➪ 𝑾𝒉𝒂𝒕 𝒔𝒉𝒐𝒖𝒍𝒅 𝑰 𝒅𝒐?

36 7 4
                                    

❝ Aku harus melakukan apa supaya kamu mengerti? Berbagai cara sudah ku lakukan. Tapi tetap saja. Kamu tidak akan pernah mengerti ❞

🌻

Seperti hari hari sebelumnya. Seperti kejadian kejadian sebelumnya. Setelah bertengkar dengan Jungkook, dia menjauhiku.

Maksudku Jungkook menolak bicara padaku sejak kejadian kemarin. Bukankah harusnya aku yang marah padanya karena Jungkook tidak menurut padaku? Padahal kan itu untuk dirinya sendiri.

Sebenarnya aku rindu padanya. Biasanya Jungkook akan meneror ku pesan agar makan, atau istirahat. Tapi kemarin dan hari ini rasanya sangat sepi. Tidak ada teriakan nya di sepanjang lorong koridor saat jam makan siang.

Aku kembali menatap keluar jendela. Kelas Jungkook sedang melangsungkan pelajaran olahraga. Aku jadi khawatir padanya dan juga aku melihat Jungkook sedang bersiap untuk lari. Aku semakin khawatir padanya.

Apa aku harus menghampirinya?

Tentu saja harus.

Tapi bagaimana jika guru curiga padaku?

Ah tidak peduli.

Aku mengambil dua tabung obat di ransel merah marun ku. Guru sedang menjelaskan materi tentang fisika, kimia dan biologi. Ah aku tidak mengerti sama sekali.

" Permisi Kim Seonsaengnim. Saya izin ke toilet sebentar "

Kim Seonsaengnim menoleh padaku lalu mengangguk. Hi menyeramkan. Kim Seonsaengnim termasuk guru yang killer. Dia tidak segan segan menghukum muridnya yang tidak patuh pada peraturan seperti berlari di mengelilingi lapangan sebanyak 30 kali.

" Jangan lama lama. " Aku bangkit dari duduk lalu segera keluar dari kelas. Sedikit berlari agar cepat sampai ke lapangan.

Saat di lapangan, semua murid kelas Jungkook sudah selesai lari. Tapi aku tidak melihat Jungkook disana. Aku berjalan mendekat ke sana dan menghampiri salah satu teman Jungkook, Jimin.

" Jimin, Jungkook dimana? " Tanyaku. Jimin berbalik lalu menatapku dengan tatapan terkejut. Hey aku kan bukan penampakan.

" Kau membuatku kaget. Ah Jungkook? Entahlah. Aku tidak tau " Jawabnya lalu tersenyum. Aku balas tersenyum lalu pamit untuk mencari Jungkook. Aku harus memberikan obat ini padanya. Biasanya dia tidak membawanya saat pelajaran olahraga.

Aku berjalan mengelilingi sekitar area yang untuk rute berlari. Lee Seonsaengnim sepertinya izin pergi sebentar. Karena aku melihatnya pada saat dikelas saja. Itu kesempatanku untuk menemukan Jungkook tanpa ketahuan dan dihukum.

" Jungkook-ah kau lelah tidak? "

" Aku? Lelah sekali. Aku juga belum sempat sarapan "

" Benarkah? Bagaimana jika sehabis jam olahraga kita makan bersama? "

" Boleh juga "

Aku menghentikan langkah. Aku bisa melihat Jungkook dengan seorang siswi kelas nya yang aku tahu bernama Bae Irene sedang duduk di pinggir lapangan. Mereka tampak mesra disana. Dengan Irene yang mengusap keringat di dahi Jungkook dengan sebuah handuk dan Jungkook yang tertawa di sampingnya.

Lagi. Hatiku seperti di cubit.

Jika aku kesana pasti menganggu Jungkook dan Irene. Aku berbalik membelakangi mereka. Berusaha menghentikan sakit di hatiku. Tapi tidak berhasil. Nyatanya semakin sakit.

Aku menghampiri Jimin yang sedang terduduk di lapangan bersama keempat teman nya dan menepuk bahunya. " Jimin-ah.. aku titip ini untuk Jungkook ya "

Jimin menatapku " Kau.. kau menangis? "

Aku terkejut. Apa? Aku mengusap mataku dan benar. Basah. Kenapa aku menangis?

" Aku tidak menangis. Ini aku titip ini untuk Jungkook. " Aku menyerahkan tabung obat itu kepada Jimin. Aku harus pergi dari sini.

" Terima kasih Jimin-ah "

Aku berlari meninggalkan Jimin. Tidak peduli dengan Jimin dan keempat teman nya yang mungkin kebingungan akan sikapku. Hatiku sakit sekali melihat Jungkook tampak mesra bersama Irene. Aku memang tidak boleh berburuk sangka. Siapa tau mereka berteman dekat.

Iya. Mereka berteman dekat.

Semoga saja.

Jungkook kan sangat friendly pada siapapun.

Aku tak perlu khawatir bukan?

Aku harus percaya pada Jungkook.

Lagi.

🌻

Setelah kejadian itu mood ku menjadi sedikit berantakan. Kejadian itu terus berputar di otakku. Aku sudah mencoba menghilangkan nya tapi tidak bisa.

Aku berguling ke kiri dan kanan di atas kasur. Aku malas beranjak dari kasur tercintaku ini. Apalagi sekarang diluar sedang hujan. Tapi untung saja tidak ada petir. Jika ada pasti Jungkook akan ketakutan. Dan aku akan khawatir.

Tring... Tring...

Aku mengambil ponsel di atas meja samping kasur. Tunggu. Kenapa dia menelfonku?

" Yeoboseyo "

" Sudah kamu putuskan? "

Aku benci percakapan ini.

" Apa? "

" Tawaranku. Kau sendirian disana. Setidaknya ayo pergi bersamaku "

" Aku masih belum memutuskan "

" Ayolah. Alasannya masih sama? Si bocah tengil itu? Kau sudah sering di sakiti olehnya. Lalu apa lagi? Masih mau bertahan? "

Aku tersenyum maklum walau dia tidak bisa melihatnya.

" Aku tidak bisa meninggalkan Jungkook sendirian. Aku... "

" Kau yang di tinggalkan Pabbo! Aish Jinjja. Segera putuskan dan aku akan pesankan tiket pesawat untukmu "

Telfon terputus.

Aku tidak ingin meninggalkan Jungkook sendirian. Jika aku pergi bagaimana dengannya? Apakah dia akan makan dengan teratur? Apakah dia istirahat dengan cukup? Apakah dia akan meminum obatnya dengan rutin? Dan jika aku pergi, siapa yang akan melarangnya bermain basket?

Tanganku mengetik nama di pencarian kontak. Benar. Jungkook. Apakah dia baik baik saja?

To      : Kookie🐇~
From  : Me

Jungkook-ah. Sudah makan malam? Jika belum masaklah sesuatu atau belilah makanan. Jangan sampai tidak makan. Kau juga harus meminum obat dengan teratur.
Jika sudah balas pesanku. Aku mencintaimu❤ selalu.

Send

Setidaknya aku sudah memberitahu nya. Aku harap Jungkook membalas pesanku. Aku meletakan ponsel di meja dan bersiap tidur.

Semoga semua baik baik saja.

🌻

⟹ VIOSKYYY ⟸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⟹ VIOSKYYY ⟸

                                                                 

Soon ➤

𝑮𝒓𝒐𝒘𝒊𝒏𝒈 𝑷𝒂𝒊𝒏𝒔 | JjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang