◾◾◾
Bibir tipis tanpa polesan apapun namun tetap terlihat merah itu mendumel tidak ada henti-hentinya. Menyumpah serapah lelaki yang telah menginjak tangannya yang terluka hingga berakhir bengkak seperti saat ini.
Nathan.
Mengingat namanya saja, Amara sudah kesal luar biasa. Bagaimana jika melihat wajah lelaki itu. Rasanya Amara ingin menyerang wajah tampan itu dengan 'kecupan manis'.
Rasa sakit menyerang. Tidak! Bukan pada tangannya yang terluka namun pada hati dan juga harga dirinya. Lelaki itu telah mempermalukannya sewaktu di kantin. Di depan banyak pasang mata yang menatap mereka.
"Ra." Panggilan Keysa terdengar dari luar bilik kamar mandi.
"Iya Key, bentar ini gue mau keluar." Tidak butuh waktu lama, Amara sudah keluar dari bilik mendapati wajah cemas sahabatnya itu.
"Ra lo nggak papa kan?" Tanya Keysa memperhatikan Amara lamat-lamat.
"Lo kenapa bisa tau?" Amara mengernyit.
Keysa menghela nafasnya panjang. "Kantin ricuh karena insiden tadi. Lo di bully sama kak Nathan, kenapa?" Amara terdiam sesaat, tidak tahu mau menjawab apa.
Pandangan Keysa jatuh pada tangan Amara yang terluka dan bengkak. "Ra, ini kenapa? Kenapa bisa gini, sih? Lo di apaain sama dia?" Tuntut Keysa mengerang marah. Namun, rasa khawatirnya masih terlihat jelas.
Amara mendorong dahi Keysa dengan telunjuknya pelan. "Lo dari tadi kebanyakan nanya 'kenapa-kenapa' mulu dah." Sungutnya. "Gue enggak papa, Key. Gue 'kan cewek kuat." Balas Amara meyakinkan.
Keysa mendengus tak suka. "Iya kuat. Kuat menyembunyikan rasa sakit yang lo rasain." Ungkapnya telak.
"Udah ayo ke UKS, biar gue obatin tuh tangan. Ntar infeksi kan nggak lucu." Tubuh Amara bergerak ikut seiring dengan tarikan Keysa pada pergelangan tangannya yang tidak sakit.
Di balik tubuh Keysa, Amara tersenyum tipis. Merasa beruntung memiliki sahabat sebaik Keysa. Meski status sosial mereka berbeda, Keysa tidak pernah mempermasalahkan itu. Justru gadis itu sangat baik padanya.
Langkah kaki Keysa terhenti, lantas ikut menghentikan langkah Amara di belakangnya. Gadis itu memiringkan kepalanya, kedua bola matanya melebar saat melihat keberadaan Nathan di hadapan mereka.
"Kak Nathan nutupin jalan, minggir." Suruh Keysa mengibaskan tangannya.
"Gue mau bicara." Ucap Nathan menatap lurus Amara mengabaikan ucapan Keysa barusan. Di tempatnya, Amara terdiam sesaat, beralih menunjuk dirinya. "Gue?"
"Ikut gue." Perintah Nathan.
"Enggak bisa! Amara itu mau ke UKS, mau ngobatin lukanya karena perbuatan lo kak. Jadi dia nggak bisa ikut sama lo." Keysa melayangkan protesannya cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nathan Is Dangerous
Ficção Adolescente[FOLLOW SEBELUM MEMBACA! BIASAKAN MENGHARGAI KARYA ORANG LAIN DENGAN MEMBERI DUKUNGAN KEPADA PENULISNYA.] "PACAR dan BABU itu BEDA TIPIS."-King Bullying, Nathan. ".... " "Siapin hati lo ya, gue mau berubah. Jangan lupa pintu hatinya dibuka, gue mau...