08

529 114 6
                                    

Lelah berlari, akhirnya Joy memutuskan untuk berjalan saja. Sembari mencari pohon Kelapa yang tidak terlalu tinggi, agar lebih mudah memetiknya nanti.

Taehyung berhasil menyusul dengan napas tersengal.

Joy menoleh padanya.

"Masih kuat nggak?"

Lelaki itu mengernyit mendengar kalimat Joy yang ambigu.

"Sanggup manjat pohon?" Tanyanya lebih jelas sambil menunjuk tanaman di depan mereka.

Barulah kemudian Taehyung mengerti.

Sebuah pohon Kelapa tumbuh melandai dengan batang yang menjorok ke laut. Sekitar dua meter jarak buahnya dengan bumi. Jauh lebih pendek dari pohon yang sebelumnya ia taklukkan. Juga lebih mudah menapakinya karena tumbuh tidak tegak lurus, melainkan agak miring mendekati horizontal. Kurang dari sepuluh menit buah Kelapa telah berjatuhan.

"Andai ada sungai, kamu pasti nggak perlu repot-repot manjat"

Kini Joy telah duduk bersimpuh di atas pasir.

Baru kali ini Taehyung mendengar Joy mengeluh. Biasanya istrinya itu susah kalau diajak bicara. Jangankan mengobrol, untuk sekedar melempar senyum saja tidak pernah. Pernah sih beberapa kali, itu saja ketika hari pernikahan dan saat bertemu orang tua mereka. Selebihnya sering menghindar.

Taehyung menyunggingkan senyum, sembari mengulurkan buah yang siap untuk di santap.

"Dia datang lagi" ucap Joy yang lebih terdengar seperti gumaman.

Taehyung mengikuti arah matanya. Spontan berdiri ketika menyadari gumpalan bulu abu-abu itu yang semakin mendekat.

"Udah, biarin aja"

Sama seperti pagi tadi, Joy memberi kode untuk menjauh, membiarkan Monyet kecil mengambil salah satu buah Kelapa mereka.

Hanya saja, kini Monyet itu langsung masuk ke dalam semak-semak, lebih dalam menuju jantung pulau.

Setelah menghabiskan air minumnya, Joy segera menyusuri jejak Monyet barusan, yang tentu saja dicegah oleh Taehyung.

"Mau kemana?" Tanyanya walau sudah tau pasti apa yang akan dilakukan istrinya itu.

"Kamu nggak penasaran?" Joy malah balik bertanya, membuat Taehyung berdecak sebal.

Sebenarnya, Joy itu punya jiwa petualang atau bagaimana.

Beruntung istrinya itu tidak memotong rambut bergaya Bob dengan setelan celana selutut dan berkaus merah, lengkap dengan ransel di punggung.

Setelah saling adu tatap beberapa saat, akhirnya Taehyung mengalah.

"Oke, kita masuk"

Dan Joy tersenyum puas.

Setelah melewati barisan pohon Cemara, akhirnya mereka sampai di depan Pohon Mete yang cukup tinggi. Di bawahnya tergeletak gumpalan abu-abu yang lebih besar dari si Monyet kecil.

Joy memekik tertahan.

Monyet lain yang ia tebak merupakan induk Monyet kecil telah terbujur kaku. Sedang anaknya kini menggoyangkan tubuh ibunya, berharap primata itu kembali bergerak. Ia bahkan telah membawa makanan untuk mereka. Buah Kelapa curian itu teronggok tidak jauh darinya.

Namun usahanya sia-sia, ibunya tidak lagi sama. Tubuhnya tak lagi hangat. Mata indah yang setiap saat memberi keteduhan itu kini telah terpejam sempurna. Monyet kecil sudah mengerti arti tanda-tanda itu sejak lama, hanya saja ia tidak sanggup mengakuinya.

Setitik air jatuh bergulir di pipi Joy. Ia membekap mulut dengan telapak tangan, sembari menahan genangan di pelupuk matanya.

Tapi hal itu tidak bertahan lama, karena setelah Taehyung merengkuhnya, air matanya tumpah juga.

Apalagi ketika Monyet kecil membaringkan diri memeluk induknya, Joy tidak kuasa hingga ikut berganti menenggelamkan diri di pelukan Taehyung.

"Kita harus gimana?"

Taehyung menggeleng, ia juga tidak tau harus berbuat apa, selain mengeratkan pelukannya.

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang