Yang Meninggal Saban Malam (2)

19 2 1
                                    

Kami bertatapan cukup lama. Kulihat matanya berkilat dan dengan setengah teduh kelopaknya bergerak.

"Apa yang sebenarnya aku lupakan?"
Tanyaku, mencoba memastikan pernyataannya.

"Tidak selalu langit bisa membiru, ada kalanya gelap jatuh, namun di balik itu selalu hadir kerlip bebintang," ia menatap langit. "Nak, tidak apa-apa untuk melupa, sebab lupa memutus rantai rasa sakit."

Sudah kubilang ada yang aneh dengan orang di depanku itu.

"Tunggu," aku terkejut saat dia melangkah mundur. "Mau ke mana?"

"Pulang."

"Pulang ke mana? Arah rumah kita bukan ke sana"

Ia tidak mendengarkan dan memilih bergerak menjauh. Semakin jauh, semakin tubuh ringkihnya tersapu bebatangan.

Tidak ada. Dia benar-benar sudah pergi meninggalkanku yang masih tak tahu apa arti percakapan singkat kami. Apakah dia akan kembali?

"Bapak! Bapak!"
Aku memanggil-manggil, dia tidak menyahut. Aku terobos bebatangan lebat tempatnya raib, tidak ada jejak. Sama sekali.

"Bapaakkk!!!"

"Nak, pulanglah, ini bukan rumahmu!"

Aku mendengar suara itu tapi aku tidak tahu darimana itu berasal.
Hanya saja, lututku tiba-tiba melemas. Mataku perlahan terbuka dan yang pertama kali kulihat adalah pematang sejauh mata memandang.

"Bunda."
Suara lembut seorang anak kecil. Aku menoleh dan rupanya dia ada di sebelah.

Jam di tangan menunjukkan pukul lima sore, itu artinya sudah 30 menit aku terpejam di dipan bambu milik Ibu sampai tak sadar sejak tadi ditampar kenangan. Ya, mimpi itu.

"Kemana Ayah?" Tanyaku.

Anakku menunjuk seorang laki-laki di kejauhan. Dia sedang melihat-lihat kebun kami yang telah lama ditinggalkan. Aku berandai-andai, mungkin jika Bapak menemaninya melihat-lihat, itu akan terlihat sangat hebat.

"Yuk kita siap-siap pulang." Ajakku kepada malaikat mungilku.

Suasana kampung halaman menyeretku dari fakta bahwa Bapak meninggal saban malam. Namun dalam mimpi serpihan mengenai Bapak tergambar nyata. Aku bisa menangkap wajahnya yang penuh misteri dan menua.

Pak, di sana sedang apa?


The End

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Melukis BapakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang