part 3

4.1K 334 21
                                    

Jan di-bully oke. Ambil yang baik dan tinggalkan yang buruk. Geng santri kece ini memang sedikit petakilan dan bar-bar.

Selamat membaca kiw kiw....

🥀🥀

"Huwaaaa! Siapa yang nyuri sandal jepit kesayangan aku?! Kenapa berubah jadi sandal cowok? Aku akan melapor ke keamanan. Pasti ada penguntit tadi malam yang datang ke sini."

Aku terpana sekaligus kaget saat bangun pagi-pagi sekali ketika hendak shalat Subuh. Sepotong sandal laki-laki tergeletak di depan pintu asramaku dengan sembarangan. Merinding menjalar ke seluruh tubuhku saat memikirkan seorang pria mesum menguntit asrama kami.

Teman-temanku berdiri di belakang dan saling memandang.

"Ini masalah serius." Dwi berkata sedikit skeptis.

Kami bertiga mengangguk setuju.

Aku bertanya, "Apa yang harus kita lakukan? Melapor ke keamanan komplek wanita?"

Biasanya jika ada masalah yang mendesak dan sedikit serius, kami akan melapor ke bagian keamanan komplek perempuan.

"Ayo, ayo, ayo!"

Aku menutup pintu asrama dengan tergesa-gesa dan berlari ke arah kantor keamanan dan mereka bertiga mengikuti dari belakang.

Kantor keamanan masih sepi saat kami berempat sampai di sana.

"Sebentar lagi jamaah Subuh. Mungkin tidak ada orang di keamanan," kata Irma mengingatkan.

Aku juga berpikir seperti itu.

"Bagaimana jika menunggu sampai iqamah Subuh selesai," saran Santi.

"Kamu benar. Mari kita tunggu sebentar lagi." Dwi menyetujui.

Aku merenung dengan kepala tertunduk sembari bersandar di salah satu pilar tembok. Setiap kali aku melihat sandal tersebut, entah mengapa benda itu terlihat sedikit familiar. Aku berusaha keras untuk mengingatnya, tetapi tidak ada bayangan yang tertinggal sedikitpun tentang sandal ini.

Mungkinkah aku salah mengingatnya?

"Sedang apa kalian di sini?"

Tiba-tiba suara pintu keamanan terbuka dari dalam, aku berbalik dan melihat seorang ukhti menatap kami dengan ekspresi tidak senang tertulis di seluruh wajahnya.

"Kami ingin melapor!" Kami berempat menjawab serempak.

"Untuk apa melapor pada jam segini? Anti semua ingin bolos shalat berjamaah? Keamanan tidak menerima laporan pukul segini."

Ukhti itu bertanya dengan nada sinis. Aku mengerutkan kening saat melihat responnya. Apakah wajah kami terlihat seperti orang yang akan membolos shalat? Bahkan jika aku membolos ke kelas, tetapi tidak pernah bolos shalat berjamaah.

Aku ingin membalas, tetapi Irma menarik lenganku. Aku menoleh menatapnya dengan heran.

"Ayo pergi dari sini," katanya setengah berbisik. "Syukran, kami akan pergi menuju mushalla perempuan sekarang," tambahnya kemudian.

"Silahkan." Ukhti itu membalas dengan sopan. Namun, tidak ada senyum yang keluar dari bibirnya. Jika diperhatikan, dia juga sedikit asing. Aku belum pernah melihatnya sebelumnya.

Aku tidak mengatakan apa-apa ketika di seret pergi begitu saja. Namun, ketika sampai di tengah jalan menuju mushalla. Aku bertanya karena tidak bisa menahan rasa penasaran. "Siapa ukhti itu?"

Santi dan Dwi juga ikut menatap Irma menunggu jawaban darinya.

Irma menghela napas dalam-dalam dan berkata dengan nada tidak bersemangat. "Calon tunangan Gus Atha."

Cinderella Sandal Jepit (Gus Atha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang