The Way I Fell

135 11 2
                                        

Menyukai seseorang yang tak pernah menyukaimu. Mengharapkannya sambil bermimpi dia akan bersamamu. Berpikir kalau dia akan mengatakan ‘aku mencintaimu’. Tapi semua itu hanya hayalan. Melihatnya dari kejauhan seperti menyadari kalau kau hanya sepotong kue yang terpisah dari bagiannya. Kau dekat dengannya, tapi ketika kau berpikir kau dekat, ternyata tidaklah sedekat itu.

Menangis ketika sadar kalau ini sia-sia. Kecewa ketika tau teman-temanmu juga menyukainya. Sedih ketika tau kalau dia tak sebaik yang kau kira. Tapi inilah apa adanya rasa suka. Tak dapat menolak atau menghindar.

Sadar kalau waktu akan terus berjalan. Kau tidak bisa terjebak di masa lalu. Harus maju dan berusaha agar mendapatkan yang terbaik. Tapi apa yang aku katakan? Bahkan aku merasa seperti di lingkaran yang sama.

Taukah kau apa maksudku?

Aku rasa aku menyukainya. Bahkan berpikir kalau aku mencintainya. Aku menulis berbagai cerita tentang aku dan dia. Tapi tak satupun menjadi kenyataan. Aku banyak berharap tapi pada akhirnya aku kecewa. Aku melihat kenyataan di depan mata tapi aku malah menutup mata dari kenyataan. Apa aku salah? Aku selalu berpikir kalau aku salah.

Namanya Argan. Teman-temannya termasuk aku memanggilnya Arga. Ibunya memanggilnya Aga. Nama lengkapnya Argan Perdana. Kami sekelas dan tidak begitu akrab. Terlihat seperti aku mengenalnya begitu banyak tapi kenyataannya tidak. Bahkan ketika mengetik nama atau nama panjangnya, aku merasa aneh seketika.

Aku tau beberapa temanku pernah menyukainya. Mungkin seperti cara aku mengaguminya. Tapi ketika mendengar pernyataan yang tak pernah diungkapkan sahabatku sebelumnya, aku sedikit kecewa. Dia pernah menyukai Arga. Tapi itu hanya dulu. Tidak lagi.

Aku berkata bahwa aku tidak menyukainya lagi. Tapi pada kenyataannya aku masih memperhatikannya diam-diam. Apa aku salah? Ya, sangat salah.

Aku pernah berbincang dengan ketiga temanku. Mengenai dia dan seorang perempuan yang sedang dekat dengannya. Mereka terlihat seperti orang yang pacaran. Tapi aku tidak tau pasti tentang kebenarannya. Hanya saja, melihat kedekatan mereka yang termasuk dalam kategori mesra, aku jadi merasa aneh untuk tetap memandanginya seperti dulu. Apalagi yang kami bincangkan mengenai hal yang tak aku ketahui dan tak pernah kukira.

Dan sekarang, setelah semua perbincangan itu, mengubah keseluruhan pandanganku padanya. Ya memang, aku tidak menyukainya lagi. Setidaknya tidak seperti dulu. Walau harus aku akui terkadang aku masih memperhatikannya karena kami sekelas dan aku tidak bisa menghindar sepenuhnya darinya.

Yang aku pertanyakan sekarang, harus aku apakan tulisan ini? Kalaupun aku lanjutkan, aku tidak tau harus melanjutkannya seperti apa. Aku tidak banyak mempunyai waktu bersama dengannya. Kalaupun ada, itu tidaklah penting lagi. Lagipula kurasa kisahku sudah berakhir. Dia tak menyukaiku balik dan sekarang rasa sukaku berkurang. Aku dan sahabatku juga sudah memutuskan untuk melupakannya.

Jadi apa lagi? Aku hanya berharap agar kami cepat lulus dan aku tidak satu sekolah dengannya untuk yang kedua kalinya. Kalaupun satu sekolah, semoga tidak satu kelas. Beberapa bulan lagi Ujian Nasional. Yang harus aku pikirkan adalah agar aku dapat lulus dengan nilai memuaskan dan berlaku jujur selama ujian.

Tapi, haruskah kukatakan kalau rasa sukanya masih membekas? Aku masih merasa sakit hati. Aku tidak tau apakah aku bisa benar-benar menghilangkannya. Aku bisa, aku hanya belum tau apa cara yang pas. Atau mungkin waktu yang pas.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang