CHAPTER 1

148 25 3
                                    

Renjun sedang dalam perjalanan pulang kerumah setelah menghabiskan sebagian waktunya untuk belajar disekolahnya. Hari ini kakaknya, Jeno, tidak bisa menjemputnya karena ia ada urusan dengan teman-teman kampusnya. Berakhirlah dengan Renjun yang harus pulang dengan berjalan kaki. Rasanya kaki renjun mau patah. Bayangkan saja , ini sudah sore , dan jarak sekolah ke rumahnya sangat jauh. Kalian pasti bertanya-tanya kenapa Renjun tidak naik bus atau angkutan umum lainnya? Alasannya karena uang renjun diambil oleh kakak kelasnya. Ya, Renjun menjadi korban bullying di sekolahnya. Kenapa ia tak mau melaporkannya pada guru atau kakaknya ? Karena renjun tak mau memperpanjang masalah. Ia takut jika ia melapor pada guru mereka akan marah dan menindasnya, bahkan mungkin lebih parah. Dan alasan renjun tak mengadukannya pada kakaknya karena ia tak mau membebani pikiran kakaknya. Sudah cukup kakaknya mengantikan dan menanggung tugas kedua orangtua mereka yang sudah meninggal 2 tahun lalu karena kecelakaan yang menimpa mereka saat akan pergi keluar kota untuk urusan pekerjaan. Sebenarnya Renjun lelah dengan semua ini . Ia sudah tidak kuat menanggung semuanya. ingin rasanya renjun menyusul kedua orangtuanya. Tapi ia tak tega jika harus meninggalkan kakak satu-satunya itu .

Renjun menatap langit luas diatasnya. Mendung , sepertinya hujan sebentar lagi akan turun. Dengan segera renjun mempercepat langkah kakinya . Namun , baru beberapa menit berlari hujan sudah turun dengan derasnya. Renjun buru-buru mencari tempat untuk berteduh agar tubuhnya tidak basah . Ia memilih berteduh didepan sebuah toko yang sepertinya sudah tidak ditempati oleh pemiliknya , terlihat dari bangunannya yang tua dan seperti tak terurus.

Renjun mengambil jaketnya yang berada didalam tas dan segera memakainya , takut jika nanti ia sakit karena kedinginan.

"berapa lama lagi aku harus menunggu sampai hujannya reda"ucap renjun dalam hatinya.

Renjun menengok sekelilingnya. Tampak sepi. Mungkin karena hujan. Orang orang lebih memilih tinggal didalam rumahnya , menikmati kue hangat sambil ditemani secangkir cokelat panas. Membayangkannya saja membuat perut Renjun menjadi lapar. Rasanya Renjun ingin segera pulang kerumahnya.

30 menit sudah berlalu , namun hujan tak kunjung reda. Renjun sedikit merasa kesal. Ia ingin segera pulang kerumahnya dan tidur dikasur empuknya. Kaki yang ia gunakan untuk menopang tubuhnya seperti mau patah karena saking lelahnya dia berdiri.

Renjun memperhatikan sekelilingnya. Tampak seorang pemuda bersurai caramel berlari tertatih-tatih. Pakaian yang ia gunakan juga basah kuyup karena tertimpa air hujan . Pemuda itu berjalan menghampiri tempat Renjun berteduh.

Sekarang Renjun tengah memperhatikan pemuda disampingnya itu. Ia ingin menanyakan keadaannya karena jika Renjun lihat sepertinya keadaannya terlihat jauh dari kata baik-baik saja. Pemuda itu menoleh tajam kearah Renjun , sepertinya ia merasa risih karena Renjun terus memandang kearahnya.

"kenapa kau terus melihatku?!"pemuda itu bertanya pada Renjun dengan nada sedikit membentak.

"ah...tidak apa?" ada jeda sedikit sebelum renjun melanjutkan ucapannya"kau baik-baik saja?"

Pemuda disampingnya tampak sedikit memandang renjun dengan tatapan tidak suka. "kau bisa lihat sendiri kan?"

Ya. Renjun bisa melihatnya. Kemeja lengan panjang yang dikenakan pemuda disampingnya tampak robek,seperti ada bekas cakaran , begitu juga dengan celana jeans yang dikenakannya. Tampak ada sedikit luka dibagian pipi pemuda tersebut , membuat ketampanan diwajahnya sedikit berkurang.

"apa yang terjadi denganmu?" Renjun memberanikan diri untuk bertanya.

Pemuda disampingnya tampak menghela nafas. "huft...ceritanya panjang. aku bahkan tak tahu harus memulai bercerita darimana"

"ehm...sepertinya kita belum berkenalan. Aku Renjun! Huang Renjun"Renjun mengulurkan tangannya berharap dibalas oleh pemuda disampingnya.

Pemuda disampingnya menjabat tangan renjun . "Park jisung"

Renjun manggut-manggut " memangnya kau mau kemana?"

"aku juga tahu. aku sudah tak punya tujuan"Jisung berucap sambil menundukan kepalanya.

"bagaimana jika kau ikut aku pulang kerumahku . Disana aku bisa mengobati luka-lukamu , dan mungkin kamu bisa menceritakan apa yang sebenarnya terjadi padamu." renjun menunggu jawaban dari Jisung.

Setelah beberapa detik menunggu jawaban dari jisung , akhirnya Jisung mengangguk-anggukkan kepalanya , pertanda setuju dengan tawaran yang diberikan renjun.

Setelah menghabiskan waktu selama kurang lebih 1 jam , akhirnya hujan berhenti. Kedua anak adam tersebut segera pergi meninggalkan tempat berteduh . Renjun tampak membantu Jisung yang sepetinya kesulitan untuk berjalan karena kakinya yang terluka .

"terima kasih"ucap jisung sambil menunjukan senyuman tulusnya , renjun membalas ucapan jisung dengan anggukan kepala.

TBC >,<

Jangan lupa vote and comment :)

Gomawo~

LAST !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang