ten;

715 116 33
                                    

Mata kuliah hari ini lebih cepat selesai dari biasanya. Bahkan dosen kami hanya memakan waktu lima belas menit untuk menjelaskan tugas yang akan dikumpulkan minggu depan. Walaupun diberi tugas, tetapi setidaknya kuliah dalam waktu yang sangat singkat itu merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri.

Semua mahasiswa di kelas ini tampak membereskan alat-alat tulis dan sesegera mungkin meninggalkan kelas. Ketika asik mengobrol dengan Jennie, Lisa dan Rose aku dikejutkan dengan sebuah tangan yang merangkul pinggangku. Sejenak aku membeku. Tanpa menoleh aku bisa menebak orang dengan wangi tubuh yang sudah kuhafal disampingku ini.

Masih belum memberanikan diri, aku melirik ketiga orang dihadapanku yang sedang menahan senyum. Sangat jelas mereka ingin meledekku.

"Ada apa?" tanyaku akhirnya perlahan menoleh ke samping kananku. Kujamin saat ini raut wajahku terlihat sangat tidak rileks. Bobby tersenyum sangat tipis. "Pulang."

"Oh yaudah kita duluan ya Jis, kapan-kapan aja lo ikut nge-mall nya." ujar Lisa bangkit dari kursinya dan diikuti Jennie dan Rose. Baru saja mulutku terbuka untuk berbicara, mereka buru-buru mengemas barang-barang dia meja bangku kuliah. "Have fun, Jis."

Teman laknat.

___

"Kok belok? Kita mau kemana?" tanyaku diatas motor ketika jalan yang dipilih Bobby bukan jalan menuju pulang. "Basecamp." jawabnya singkat.

"Ada siapa aja?"

"Temen-temen gue, Hanbin dan yang lain." balasnya. Sebenarnya aku tidak masalah dengan mereka. Aku hanya takut canggung dan kikuk karena aku bukan tipe yang bisa berbaur dengan cepat. "Lo keberatan? Kalo iya gue puter balik." tanya Bobby yang  sepertinya melihatku terdiam melalui kaca spion.

"Gapapa, lanjut aja. Gak usah puter balik."

Bobby mengangguk dan mempercepat laju motornya. Tidak membutuhkan waktu yang cukup lama, Bobby memberhentikan motornya tepat di pekarangan sebuah rumah kontrakan yang cukup besar. Turun dari motor, ia menggenggam tanganku dan berjalan masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Di ruang tengah ada sekumpulan cowok-cowok yang duduk di sofa yang susunannya membentuk liter U. Semua menoleh kearah pintu yang baru saja dibuka. Aku beringsut mundur agar Bobby memimpin jalan.

Enam pasang mata langsung menoleh kearah kami. "Wah ada siapa nih?" tanya Yoyo terlihat bersemangat menggoda Bobby. "Lo gak tau temen jurusan lo sendiri hah?" balas June bertanya dengan nada menjengkelkan. Yoyo hanya memutar bola matanya.

"Aseek akhirnya ini rumah kagak batangan mulu isinya."

"Kemajuan nih, Bob." ujar Jinan sambil menaikkan alisnya dan tersenyum menggoda Bobby.

"Apanya? Giginya?" tanya Chanu menoleh kearah Jinan yang sebelumnya melontarkan kalimat. Mereka berlima tergelak mendengar pertanyaan Chanu. 

"Bin, Jun pake baju lo." ujar Bobby mendekati sofa yang ditempati mereka. "Lah napa? Biasanya juga gue gini." protes Hanbin dengan kening berkerut. "Lo napsu liat gue?" tanya June memasang senyum yang cukup aneh, menurutku.

Bobby meraih sebuah kaos hitam yang tergeletak di karpet dan melemparnya tepat di muka June.
"Bobby takut Jisoo ngeliat lo berdua, ntar dia kalah saing sama perut kotak-kotak kalian, guys." ujar Donghyuk seperti menebak isi kepala Bobby. Kenapa namaku jadi terseret?

Bobby tak merespon ucapan Donghyuk. Mereka tertawa melihat itu. "Ah elah takut amat Jisoo lebih suka punya gue." ujar Hanbin berdecih melirik Bobby dan aku yang masih berdiri. Walaupun begitu, Hanbin dan June tetap menuruti perintah Bobby.

charming; bobsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang