Maru godain Oji

2.9K 117 19
                                    

Usai solat isya Maru membereskan semua pakaiannya untuk dimasukan kedalam lemari yang sudah disiapkan sang suami, lemarinya lebih besar dari lemari baju yang ada dirumah mamahnya, meski lebih besar Maru sedikit kesal karena ia harus berbagi lemari bersama oji, ia paling tidak suka jika lemari bajunya harus berbagi.

"Sudah selesai?"tanya Oji yang baru saja masuk kamar. Maru tak menjawab ia hanya meregangkan otot-ototnya yang terasa lelah karena banyak sekali pakaian yang harus ia masukan.

"Saya tidur duluan ya, besok udah masuk kerja soalnya anak-anak sebentar lagi mau ujian" kata Oji yang sudah siap dengan pakaian santainya, Maru melirik sejenak seseorang yang tengah bicara dengannya, bibirnya sedikit mengulum senyum, otaknya yang jahil mulai mengeluarkan hal-hal yang mungkin akan membuatnya sedikit menghilangkan rasa jenuh dirumah yang bernuasa hijau ini.

"Emang gak mau ena-ena dulu apa?" tanya Maru yang sontak membuat Oji sedikit gugup, lalu lelaki degan kaos putih itu mulai menaiki ranjang dan matanya berusaha melihat kearah lain asal tak melihat mata Maru yang seakan tengah menggodanya.

"Gue lagi nanya lo ini" ucap Maru.

"E...saya ngantuk"balas Oji memiringkan tubuh menghindari tatapan maru.

"Kan kalau ena ena jadi gak ngantuk, malah makin melek" goda Maru. Tak ada balasan dari Oji, suasana menjadi sepi seperti semula, tapi seorang Maru belum mau menyerah ia harus berhasil membuat mangsanya itu berkeringat dingin barulah dirinya puas.

Diliriknya kotak merah kado pemberian Alifah sewaktu dirinya menikah.

Dibukanya kotak merah yang sudah ia lihat isinya kemarin, gaun merah tipis transparan dengan renda renda di bagian dada itu membuat Maru tersenyum nakal, lalu ia melirik tubuh suaminya yang masih membelakangi dirinya. Gaun merah itu ia bawa kekamar mandi, setelah beberapa menit didalam kamar mandi Maru keluar mengenakan gaun merah yang nampak pas dan ketat ditubunya, lagi-lagi bibirnya mengulum senyum licik disana.

"Oji...."suara Maru berubah serak, kakinya mulai menaiki ranjang dengan gerakan yang sangat sensual, Oji yang memang belum tidur berusaha mengabaikan dan terpaksa memejakan matanya, lalu subuah usapan lembut dipundak membuat bulu kuduknya merinding dan keringat yang mulai keluar itu hampir membuatnya tegang.

"Aku tau kamu belum tidur..."mendadak nada bicara wanita kecil dengan rambut terurai itu berubah lembut mempesona, bahasanyapun menjadi aku-kamu.

Oji masih mempertahakan posisinya meski usapan lembut jemari Maru hampir membuatnya menyerah untuk pura-pura tidur.

"Bukannya kita belum ngelakuin 'itu', aku udah siap kok" kata Maru semakin mendekatkan bibirnya kearah telinga sang suami agar pertahanan lelaki itu runtuh. Usapan jemari Maru mendadak menjalar kearah bawah, yang semula hanya di pundak kini jemarinya mulai mengusap bagian pinggang Oji.

"Mau aku yang mulai...atau...kamu"ucap Maru dengan suara yang sungguh sangat memggoda, kaki putihnya sengaja ia gesekan kekulit kaki Oji agar lelaki itu mau membuka matanya, tapi sampai saat ini Oji masih belum mau membuka mata walau Maru sangat yakin suaminya tengah menahan gairah yang teramat besar sebagai seorang lelaki normal.

Kesal karena usahanya merasa di abaikan ia mebalik paksa tubuh Oji agar berhadapan dengannnya, matanya memandang tajam wajah oji dengan mata yang tertutup. Lalu ia sengaja memaksa lelaki itu membuka mata dengan jemarinya.

"Ih....ayo buka matanya..."kesal maru berusaha membuat mata oji terbuka.

"Oji! Buka matanya!" seru Maru tapi tetap saja Oji masih tetap menutup walau nafas lelaki itu semakin berat disana.

"Oke kalau lo gak mau buka gue bisa lakuin hal yang lebih nekat dari ini" ancam Maru tapi tetap saja diabaikan, dengan gerakan cepat wanita dengan gaun merah transparan itu menaiki tubuh sang suami, kulit Oji yang semula hangat kini menjadi dingin seperti es, keringat dinginnya sudah hampir membanjiri sudut dahi, nafasnya semakin berat lalu matanya membuka pertanda ia menyerah dengan gadis yang sudah berstatus menjadi istrinya.

"See? Gue bisa buat lo bangun kan"kata Maru yang saat ini duduk diatas Oji.

"Turun maru.."kata Oji berusaha menahan gairahnya yang sudah hampir memuncak itu.

"Kalau gue gak mau gimana?"ancam Maru.

Suaminya menarik nafas berat.

"Turun...saya tau kamu gak mau 'ngelakuin itu' sekarang. Kamu cuman mau bermain dan menggoda saya" ujar Oji, mata Maru membelak karena aksinya dapat di tebak oleh lelaki yang ada dibawahnya.

"E...enggak kok, gue benaran mau" elak Maru dengan wajah lucunya.

"Yakin?"tanya Oji.

"Ya-yakinlah"jawab Maru sedikit gugup,wajahnya yang semula senang berubah menjadi merah merona.

"Oke" Oji memberanikan diri untuk menempatkan Maru agar ada dibawahnya. Kini giliran Oji yang ada diatas Maru, memandang lekat wajah yang tengah bersemu merah itu, lalu mengusap pelan rambut wangi milik sang istri. Wajahnya dimajukan dengan sangat perlahan, bibirnya mulai memberi sebuah hembusan hangat dibibir sang wanita sampai wanitanya terbawa suasana dan mulai menutup mata.

"Maru..."ucap Oji pelan lalu merubah posisinya duduk disamping Maru lalu beberapa detik kemudaian Maru membuka mata yang sempat terpejam karena pengaruh suasana yang begitu pas. Wajah malu milik Maru bertambah, semu merah dipipi semakin terlihat, gelagat malu karena dikiranya Oji akan mencium bibirnya itu membuat Maru kehilangan kata-kata untuk menggoda sang suami lagi.

Tangan Oji mencengkram pelan pundak maru, dicarinya mata yang tengah melihat kebawah itu.
"Maru...lihat saya" kata Oji berusaha menemukan mata yang beberapa menit lalu membuat gairahnya memuncak.

"Maru...."sekali lagi Oji memanggil dan dengan perlahan Maru memberanikan diri menatap mata sang suami.

"Kenapa kamu mau melakukan 'itu' sama saya?"tanya Oji, istrinya hanya diam.

"Jawab saya.."desak Oji dengan suara lembut.

"Em..." Maru masih susah untuk menjawab.

"Karena kamu butuh seseorang yang bisa kamu ajak bermain, saya tahu kamu jenuh, kamu bandel, tapi jangan lakuin itu lagi ya..."kata Oji berusaha menjawab pertanyaan yang ia buat untuk Maru.

"Tapikan kita udah nikah"Balas Maru.

"Iya saya tahu, tapi yang harus kamu tau-"

"Lo gak mau ngelakuin itu sama gue?"tanya Maru memotong ucapan Oji.

"Bukan itu....,"Oji menggapai jemari Maru untuk diletakan didadanya.

"Apa yang kamu rasakan?"tanya Oji.

"Deg-deg kan"jawan Maru.

"Berarti tandanya?"tanya Oji menatap lekat mata Maru.

"Ya tandanya berarti lo masih idup la, klo gak deg-deg kan berarti elo udah mati"jawaban Maru membuat Oji mendesah pelan, ia tak menyangka jawaban dari sang istri begitu bagus sampai membuatnya memutar bola mata. Tangan Oji menggapai lagi tangan sang istri lalu meletakannya tepat di dada Maru.

"Kamu rasakan, degub jantung kamu sama saya, bedakan? Lebih kencang punya saya, itu tandanya..kamu berhasil membuat saya bergairah, tapi lain lagi dengan detak jantung kamu,detak jantung kamu  normal, tidak berdetak kencang seperti jantung saya, kenapa? Karena kamu tidak punya perasaan sama saya, kamu hanya menganggap saya sebagai orang lain yang terpaksa kamu nikahi, dan saya gak bisa ngelakuin 'itu' ke kamu sampai kamu memiliki perasaan ke saya" jelas Oji, Maru menarik tangannya yang masih digenggam oji, matanya berkedip guna menghindari tatapan dari mata sang suami.

"E...gue mau tidur" kata Maru lalu mengambil tempat disebelah kiri dan menutupi seluruh tubuhnya menggunakan selimut. Didalam selimut ia merutuki kebodohannya karena telah membuat sebuah godaan yang pada akhirnya malah jadi seperti ini.

Ada yang suka sama ceritanya gak? Kalau ada nanti di lanjut hehe, jangan lupa vote sama coment.

Jangan lupa, di tambahin ke perpustakaan ya ceritanya, jangan lupa folow author heheh

MARUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang