CHAPTER 3

92 16 0
                                    

"Kita harus berani melawan mereka!"

Mereka yang mendengar ucapan Jeno barusan tentu saja sangat terkejut.

"YA! KAU GILA ! KITA HANYA BERLIMA , SEDANGKAN MEREKA?
LAGIPULA MEREKA BUKAN MANUSIA LAGI !" Omel Jaemin sambil menunjuk-nunjuk Jeno.

Jeno tidak mengubris omelan Jaemin barusan. Ia segera pergi kesalahsatu ruangan dirumahnya dan mengambil 5 buah ransel.

"Ambil barang-barang yang diperlukan saja lalu masukan kedalam ransel kalian. Kita semua harus pergi dari tempat ini . Cepat ! Waktu kita tidak banyak !" Ucap Jeno layaknya seorang pemimpin.

Mereka segera melakukan yang diperintahkan Jeno barusan. Renjun dan Jisung mengisi ransel mereka dengan persediaan makanan dan minuman . Sedangkan Chenle mengisi tasnya dengan obat-obatan dan kotak P3K. Jeno dan Jaemin mencari barang-barang yang dapat digunakan sebagai senjata untuk melawan para mayat hidup diluar sana.

BRAKKK!!!

Tiba-tiba saja pintu didobrak dari luar.

"Celaka ! Mereka berhasil masuk! Kita harus bersiap-siap! " Jeno segera membagikan senjata kepada masing-masing orang.

Renjun membawa sebuah tongkat baseball , Jeno, Jisung dan Jaemin membawa sebuah senapan , sedangkan Chenle membawa sebuah samurai .

"Ayo kita bersiap-siap melawan mereka !" Jeno sudah bersiap untuk maju , namun buru-buru Renjun mencekal lengan kakaknya tersebut.

Jeno lalu memberikan tatapan seolah bertanya "mengapa" kepada adiknya tersebut.

Renjun lalu mengeleng-gelengkan kepalanya "Aku takut...."

Jeno menunjukan senyumannya yang mampu membuat hati Renjun sedikit tenang.

"Tidak apa. Kan ada kakak disini. Kakak akan melindungi Renjun dan yang lainnya. Kamu tenang saja , ya. Tetap berada dibelakang kakak , jangan jauh-jauh dari kakak . Mengerti ?" Renjun hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Jeno lalu mengusap surai lembut Renjun.

"Apakah kalian sudah siap?"Jeno bertanya seolah ia adalah pemimpian ditim ini.

Mereka hanya menjawab pertanyaan Jeno tadi dengan anggukan kepala yakin.

"Baiklah ! Ayo kita maju !"

Mereka lalu berlari menerjang para mayat - mayat hidup tersebut sambil mengacungkan senjata yang mereka bawa.

Suara senapan menggema dirumah tersebut , diikuti dengan teriakan-teriakan dan geraman dari para zombie.

( Nb: mayat hidup / makhluk aneh sekarang diganti jadi "zombie" aja ya ! Capek ngetiknya >,< )

Mereka mengerahkan seluruh tenaga yang mereka punya untuk menyerang para zombie tersebut. Namun walaupun zombie tersebut ditembak , ditebas , ataupun dipukul mereka seperti tidak merasakan apapun. Mereka seolah tidak dapat dikalahkan. Mereka seperti kebal terhadap apapun. Jeno dan lainnya sudah kewalahan mengahadi mereka yang berjumlah mungkin puluhan atau ratusan.

"Kak, sekarang kita harus apa ?! Mereka tak dapat dikalahkan ! " Kali ini Jisung yang bersuara.

Jeno yang mendengar ucapan Jisung barusan terdiam sejenak. Dalam hati ia membenarkan ucapan Jisung. Ya...zombie-zombie ini tak didapat dikalahkan. Teriakan-teriakan mereka membuat zombie-zombie lain mulai berdatangan.

Renjun yang berlindung dibelakang punggung tegap kakaknya bersuara , "Lebih baik kita pergi dulu dari sini dan Mencari perlindungan atau meminta bantuan diluar sana ! Jika kita terus-terusan disini kita bisa mati ! "

Lagi-lagi Renjun mengucapkan kata MATI lagi , membuat raut wajah yang lain menjadi ketakutan.

Benar kata Renjun . Jika mereka terus-terusan disini mereka bisa mati. Mereka harus segera pergi dari sini .

"Baiklah kita pergi lewat pintu belakang. Kalian pergilah duluan. Aku akan mengalihkan perhatian para zombie agar tidak mengejar kalian. Aku akan menyusul nanti." Ucap Jeno.

Renjun yang mendengar ucapan kakaknya barusan mengelengkan kepalabya sambil menatap tajam kearah kakaknya. "Kakak yakin?!"

Jeno hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban. "Pergilah...nanti kakak akan menyusul. "

Argghh!

Suara erangan dari para zombie mengalihkan atensi mereka.

"Cepatlah ! Sepertinya mereka mulai mengamuk! Kita sudah tidak punya banyak waktu !" Teriak jeno sambil menangkis serangan dari para zombie dengan senapannya.

Renjun segera memimpin yang lain untuk keluar dari rumah ini , Sementara Jeno menahan para zombie yang akan mengejar mereka.
.
.
.
Renjun dan yang lain (minus Jeno) berhasil keluar. Sekarang mereka sedang bersembunyi sambil menunggu Jeno keluar.

Aaakhhh!

Terdengar suara teriakan yang amat kencang dari dalam rumah itu. Renjun yang mendengarnya sangat terkejut dan syok.

"I-i-itu se-seperti suara kak jeno !" Renjun menangis. Dadanya bergemuruh tak karuan. Ia takut jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada kakaknya. Kakak satu-satunya.

Jaemin dan Chenle yang melihat Renjun menangis berusaha untuk menenangkannya.

Jisung ?

Entahlah , anak itu hanya diam sambil melamun .

"Sstt tenanglah Renjun. Kakakmu akan baik-baik saja..."ucap jaemin sambil mengusap punggung Renjun.

Renjun yang mendengar ucapan Jaemin barusan sedikit merasa tenang.

Semoga kakak baik-baik saja,ucap renjun dalam hatinya.
.
.
.
.
Sudah 2 jam mereka sembunyi sambil menunggu Jeno keluar dari rumah besar itu. Namun , tak ada tanda-tanda akan kemunculnnya.

Jisung lalu berdiri dari duduknya.

"Sudahlah. Kita pergi saja. Sepertinya kakakmu itu sudah tiada." Jisung berucap sambil menatap sinis Renjun.

Renjun yang mendengar ucapan Jisung barusan tentu saja sangat terkejut dan tak terima. Bisa-bisanya orang yang ia tolong dan ia perlakukan dengan sangat baik mengucapkan kalimat yang sangat menyakiti hatinya.

"Yak! Apa maksud ucapanmu barusan ?!" Renjun berdiri dari duduknya dan bersiap akan memukul pipi Jisung, namun buru-buru ditahan oleh Chenle.

"Aku hanya berujar sesuai fakta. Jika kakakmu masih hidup seharusnya ia sudah keluar dari tadi ! Tapi nyatanya? Sudah berjam-jam kita menunggunya disini tapi Ia tak kunjung keluar juga. Cih.." Jisung lalu segera melangkahkan kakinya pergi dari tempat itu meninggalkan yang lain.

Renjun menatap punggung Jisung yang semakin menjauh.

"Sudahlah Renjun. Jangan dimasukkan kehati ucapan Jisung barusan. Ia berucap seperti itu mungkin karena ia sedang lelah"

"Lebih baik kita ikuti saja si Jisung" ajak Jaemin kepada yang lain dan dijawab dengan anggukan kepala dari Chenle dan Renjun.

Renjun menatap sebentar kearah rumahnya . Rumah yang menyimpan sejuta kenangan manis dirinya dengan kakaknya , Jeno.

"Selamat tinggal kak jeno !"

Tbc >,<

Jangan lupa vote and comment !
Gomawo~

LAST !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang