02

827 128 9
                                    

"Segini cukup?" kata Joy begitu ia sampai dengan membawa dedaunan bertulang menjari yang cukup lebar.

Taehyung mematung.

Terguncang dengan sikap Joy yang tidak biasa itu. Kedua tangannya penuh dengan dedaunan yang Taehyung tau itu akan berguna. Bahkan wanita itu sudah memikirkannya sebelum Taehyung sempat untuk meminta bantuan.

Ia kira Joy bukanlah wanita yang cekatan, atau memang dirinya yang belum begitu mengenal Joy sebelumnya. Walau faktanya mereka tinggal di bawah atap yang sama, bukan berarti harus tau tentang seluk-beluk masing-masing, kan?

Tiba-tiba Taehyung merasa sangat bodoh. Ia merasa tidak pantas. Mana ada suami yang tidak tau perangai istrinya sendiri.

"Dari mana kamu mendapatkannya?" tanya Taehyung was-was.

Joy menunjuk semak-semak di belakang mereka, "Di sana, kalau masih kurang aku bisa ambil lagi"

Mendengar jawaban itu, Taehyung tidak bisa untuk tidak meninggikan suara, "Kamu masuk ke dalam sana?"

Sebelum kemudian meraih kedua bahu wanita itu, membuat kayu-kayu yang telah ia susun berjatuhan. "Jangan ceroboh! Kamu bahkan nggak tau ada apa di dalam sana!"

Kini ganti Joy yang mematung. Ia tau benar arti ekspresi di wajah itu. Tapi masa iya, Taehyung khawatir, rasanya tidak mungkin.

"Aku baik-baik aja, kok. Aku juga nggak ketemu hewan-hewan aneh" jawab Joy mencoba meyakinkan.

Taehyung tau, ini hanyalah pulau kecil di tengah lautan. Tanahnya pun tidak lebih luas dari lapangan sepak bola. Namun bukan berarti tempat ini aman untuk ditinggali manusia.

"Pokoknya, kamu jangan sembarangan pergi," balas Taehyung tidak kalah tegas. "Dan jangan jauh-jauh dariku" tentu saja kalimat terakhir itu ia ucapkan di dalam hati.

Akhirnya Joy memilih untuk mengalah, "Iya, aku ngerti."

"Kamu potong daun itu pakai apa?"

Sedikit ragu wanita itu menjawab, "Aku patahin tangkainya."

Taehyung meraih kedua tangan Joy, spontan.

Benar saja, ada ruam kemerahan di permukaan telapak tangannya.

Namun Joy menganggap perlakuan Taehyung itu terlalu berlebihan. Ia tidak akan kesakitan hanya karena tangkai daun. Lagipula Taehyung tidak cocok dengan sikapnya yang sekarang. Ia pun segera menarik tangannya.

Pada detik itu pula Taehyung tersadar. Sikapnya jadi aneh setelah mendarat di pulau ini.

"Aku bisa bantu apa?" ucap Joy mencoba mengubah suasana yang mendadak berubah canggung.

Taehyung terlihat berpikir sejenak, sebelum kemudian mengizinkan Joy untuk mengumpulkan kerang di sekitar karang. Sengaja menempatkan wanita itu di posisi yang bisa dijangkau penglihatannya. Sedangkan ia merakit kayu yang ditemukannya untuk dijadikan tempat berteduh, dan menjadikan dedaunan temuan Joy sebagai atap.

"Kenapa nggak nyala?" gumam Taehyung pada diri sendiri.

Kini ia menggesek ujung kayu kering pada balok kayu yang lain.

Rasanya praktik yang ia gunakan sudah benar. Persis seperti yang ia lihat di televisi.

"Coba pakai ini" kata Joy sambil menaruh sabut kelapa.

Taehyung kehabisan kata-kata untuk yang kesekian kalinya.

Bisa tidak Joy diam saja tanpa membuat Taehyung ketar-ketir akan apapun yang bisa wanita itu peroleh di tangannya.

"Aku ambil dari kelapa ini, tadi nemu di jalan" jelasnya ketika menangkap tatapan Taehyung. Ia juga menunjukkan hasil kerang yang ia kumpulkan.

"Kelapanya udah kebelah, kok. Nggak susah ambilnya, tinggal ditarik"

Ia memeragakan caranya mendapat sabut.

"Jangan tanya kenapa kelapanya terbelah, aku juga nggak tau" lanjutnya.

Mendadak Taehyung menjadi waspada. Mungkin bukan hanya mereka berdua yang tinggal di pulau ini. Matanya menjelajah sekitar, mencoba mencari pergerakan yang mencurigakan.

"Aku pikir ini bukan perbuatan manusia" Joy menyela perhatian Taehyung.

"Lihat, ada bekas cakar" ia menunjukkan goresan di salah satu sisi kelapa itu.

Tapi Taehyung tidak begitu percaya. Joy mana tau tentang alam liar, bukankah biasanya wanita itu yang selalu mengelak jika keponakan mereka mengajak untuk liburan di kebun binatang? Mana mungkin ia tau bentuk nyata cakar itu seperti apa.

Taehyung mencoba untuk berpikir positif.

Setidaknya ia harus membuat api sebagai prioritas. Dan sejauh ini, keadaan masih cukup aman, tidak ada yang mencurigakan.

Joy merubah posisinya agar bisa menghalau angin. Ia juga menangkupkan telapak tangan di sekitar bakal api.

Setelah percobaan yang kesekian kali, mereka pun berhasil.

"Aku pikir kita nggak bakalan bisa makan" ucap Joy selagi menunggu kerang yang dibungkus dengan batok kelapa itu masak.

Taehyung yang duduk di sampingnya, menyibukkan diri dengan sebilah kayu dan menajamkan ujungnya dengan batu yang telah ia pecahkan sebelumnya. Kemudian beranjak menuju bibir pantai.

Joy mengikutinya.

Ombak di sana tidak terlalu tinggi, ikan-ikan juga banyak yang berkeliaran. Ada pula kepiting yang bersembunyi, hampir saja Joy menginjaknya.

"Hati-hati" kata Taehyung di depan.

Bisa saja mereka menginjak sesuatu yang berbahaya, seperti ujung bebatuan yang lancip misalnya. Apalagi dengan kondisi kaki mereka yang telanjang.

Joy memilih untuk mengikuti jejak Taehyung, dan membuatnya masuk ke laut lebih dalam.

Taehyung menyuruhnya untuk berbalik ke tepian, bisa-bisa Joy terbawa ombak nantinya. Apalagi wanita itu tidak begitu pandai berenang.

Joy pun menurut dan memilih untuk duduk di bibir pantai. Sambil merasakan air menggelitik ujung kakinya.

Saat seperti inilah, ia kembali teringat pada ibunya.

Pada sore hari begini, biasanya ibu akan mengomelinya tentang ia yang selalu mandi ketika ibunya sedang butuh bantuan di dapur. Ia juga sengaja berlama-lama di kamar mandi supaya ketika selesai nanti, ia hanya perlu makan tanpa susah payah beradu dengan kompor.

Tapi kini semua perbuatannya seakan berbalas. Lihat saja, untuk bisa makan saja ia harus menelisik lubang karang.

Ia kembali mengikuti Taehyung yang kini telah mendapat beberapa ekor ikan. Ukurannya juga lumayan besar.

Baru saja mereka duduk di sekitar api, ketika ia teringat, "Taehyung, kamu nggak haus?"

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang