Jika memilih untuk berada terkurung di toilet sekolah atau ruang BK, maka Ale lebih memilih di toilet walaupun itu kotor sekalipun dari pada terjebak diruangan berukuran 5×5 meter. Ruang BK tak pernah ada kesan yang baik bagi Ale, dia selalu masuk kesini hanya untuk mendengar ceramah lalu mengisi daftar buku hitam lagi.
Didepannya, pak Jeffry nampak mengusap dahinya penat. Ale tak berbicara apa-apa semenjak masuk kesini, tak berekspresi yang menunjukkan apapun, "kamu mau kapan berhenti cari masalah sama berantem disekolah ini Ale?" Pertanyaan itu seolah seperti kaset rusak yang selalu Ale dengar saat memasuki ruangan ini. Dia juga tak kembali membalas pertanyaan itu dan memilih untuk menoleh kearah buku kosong dan justru membuat pak Jeffry menghela nafas lagi, "yasudah kamu isi aja buku daftar hitam ini, besok kamu harus bersihin toilet perempuan lantai 2"
Ale menegakkan kepalanya dengan tatapan sedikit tak terima, "terus Dhito gimana pak? Dia cari masalah sama saya lewat Jisung dan Chenle. Teman saya yang kena pertama kali" ujarnya.
"Baik, bapak suruh dia untuk bersihin toilet cowok lantai satu. Gimana? Udah kan" finalnya lelah, seharusnya pak Jeffry sudah bisa sampai dirumahnya kini dan merehatkan badannya.
Ale mengangguk setuju tak banyak komentar lagi, lalu pak Jeffry berjalan keluar yang sebelumnya berpamitan dulu. Ale mengambil buku tebal yang dikenali sebagai buku daftar hitam bagi anak-anak yang melakukan masalah disekolah. Dia tak banyak bicara, moodnya sudah hancur semenjak dibawa keruang BK ini. Setidaknya, Jisung dan Chenle masih berada diluar menunggunya.
"Kamu mau sampai kapan cari masalah kaya gini?" Ale tersentak kaget kala mendengar suara rendah yang berasal dari belakangnya, dia merutuki diri sendiri tak tau bagaimana harus bersikap dihadapan laki-laki ini.
Ale tak menjawab malah semakin cepat menggerakkan tangannya. Renjun, laki-laki yang semula dibelakangnya kini telah berdiri didepannya tempat pak Jeffry duduk tadi, "ini udah kedelapan kalinya, kamu mengisi buku daftar hitam karena alasan berkelahi Ale" Ale mendongakkan kepalanya menatap netra coklat Renjun.
"Dhito sama gengnya ngusilin Jisung dan Chenle. Kamu pikir aku bakal diam aja? Engga bakal" Renjun sedikit terkejut kala mendengar penuturan Ale. Perempuan itu kembali menulis dengan perasaan dongkol.
"Apa yang bisa bikin kamu berhenti cari masalah disekolah ini? Biar kamu bisa mengurangi daftar buku hitam disekolah ini" Pertanyaan ini sukses membuat Ale kembali memusatkan perhatiannya pada Renjun. Tak menyangka kalimat itu akan keluar dari seorang Renjun padanya.
Ale berpikir sebentar lalu wajahnya tiba-tiba menjadi cerah membuat Renjun bingung, "ayo kita pergi berdua Renjun" ujarnya dengan senyum lebar. Renjun menyesali apa yang ia ucapkan tadi.
"Lupain apa yang saya bilang tadi. Kamu bisa pergi pulang sekarang" Renjun mengambil buku lalu berjalan menjauh untuk meletakkannya didalam lemari kaca. Ale berdecak kesal dan kembali merutuki dirinya. Mana mau Huang Renjun pergi dengannya.
Bunyi pintu terbuka membuat Ale dan Renjun serempak menengok siapa didepan. Laki-laki dengan senyum cerah kini memandang Ale dengan tatapan bingung lalu beralih dengan Renjun yang telah menutup pintu lemari, "lo bermasalah lagi?" Tatapnya kini kembali pada Ale yang membuat perempuan itu menatap sebal padanya.
"Kenapa?mau dihajar juga lo?" Sentak Ale yang malah membuat laki-laki itu tertawa. Lelaki itu kini menatap Renjun yang berjalan mendekatinya.
"Kenapa No?" Pertanyaan itu membuat dia menatap Renjun. Jeno, laki-laki itu kini merangkul bahunya yang membuat Renjun sedikit oleng kesamping.
"Ayo kita pergi main futsal, anak-anak banyak yang pergi" ujarnya. Renjun menggeleng menolak membuat Jeno menatapnya tak setuju, "yah Njun, sekali-sekali doang lo pergi sama kita"
"Gue mau pergi cari buku No, gak bisa"
"Gak bisa lo setiap hari tau nggak" cibirnya yang tak dihiraukan oleh Renjun.
Jeno kembali menoleh pada Ale yang sibuk membuka hape, Ale mengirimkan pesan pada Jisung yang kini sedang berada dikantin. Sukses membuat Ale cemberut setengah mati. Anak berdua itu malah pergi kekantin selama dia disidang.
"Lo mau pergi sama Ale Njun?" Ale tersentak mendengarnya dan menatap Renjun yang menoleh sebentar lalu menatap datar Jeno. Bahkan Ale kini berharap yang dikatakan Jeno benar terjadi, tiba-tiba membuatnya menjadi murung.
"Enggak, gue mau pergi bareng kakak gue"
Ale menghela nafasnya, lalu dia menyimpan hapenya dalam sakunya. Berniat pergi terlebih dahulu keluar. Dua lelaki itu menatapnya, membuat Ale tersenyum lebar pada Renjun. Seperti kebiasaannya selama ini pada lelaki itu.
"Sampai ketemu besok Renjun" ujarnya riang dan saat netranya menatap Jeno, membuatnya mencebikkan mulutnya menatap permusuhan pada laki-laki itu. Jeno malah tertawa menatapnya. Lalu Ale membuka pintu dan keluar menjauh dari sana.
----
Dikoridor sekolah, Ale berjalan menuju kantin menjemput Jisung dan Chenle. Masih ada segelintir orang yang berada disekolah. Beberapa perempuan yang Ale yakini mereka adalah adek kelasnya kini sedang menatapnya diam. Ale tak mengambil pusing dan memilih mencepatkan langkah kakinya.
Didepan kantin, dia melihat Jisung dan Chenle yang kini sedang memakin semangkuk bakso. Ale berdecih pada dirinya sendiri, dia berjalan mendekat secara diam-diam menuju tempat mereka berdua duduk. Bagus, belum ada yang menyadarinya, lalu dengan cepat Ale memiting leher Jisung dan Chenle menggunakan kedua lengannya.
"Kak, heh ini kuahnya pedes anjir. Lepas gak?" Cecar Jisung sambil terbatuk-batuk karena panas ditenggorokannya akibat kuah bakso. Chenle berhasil terbebas dari pitingan lengan Ale dan sedikit beranjak dari tempatnya.
"Kalian katanya nungguin gue, tapi sekarang malah gue yang jemput kalian disini" sungutnya dengan nada jengkel.
"Ya kan lo lama banget kak disidang pak jeffry. Yaudah, kami makan duluan lah" jelas Jisung membuat Ale memukul kepalanya pelan.
Chenle berdiri dari bangkunya membuat kedua orang disamping langsung menoleh padanya, "yaudah, dari pada lo cemberut terus. Gue beliin lu mie ayam kesukaan lo aja ya kak" mata Ale berbinar setelahnya dan lalu menangkup kedua pipi Chenle dan menguyelnya gemas.
"Emang, adek kesayangan gue tu cuman elo le. Gak kenal gue sama orang lain" Ale tersenyum lebar sedangkan Chenle berusaha melepas diri dari Ale.
Jisung berdecih mendengarnya, "besok-besok gak ada motor didepan rumah lo buat jemput lo kak" decihnya seketika membuat Ale terkekeh.
Dia kembali memiting leher Jisung membuat Jisung menghela nafas pasrah, "buset, baper banget lo. Jemput terus ya Sung. Gak ada yang jemput gue soalnya" canda perempuan itu.
"Emang gue gojek lo apa kak? Udah ah lepas. Ketiak lo bau ikan asin" Ale melotot dan membuat dia kembali menyiksa Jisung. lelaki itu langsung meleset pergi menjauh dari Ale.
Mm, seperti ini biasanya Ale menghabiskan harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention
FanfictionHuang Renjun, laki-laki itu sulit sekali untuk Ale dekati. Sering kali perempuan itu mengajaknya pergi bersama, namun selalu ditolak mentah-mentah oleh Renjun. Untung saja, hati Ale terbuat dari batu. Jadi perempuan itu tak gampang menyerah.