan dirimu boy" ucap pak chen

"Hai, perkenalkan namaku arjuna dio anggara, panggil aja juna"

"Haaii juna" sapa murid

"Juna, eilahkan duduk di....." ucapan pak chen terhenti untuk mencari kursi yang kosong. "Nah, juna kamu duduk di samping rein. Rein angkat tanganmu"

Reinpun mengangkat tangannya. Dio lalu berjalan menuju kursi disamping rein.

"Hai, kenalin gue sehun reinha edward, panggil aja rein"

Dio membalas uluran tangan rein, sedikit gugup karna ia belum terbiasa dengan orang lain selain keluarganya dan dua bodyguard nya.

"Salam kenal r rein"

Sehun tersenyum melihat kegugupan dio.

"Oke semua poku, kita akan memulai pelajaran" ucap pak chen lantang.

"Jangan heran sama pak chen, dia emang gitu ngomongnya kaya pake toa" ucap sehun saat melihat dio sesikit kaget dengan ucapan pak chen. Dio tersenyum lalu mengangguk.





Vov dio

Trittttt
Bel istirahat berbunyi. Semua murid bersorak bahagia lalu berhamburan kekantin.

"Lo mau kekantin bareng gak?" tanya sehun kegue.

Gue tersenyum "gausah, lo duluan aja"

"Yaudah, gue duluan ya. Bay" sehun lalu meninggalkan gue sendirin.

Kelas sudah sepi, hanya tinggal gue seorang. Kak al dan kak yudi bodyguard gue nyampirin gue.

"Juna, ayo makan siang di kantin"

"Kak al sama kak yudi gak pulang?" tanya gue ke mereka.

"Enggak, kan jagain juna"ucap kak al or tao.

" disuruh kak rayan ya?"

Emang ya, sekali dikekang ya selamanya di kekang. Lagian gue heran sama kakak gue, gue kan udah gede tapi selalu aja dimanjai.

"Ini emang kewajiban kita juna" kata kak kris or yudi.

"Iya iya, tapi juna mau ketoilet dulu"

"Yaudah ayo" kak tao menarik lengan gue.

"Gausah kak, juna bisa sendiri"

"Ta-" omongan kak al gue potong

"Juna udah gede kak, cuman ke kamar mandi" gue kasih pupy eye gue biar diijinin. Dan benar aja, setelah liat gue beraego, kak al ngelepasin tangan gue.

"Yaudah, tapi jangan lama. Kakak tunggu di kantin" gue ngangguk aja terus pergi dari kelas.

Gue ngerasa gue itu kaya anak pejabat tinggi tau ga. Kemana mana harus dikawal. Kalo enggak ya ga boleh pergi. Gue bukan anak manja seperti yang kalian bayangkan. Gue cuman seorang adik yang dikekang sama kakak sendiri seolah gue itu bakal ilang kalo ga di jaga.

Padahal kan penyakit gue udah ga parah parah banget. Gue cuman bisa ngeluh, ga bisa buat apa apa. Ga bisa ngebantah.

Lagian, cuman kak rayan dan kak zifa yang gue punya di dunia ini. Orang tua gue udah wafat karna kecelakaan pesawat. Sedih tau ditinggal orang tua.

Waktu itu gue masih umur satu tahun, jadi gue gak tau apa apa. Gue juga baru di kasih tau kak rayan tentang mama sama papa waktu umur gue 10 tahun. Dan sekarang umur gue 17 tahun.

Saat di jalan, gue ngerasa risih sama tatapan para murid kegue. Ada sedikit rasa takut dan cemas juga. Gue belum pernah tatap muka langsung kaya gini sama orang. Maklum aja, selama ini gue di rumah terus. Sekolah juga homeschool. Jadi jarang ketemu sama orang lain selain kak rayan, kak zifa, kak al sama kak yudi.

Gue jalan buru buru, takut juga ngeliat tatapan pasa murid. Ngeri.

Gue ga merhatiin apa yang ada di depan gue sehungga

BRUK

gue nabrak orang gaes, gue jatuh sama orang yang gue tabrak tadi. Mending jatuh sendiri, ini udah jatuh, ketiban tubuh orang lagi. Mana badannya berat lagi kan badan gue jadi sakit.

Lebih parah lagi, bibir kita nyatu bangsat. Kita kaya ciuman tapi gak sengaja gitu.

Gue ngebuletin mata owl gue terkejut. Dia juga sama. Rasanya tuh, janting gue kaya lagi maraton tau. Deg degan banget.

Ciumannya rasanya manis, sedikit asin karna nyampur sama darah yang keluar dari bibir gue.

Kita sadar, dia bangun duluan dari atas gue. Terus ngulurin tangannya. Entah gue kesambet apaan sampe sampe terus diem liatin tangannya tang terulur ke gue.

"Lo ga mau berdiri?"

"Eh?"

Seolah tersadar, gue lalu nerima uluran tangannya lalu berdiri.

"Maaf, gue tadi ga liat liat" ucap pria itu sambil nyengir.

Sumvah, baru pertama gue liat cowo yang senyumnya manis banget. Gue kan jadi meleleh.

"Lo gapapa kan?"

Gue ngerjepin mata gue "gu gue gapapa ko. M maaf, ini juga salah gue galiat jalan" gue senyum kikuk.

"Lo anak baru ya? Gue baru liat"

"Iya, tadi baru masuk"

"Oh, kenalin gue jonginie exel nataya mahendra, panggil aja exel" dia ngulurin tangannya.

Busyet, namanya panjang banget. Nama atau gerbong kereta sih.

"Gue arjuna dio anggara, panggil aja juna" gue bales uluran tangannya.

Rasanya gue mao salto aja jabat tangan sama dia. Dari pada gue pingsan, lebih baik gue lepasin tangannya.

" g gue pergi dulu ya, bay" gue langsung ngibrit lari.

Jantung gue udah diskoan di sana. Gue langsung pergi ke kantin ga jadi ke toilet. Pas di jalan,

"Juna...." -

Tbc

love in the first kiss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang