2 tahun kemudian
"Yoon dowoon! Yoon dowoon!"
"Dowoon ayo semangatt!"
"Dowoon aku padamuuu!!!"
Teriakan itu menggema dari dalam lapangan indor SMA Bintang. Hari yang sudah semakin sore tak melunturkan semangat anak-anak basket yang sedang latihan. Siswi-siswi menjerit melihat pemandangan yang disuguhkan dihadapan mereka.
Yoon Dowoon namanya. Pria tinggi dengan kulit putih bersih serta tubuh tegap yang sangat populer dikalangan siswi. Rahang tegas dan mata tajam yang dapat mengintimidasi siapa saja membuat nya terlihat semakin sempurna. Hanya saja dia tidak pernah tersenyum. Tidak ada yang mengetahui bentuk senyum dowoon. Tatapannya yang selalu datar itu menambah kesan misterius di dalam dirinya.
Dowoon mendribble bola ditangannya. Tatapannya menajam, berfokus pada ring basket dihadapannya. Tak diperdulikannya keringat disekujur tubuh yang menambah kesan keren padanya. Ia mengakat tangannya dan melempar bola tersebut ke arah ring.
Bola itu meluncur mulus ke dalam ring. Seluruh siswi bersorak. Coach meniup peluit tanda latihan mereka telah berakhir dan menyuruh mereka untuk segera menunu pinggir lapangan.
Dowoon berlari kecil menghampiri anak basket lain lalu bergabung bersama mereka. Ia dan anak basket lain mendengarkan arahan dari coach tentang perkembangan permainan mereka. Tak lama coach membubarkan mereka dan memperbolehkan semuanya pulang.
Dowoon masih betah duduk ditempatnya. Ia menekuk lutut dan menghela nafas lelah. Terlalu malas untuk mengambil tas nya yang teronggok begitu saja diatas bangku penonton.
"Kau selalu bagus dowoon. Aku bangga" seru sebuah suara sambil menepuk bahu dowoon pelan. Dowoon mendongak. Ternyata coach yang berbicara padanya. Dowoon menggangguk singkat. Ia tak tau bagaimana harus merespon ucapan coachnya tadi.
"Kenapa kau tak pulang?" Tanya coach lagi. Dowoon menggeleng. Ia menunjuk tasnya yang masih dikerubuni siswi yang ingin memberikan handuk kecil serta air mineral untuknya.
Coach menggangguk paham. Ia sudah sangat hapal dengan sifat dowoon yang tidak banyak berbicara. Ia pun berdiri lalu menepuk bahu dowoon sekali lagi. "Kalau begitu aku pulang dulu ok" serunya. Dowoon mengangguk lalu tersenyum kecil. Jarak umur coach yang tak terlalu jauh dengannya menjadikannya nyaman berada didekat sang pelatih.
Jam sudah menunjukkan pukul 17.30, Sekolah sudah mulai sepi. Dowoon bangkit dari posisinya menuju tasnya berada. Siswi siswi itu sudah tidak mengerubuni tasnya lagi. Dowoon menghela nafas mulai memunguti barang barang yang diberikan penggemarnya. Memasukkan semua barang itu kedalam satu tote bag sedang. Setelah semua beres, Ia melangkahkan kakinya keluar dari tempat itu.
Langkah Dowoon berhenti didepan uks sekolahnya. Ia mengetuk pintu lalu masuk kedalam. Netra abu-abu nya menangkap pungung seorang wanita yang membelakanginya. Wanita itu berbalik dan tersenyum ramah.
"Dowoon, kau belum pulang? Ada apa?" Tanya nya lembut. Dowoon menggeleng lalu menyerahkan tote bag ditangannya. "Lagi?" Tanya wanita itu. Dowoon mengangguk singkat. "Sepertinya kau benar benar terkenal." seru wanita itu sambil terkekeh kecil. Tangannya mengambil tote bag berisi handuk kecil serta air mineral dari tangan Dowoon.
Dowoon mendengus kecil. Sudah menjadi kebiasaan setiap pulang latihan basket ia selalu menyerahkan barang barang itu ke uks karena tak dibutuhkan olehnya.
"Nah sudah selesai. Ini milikmu" seru wanita itu menyerahkan tote bag milik Dowoon. Dowoon tersenyum kecil lalu berpamitan kepada dokter wanita tersebut.
Dokter itu mengangguk lalu tersenyum manis sambil melambaikan tangannya. Ia menghela nafasnya menatap punggung Dowoon yang mulai menjauh. Ia tau dibalik punggung tegap itu terdapat banyak luka didalamnya.☃️☃️
Dowoon menepikan motornya disebuah taman yang tak terlalu luas. Kakinya melangkah menuju pohon besar ditengah taman. Dowoon menghirup nafas dalam dalam. Mencoba menenangkan pikirannya. Ia duduk dan meletakkan tasnya sembarangan. Ia melihat kelinci yang melompat kesana kemari. Kelinci kelinci itu memang dibiarkan bebas ditaman ini.
Dowoon meraih seekor kelinci putih lalu meletakkannya diatas pangkuan. Bulunya begitu lembut membuat Dowoon betah untuk mengelusnya.
Duk.. duk.. duk..
Pendengarannya menangkap sebuah suara. Itu seperti suara batu yang sengaja dilempar ke tanah. Alis Dowoon mengkerut tidak suka. Ia bangkit dari duduknya -masih membawa kelinci putih itu di gendongannya- untuk melihat siapa yang telah mengganggu ketenangannya.
Netra abu-abunya menangkap seorang gadis yang duduk membelakangi pohon sedang menggerutu tidak jelas sambil tetap melemparkan batu batu kecil disekitarnya.
Apa yang dilakukan gadis itu disini? Dan hei, jika ia terus melemparkan batu batu itu bisa saja batu itu mengenai salah satu kelinci yang ada disini.
"Jangan dilempar. Batu lo bisa aja kena kelinci disini." Kata Dowoon datar. Matanya menatap lurus ke arah gadis yang menolehkan kepala untuk menatapnya.
Gadis itu mendengus. Ia meraih kelinci coklat yang sedang tidur dengan nyaman disebelahnya lalu memeluk kelinci itu erat. Dowoon mengernyitkan alis. Bingung melihat tingkah gadis itu. Ia mengangkat bahu. Tidak peduli dengan gadis itu dan mulai melangkah pergi.
"Mau kemana?" Tanya gadis itu tiba-tiba. Dowoon menghentikan langkahnya. Menatap bingung ke arah gadis yang juga menatap ke arahnya.
"Disini aja. Temenin gue." Cicit gadis itu yang masih bisa didengar oleh Dowoon. Dowoon menatap tidak percaya ke arah gadis itu yang balas menatapnya dengan tatapan berharap.
☃️☃️
Dowoon menggerakkan kakinya pelan. Gerakannya membuat ayunan yang sedang ia duduki ikut bergerak pelan. Telinganya masih mendengarkan ocehan kesal gadis yang tadi ditemuinya.
"Pokoknya ya, Wonpil tu orang paling nyebelin yang pernah gue temui. Iiih pengen gue iket terus gue bakar dia idup idup" seru gadis itu berapi api.
Tunggu. Siapa katanya? Wonpil? Upil? Sepertinya Dowoon pernah mendengar nama Wonpil sebelumnya. Tapi dimana? Ia tak ingat. Dowoon menggaruk garuk pelipisnya. Kebiasaannya ketika mengingat sesuatu.
"Percuma lo marah marah disini tapi si Wonpil Wonpil itu gk denger. Habis habisin tenaga aja." Sahut Dowoon ketus. Gadis itu menggembungkan pipinya kesal. Ia bergerak brutal yang menyebabkan ayunannya ikut bergerak tak tentu arah.
"Udah ah, cape gue marah marah. Respon lo juga gak berguna" kata gadis itu melompat dari ayunannya lalu beranjak pergi dari sana.
Dowoon menatap gadis itu bingung. 'Dia yang minta ditemanin tapi dia yang ninggalin' batin Dowoon. "Sama-sama!" Teriak Dowoon ke arah gadis itu yang sudah mulai menjauh. Gadis itu berbalik sebentar. Ia menunjukkan wajah kesalnya lalu kembali berlari menuju rumahnya. Dowoon mendengus geli. "Gadis aneh" gumamnya lalu ikut pergi meninggalkan taman menggunakan motor kesayangannya.
☃️☃️
KAMU SEDANG MEMBACA
choose one [Day6]
RomanceJika kamu dihadapkan pada dua pilihan, manakah yang akan kamu perioritaskan terlebih dahulu? Seseorang dari masa lalumu atau seseorang yang sudah menemani hari harimu? ___________ Cast Sungjin Dowoon Jae Brian (young K) Wonpil