"Kesinikan HP-Nya!" suara Oji meninggi, istrinya itu dengan segera memberikan ponsel yang sedari tadi ia sembunyikank dibelakang tubuh, setelah itu Oji langsung memeriksa isi ponsel yang membuatnya marah malam ini, dihapusnya semua vidio porno yang ada dalam ponsel tersebut. "kalalu sekali lagi kamu nonton film kek gini lagi, aku bakal laporin kamu ke ayah candra" ancam Oji memberikan ponsel tersebut lalu menaruh tas kerja di atas meja putih dan pergi kekamar mandi.
Hufttt!
Maru bernafas legah, untunglah dirinya mendengar derap langkah Oji tadi, jika tadi bisa ketahuan kalau dia sedang bermain panas dengan Rama, ah iya dimana Rama? mengingat nama kekasihnya itu maru segera berlari kearah jedela kamar dimana Rama keluar lewat sana sebelum oji masuk.
sudah tidak ada, kemungkinan Rama sudah pulang, oh Tuhan malam ini benar-benar membuat Maru hampir mati berdiri, untunglah ada vidio porno yang ia simpan tadi siang, jika tidak entah apa yang harus ia katakan pada suaminya itu.
"MARU"
suara Oji membuat Maru sedikit terperanjat dan segera menutup jendela kamar.
"APA!" jawab Maru sedikit keras dan menghampiri suaminya yang tengah mengeringkan rambut dengan handuk putih.
"sepatu di luar punya siapa? kenapa ada sepatu pria disana? apa ada tamu yang datang?" tanya Oji , lagi dan lagi wanita kecil dengan pipi sedikit gembul itu menahan panas sejanak memikirkan apa yang harus ia jawab, ia bahkan tidak tau kalau Rama meninggalkan sepatu didepan sana.
"Oh...e itu...em....a-ayah! ayah tadi dateng kesini"jawab maru sebisa mungkin, mata Oji memicing sedikit tidak percaya dengan perkataan istrinya. "kenapa tidak bilang? terus kenapa sepatunya masih ada didepan?"tanya Oji, oh ayolah Maru hampir tidak bisa menjawab pertanyaan oji saat ini, ia berharap ada malaikat baik yang menolongnya, "E....e itu...."
NINGNUNG....
Maru sedikit bernafas legah suara bel rumah menyelamatkannya kali ini, dengan segera Oji berjalan keruang tamu untuk menengok tamu yang baru saja membunyikan bel rumahnya.
"Assalamualaikum.."
"Waalaikum salam..., Maya" jawab oji melihat muridnya yang ada di depan pintu, gadis SMK dengan hijab coklat itu nampak begitu cantik ketika tak mengenakan seragam sekolah, tubuhnya tinggi, mata dan hidungnya khas sekali keturunan arab, senyum terlalu manis untuk di lihat kau adam.
"Masuk May" ucap Oji mempersilakan Maya untuk masuk kedalam rumahnya, dan langsung diangguki oleh maya, sembar berjalan keruang tengah Maya melihat sekeliling bangungan kecil bernuansa hijau ini, bibirnya kembali mengulas senyum melihat betapa rapih dan sejuk suasana rumah sang guru. "bapak suka warna hijau?" tanya Maya berdiri disamping sofa,
"iya, saya suka sekali, silahkan duduk may" jawab Oji sembari mempersilahkan muridnya itu duduk. "saya ambil buku pelajarannya dulu yah" pamit Oji dan diangguki oleh Maya.
sesampainya dikamar Oji langsung mengambil beberapa buku pelajaran yang akan ia pelajari bersama Maya muridnya, siang tadi ia memang memliki janji dengan Maya untuk belajar matematika bersama, ketika ia mau keluar Maru mencekal lengannya "Siapa yang namu malem-malem begini?"tanya Maru, Oji memposisikan dirinya agar berhadapan dengan sang istri, "Maya, muridku, dia mau belajar matematika bersama, kamu buatkan minum ya, biar gimanapun dia tamu"jawab dan jelas Oji dan setalahnya ia pergi menemui Maya.
didalam kamar Maru mencibir, ia membandingkan dirinya ketika waktu itu membawa teman-temanya kerumah, Oji selalu bilang padanya tidak usah membawa teman pria kerumah ini tapi lelaki itu pun melakukan hal yang sama, dengan sedikit kesal ia pergi ke dapur untuk membuatkan minuman yang diperintahkan suaminya tadi.
Orange juz dan kue pie sudah terhidang di atas meja, Maya memandang kearah wanita bertubuh kecil yang baru saja menyuguhkan cemilan tersebut, setelah memandang Maru wanita itu segera beralih memandang gurunya pertanda bertanya siapakah wanita yang ada dirumah guru tampannya itu. "kenalin, namanya Maru, istri saya" ekspresi Maya berubah kecut ketika mendengar sang guru menyebut nama Maru sebagai seorang istri, tapi beberapa detik kemudian ia mulai menetralkan kembali ekspresinya dan mencoba meminta berjabat tangan dengan Maru.
"Maya Andhini, kak" ucap Maya, pemilik nama lengkap Maru candra kumalasari mengeryit mendengar dirinya dipanggil kak, dengan terpaksa ia menjabat tangan gadis smk tersebut tanpa senyum atau menyebut nama, lelaki tinggi yang melihat sang istri cuek begitu sedikit tak enak hati dengan muridnya. "yaudah Maya ayok kita mulai belajarnya, keburu kemalaman"ucap Oji. mendengar itu maya mengangguk sedangkan Maru pergi kekamar meninggalkan dua insan yang tengah belajar bersama tersebut.
setelah 2 jam belajar akhirnya Maya berpamitan untuk pulang, karena papahnyapun sudah menjemput. "terima kasih pak, berkat bapak saya banyak dapet rumus yang belum pernah saya pelajari"ucap Maya sembari tersenyum dan tangannya membawa beberapa buku cetak tebal, Oji sempat melirik papah Maya yang belum keluar dari mobil, lelaki tua dengan kaca mata dan sedikit kumis tipis didalam mobil sana terlihat tengah berbincang-bincang di telfon, "maaf ya pak, papah saya gak bisa nemuin bapak, papah saya orang yang gila kerja jadi kesibukannya tidak bisa diganggu"ujar Maya tak enak hati, gurunya tersenyum manis lalu mengangguk dan membalas "tidak papa" dan setelah perbicangan itu Maya segera menemui papahnya.
****
"Ekhem.."Maru berdeham ketika suaminya itu baru saja mengantar murid bernama Maya, mata wanita itu tertuju pada televisi dan mulutnya sembari mengunyah kue pie sisah makanan yang ia suguhkan untuk Maya. "dia siapa? pacar lo?"tanya Maru tanpa melihat lawan bicaranya, Oji berjalan mendekati sang istri yang tengah duduk di sofa, "bukan, itu murid aku"jawab Oji, bibir wanita kecil dengan kemeja putih itu mencibir, bola matanya memutar seperti mengejek lawan bicaranya, "kalau pacar juga gak papa keles, gue bersyukur kalau lo punya pacar, abis itu kita tinggal urus surat cerai deh, kelar" ujar Maru lalu beranjak dari tempatnya hendak pergi kearah kamar, namun sayang Oji mencekal tangan wanita itu sedikit keras.
Cerai?
kata-kata Maru beberapa detik lalu membuat dada Oji bergetar, emosinya mendadak melambung seperti balon yang ditiup besar lalu meledak kapan saja. "apa?"tanya Maru melepas genggaman tangan Oji, manik mata lelaki itu berubah menjadi tajam, "ulangi kata-kata terahir mu tadi"kata Oji dengan nada yang lain dari biasanya, istrinya menarik nafas berat lalu balas menatap pria dihadapannya, "gue bilang, kalau lo mau pacaran sama si...Maya gak papa, gue seneng, abis itu kita tinggal urus surat cerai, kelar kan."jelas Maru, langkah Oji mendekat kearah wanita yang belum pernah ia sentuh itu, matanya masih menatap tajam, "jangan pernah kamu sebut kata Cerai didepan aku lagi, kamu tau islam tidak pernah mengizinkan perceraian dalam sebuah hubungan, aku menikahi kamu dihadapan allah dan juga hukum, gak mudah bagi aku untuk ingkar janji dengan semua yang udah kuucap didepan penghulu. kamu fikir menerima perjodohan itu mudah? hmm? enggak! aku juga sempat menolak kala itu, aku tau kamu gak sayang apa lagi cinta sama aku! tapi hargai aku yang selalu berusaha buat kamu nyaman dan cinta sama aku!"
marah?
tentu saja lelaki itu marah, suami mana yang tak marah jika sang istri meminta cerai tanpa sebab yang jelas, setelah selesai menekankan kata-kata itu Oji masuk kedalam kamar dan menutup pintu dengan sedikit keras, sedangkan Maru masih diam mematung ditempatnya, ini kali pertama jantungnya terasa berdegub kencang, keringatnya mulai keluar dari dahi, entah apa yang ia rasakan saat ini, tapi perkataan Oji tadi seakan akan telah mengikat dirinya dalam sebuah janji.
TBC GAESSSS!!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
MARU
Teen FictionWARNING 21+++ CERITA DEWASA! MENGANDUNG ADEGAN SEX. YG MASIH KECIL MUNDUR DULU DEK, NANTI DOSA "Ji, Anu anu an yuk, udah gak tahan nih gue" "Astagfurullah Maru..., kita masih ditempat umum" "Yaelah Ji, lugu amat sih jadi cowok" "Maru..." "Ck. Nanti...