Senja sore itu jadi saksi dimana pertemuan selalu punya cara uniknya tersendiri menyatukan takdir, terimakasih tetap kuat dan tersenyum untuk semuanya.
- Hae Yeon Song
Terimakasih mau mengulurkan tanganmu untukku, aku akan tetap mencintaimu sampai kapanpun. Terimakasih membuat setiap harinya untuk jatuh cinta pada takdir yang sama. Itu dirimu.
- Park Jimin -
................................
Hari itu Yonie berjalan sendiri di sekitar sungai Han setelah tak lama berpisah dengan temannya sepulang dari toko buku dekat daerah sungai Han. Melepas penat sepulang sekolah sejenak di dekat sungai duduk dikursi taman sembari menikmati kopi dingin di tengah musim panas jadi salah satu kebiasaan dirinya. Menikmati kehidupan dan melihat sekitar sampai matanya tertuju pada sebuah objek yang membuatnya mengerutkan dahi. Melihat seorang Pria seperti bersiap melompat dan menenggelamkan dirinya di air yang dalam itu. Dengan keberanian dengan langkah cepat dia mendekat dan mengulurkan tangan untuk sang pria.
" Jangan pergi, kau tidak sendiri ada aku disini"
Yeonie mengatakan nya sambil tersenyum bahagia dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja melalui tatapan matanya yanh indah. Butuh waktu beberapa menit tapi pada akhirnya sang Pria yang nyatanya juga seorang siswa itu meraih tangan Yeonie dan berdiri di sebelahnya. Yeoenii senang' tentu saja setelahnya dia hanya bisa memberikan senyuman indahnya sembari mengulurkan tangan mengucap salam perkenalan
" Perkenalkan namaku Hae Yeon Song, biasa dipanggil Yeonie, senang bertemu denganmu, namamu?"
Pria itu hanya diam menatap tangan di depannya yang masih setia terulur perlu beberapa saat untuk menerima uluran itu dan akhirnya diterima dengan hati yang cukup menghangat.
" Park Jimin salam kenal"
" Nama yang indah ,wah kau juga pakai seragamku, kita satu sekolah ternyata, kau kelas berapa?"
" Dd ddua - empat "
" Kenapa gugup begitu santai saja, aku di kelas 2-3 ternyata kita seangkatan Jiminie "
Yonie tersenyum senang sambil mengusak rambut pria di depannya. Jimin hanya bisa terdiam memperhatikan wajah dan senyum orang di depannya. Melihat bagaimana dirinya diperlakukan dengan baik membuat hatinya sangat hangat rasanya sudah lama sekali tak ada yang memperlakukan nya seperti itu
" Mulai hari ini kita teman oke"
" Nndee terimakasih',teman"
" Tidak usah kaku, oke,? Ayo kita pulang hari mulai malam"
Jimin hanya bisa mengikuti langkah gadis di depannya dengan tatapan bingung tapi juga hangat sampai bibir tertarik untuk membuat senyuman walaupun begitu tipis tapi nyatanya dia bahagia ada yang mau menjadi teman dan menerimanya. Yonie yang dasarnya adalah orang yang cerewet selalu bertanya pada Jimin walaupun hanya di jawab singkat dan jelas itu tidak menganggu Yonie sama sekali. Baginya itu cukup dan Yonie bahagia dia mendapatkan teman baru lagi hari ini. Jimin yang dari tadi diajak mengobrol masih merasa Canggung tapi dia bahagia ada yang bertanya tentang dirinya bahkan menemani dirinya pulang rasanya sudah lama sekali dia tak seperti ini. Sampai akhirnya mereka sampai di rumah mereka yang nyatanya berdekatan hanya berbeda 2 rumah sana antar rumah mereka. Sore itu sepulang sekolah Jimin dan Yeonie saling tahu satu hal baru tentang sebuah pertemuan.
.
.
Keesokan harinya Yeonie bersiap lebih pagi, hendak membantu membuat bekal dan juga akan membawakan bekal untuk teman barunya itu sebagai tanda pertemanan. Bundanya yang melihat sang anak sudah begitu rajin sedikit heran dengan kelakuan anaknya.
" Kau tidak sakit kan ? Tumben sekali pagi begini membantu bunda?"
" Bunda, bunda tahu ada tentangga manis yang jaraknya berbeda rumah dengan kita. Namanya Park Jimin"tetangga
" Ahh dia kan anak dari Tuan Park, eomma tahu saja si tidak kenal"
" Ah begitu, "
" Lalu kau pagi-pagi rajin sekali membuat bekal untuk siapa untuk dirinya jangan-jangan kau pacaran ya?"
" Yak! Eomma tidak sia hanya temanku kami baru bertemu kemarin ya anggap saja ini sebagai hadiah perkenalan"
" Ohhh"
Sang eomma tak banyak berkutik hanya turut membantu dan menyiapkan sarapan untuk sang suami, dirinya dan kedua anaknya. Begitu juga dengan Yeonie yang sibuk menata bekal yang akan dirinya bawa untuk Jimin juga. Selesai dari sana dia tahu dan tak ingin berkeppetasi tinggi soal berangkat bersama karena mereka baru saja mengenal tak mungkin bukan jika tiba-tiba saja Jimin mau menerima tawaran berangkat bersama. Yeonie melakukan ritual paginya seperti biasa, mandi, makan, bersiap dan sarapan lalu berangkat jika biasanya dia malas membawa mobil untuk kali ini biarkan dirinya membawa mobilnya dan mengajak Jimin.
.
.
Suasana sepi seperti biasa tidak ada yg menemaninya sarapan hanya maid di rumah yang menyiapkan makanan dan supir yang biasanya mengantar dirinya ke sekolah hanya saat berangkat dan anjing peliharaan di taman belakang. Hanya itu. Lalu kemana kedua orang tuanya? Dia ingin berteriak tapi dia tak bisa ingin pergi tapi selalu gagal. Perlu cara apa lagi agar dia bebas rasanya semua menyesaakkan. Sampai gadis itu datang dan menghangatkan hatinya yang dingin dan tak tergenggam. Dimulai sejak sore kemarin dan pagi ini Yonie kembali datang membawa mobil sembari menanyakan keberadaan Jimin lewat satpam, kebetulan sekali Jimin juga akan berangkat jadilah dirinya menghampiri sang satpam dan Yonie.
" Eoh, hai Jimin selamat pagi"
" Ppagi"
" Hmm, mau berangkat bersama aku bawa mobil. Bagaimana?"
" ......" Tidak ada jawaban masih ada keraguan di hatinya tapi tubuhnya serta otaknya mengarahkan untuk menjawab iya taoi tasanya sulit sekali.
" Ab tidak mau ya baiklah mungkin lain kali, kalau beg-"
" Aku mau bolehkan?"
" Tentu boleh ayok"
Tanpa babibu Yonie menarik tangan Jimin untuk ikut ke dalam mobilnya, meminta Jimin untuk membawa mobil dan dirinya berada di kursi sebelahnya. Selama perjalanan tidak ada ucapan apapun dari Jimin hanya Yonie yang asik menceritakan banyak hal sana-sini hanya sesekali Jimin menanggapi dengan senyuman kecil atau dehemen ya walaupun begitu Yonie sama sekali tidak jengah, karena dia tahu yang Jimin perlukan hanya sebuah hiburan, tatapan matanya yang terluka membuat Yonie sadar bahwa hidupnya tak sebahagia itu. Yonie hanya bisa membantu lewat bibir cerewet nya dan ingin sekali membuat lelaki disampingnya ini suatu saat akan membuka mulutnya sendiri dan berbagi segala keluh kesahnya. Ya Yonie hanya bisa berharap uluran tangannya bisa membantu meringankan beban orang lain. Itulah Yonie penyebar kebahagiaan tanpa ingin mengingat tentang sebuah kesakitan. Sebelum turun dari mobil Jimin memberikan kunci mobilnya pada Yeonie dan Yonie juga tak lupa memberikan bekal buatannya untuk Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Thing Called Love✓
Historia CortaShort Story 2: Thank You for all your smile, and always stand up with me until Now. 😘